Hadir

Bagikan/Suka/Tweet:

Oleh : Sudjarwo
Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila

Sesaat sebelum ujian proposal calon doktor di mulai, ada beberapa mahasiswa mengerumuni penulis untuk minta pendapat. Ada yang konfirmasi berkaitan dengan keharusan menulis di jurnal internasional dengan indeks tertentu. Ada seorang mahasiswi yang dengan “galak” menyerang kebijakkan itu sebagai kapitalisasi dalam pendidikan. Mereka menuntut “kehadiran negara” sebagai pelindung warga negaranya untuk dapat memberikan solusi yang adil, agar tidak menunjuk pada satu indeks tertentu.

Dengan kemampuan seadanya terpaksa harus dijelaskan pemahaman akan indeks. Juga menjelaskan bahwa untuk beberapa Jurnal Indonesia sudah berada pada taraf internasional. Namun,  karena jurnal itu hanya dibaca dan disitasi oleh teman selingkung, maka kehadirannya kurang begitu terasa. Hal itu  kelemahan jurnal; berbeda kalau menulis di media masa, baik online maupun konvensional “kehadiran” dan “persebaran” idea melalui tulisan bisa begitu masif.

Secara kebetulan selesai memimpin ujian, diskusi justru berlanjut dengan obrolan sesama guru besar (GB) yang membincangkan “kehadiran” melalui aplikasi. Ternyata dari salah seorang GB mengamati perilaku teman sejawat. Banyak dijumpai teman-teman datang ke kampus tetap berada di atas kendaraan, kemudian melakukan aplikasi kehadiran. Selesai itu mereka tinggalkan kampus. Perilaku yang sama juga dilakukan saat atau menjelang jam pulang. Mereka hadir ke kampus, tetap di atas kendaraan, melakukan aplikasi kepulangan, lalu pulang. Pertanyaannya: apa makna “kehadiran” dalam peristiwa seperti ini.

Makna “hadir” sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ada dua:  yaitu  ada dan (ada) datang. Dengan demikian, ada  dan datang  adalah makna pembatas dari kata hadir.

Pada kali ini kita tidak hanya melihat pengertian hadir dalam ke dua kata itu. Ternyata hadir  juga memaknai suatu peristiwa abstraksional tentang sesuatu keadaan yang melingkupi keadaan lainnya yang lebih kecil, namun bersifat tak terukur. Di sinilah sebenarnya letak hadir yang hakiki. Kehadiran fisik, tidak selamanya disertai dengan “rasa hadir” dari suatu kehadiran. Bisa jadi seorang mahasiswa tidak menghadirkan Sang Ibu saat ujian; namun “rasa” akan kehadiran itu dirasakannya; sehingga merasa doa Sang Ibu selalu menyelimuti keoptimisan dalam menjawab pertanyaan penguji yang menghunjam.

Namun, ada juga mahasiswa yang merasa “risih” (tidak nyaman) atas kehadiran seorang teman, atau bahkan dosennya yang tidak ia sukai, sehingga kehadiran secara fisik yang bersangkutan tadi, justru membuat buyar atau ambyarnya kosentrasi berfikir sang mahasiswa. Tentu kehadiran dalam konteks ini justru menghadirkan petaka pada orang lain.

Dengan kata lain, konsep “hadir” sendiri dalam arti hakiki bisa terjadi tidak dalam bentuk fisik, akan tetapi lebih kepada “rasa” akan kehadiran itu yang menjadi pokok utama. Karena tanpa ini, maka sebenarnya hadir  sudah kehilangan makna uhrowinya. Tidak lah salah jika orang bijak mengatakan adalah malapetaka bagi seseorang jika “hadirnya tidak dihitung, ketidakhadirannya tidak di cari”.

Kehadiran yang bersifat transenden tidak perlu dipersoalkan lagi, karena itu masuk wilayah pertanyaan yang tidak perlu dipertanyakan, apalagi dijawab. Meminjam istilah seorang ulama besar masa kini yang disitir oleh sahabat penikmat media online ini juga, lebih baik tinggal ngopi, makan pisang goreng, dan menonton TV.

Kehadiran kita di muka bumi ini tentu ada yang menghadirkan, yaitu Yang Maha Menghadirkan. Oleh karena itu, kehadiran yang kemudian menjadi tidak hadir, sebenarnya itu merupakan kehadiran di tempat lain. Dengan kata lain, kehadiran kita di suatu wilayah kehadiran, sekaligus metidakhadirkan kita di wilayah lain. Hal seperti ini akan terus berlanjut yang sekaligus meneguhkan akan kelemahan dari kehadiran. Hanya Yang Maha Hadir yang mampu menggerakkan kehadiran dari sesuatu apapun dia.

Semoga kehadiran tulisan ini dihadapan hadirin dapat menghadirkan sesuatu inspirasi yang bermanfaat, dan juga menghadirkan optimisme dalam menghadiri dunia ini, sehingga kehadiran kita membawa maslahat bagi sesama.

Selamat ngopi sore…