TERASLAMPUNG.COM — Kalau hari ini (26/3/2017) kita membuka Google, maka pada bagian tengah atas akan muncul logo Google bergambar karikatur Ibu Soed. Ibu Soed adalah perempuan teladan Indonesia yang mendedikasikan hampir seluruh hidupnya untuk dunia anak-anak.
Dalam gambar di Google itu terlihat Ibu Soed senang menyanyi di depan mikropon (mungkin maksudnya mikropon RRI). Di sisi lain ada anak-anak sedang mendengarkan nyanyian Ibu Sud lewat radio transistor (mungkin maksudnya juga RRI).
Anak-enak era 2010-an mungkin tidak akrab dengan Ibu Soed. Namun, bagi anak-anak pada era 1980-an hingga 1990-an awal, perempuan bernama asli Saridjah Niung Bintang Soedibjo itu sangat akrab. Kalau saja dunia digital tidak sederas sekarang perkembangannya dan televisi tidak dibombardir acara anak-anak yang tidak mencerminkan dunia anak-anak, barangkali anak-anak zaman sekarang juga masih akan mengidolakan Ibu Soed. Maklum saja, lagu-lagu Ibu Soed sangat banyak dan biasanya diajarkan di bangku TK dan SD.
Ia dikenal sebagai pencipta lagu anak-anak yang bernilai didaktis. Lagu-lagu karya Ibu Soed sangat fenomenal dan menjadi ‘lagu wajib’ di TK dan sekolah dasar. Antara lain lagu Bintang Kecil, Burung Kutilang, Dengar Katak Bernyanyi, Desaku, Kupu-kupu yang Lucu, Menanam Jagung, Naik Delman Naik-Naik ke Puncak Gunung, Nenek Moyang, Pergi Belajar, Tanah Airku, Teka-Teki, Tidur Anakku, Tik Tik Bunyi Hujan, dan Waktu Sekolah Usai.
Lagu nasional yang diciptakan Ibu Sud antara lain adalah Berkibarlah Benderaku dan Bendera Merah Putih.
Kenapa hari ini Google memberikan apresiasi kepada Ibu Soed padahal Ibu Soed sudah wafat pada tahun 1993 (dalam usia 83 tahun)? Itu tidak lain karena hari merupakan ulang tahun Ibu Soed. Ibu Soed memang lahir pada tanggal 26 Maret. Tepatnya adalah 26 Maret 1908.
Siapa Ibu Soed? Menurut Wikipedia , Ibu Soed lahir sebagai putri bungsu dari dua belas orang bersaudara. Ayah kandungnya bernama Mohamad Niung, seorang pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi kemudian menjadi pengawal Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan Tinggi) di Jakarta.
J.F. Kramer adalah seorang indo-Belanda beribukan keturunan Jawa ningrat, J.F Kramer inilah yang kemudian menjadi ayah angkat Ibu Soed. Dari ayah angkatnya itulah Ibu Soed banyak belajar tentang nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air. Ibu Soed juga memiliki keahlian bermusik dan menciptakan lagu karena belajar dari ayah angkatnya.
Selepas mempelajari seni suara, seni musik dan belajar menggesek biola hingga mahir dari ayah angkatnya, Saridjah melanjutkan sekolahnya di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik. Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dari sinilah titik tolak dasar Saridjah untuk mulai mengarang lagu. Pada tahun 1927, ia menjadi Istri Raden Bintang Soedibjo, dan ia pun kemudian dikenal dengan panggilan Ibu Soed, singkatan dari Soedibjo.
Karier Ibu Soed di bidang musik diawali jauh sebelum Indonesia merdeka. Ibu Soed sudah menyanyikan lagu ciptaanya pertama kali di NIROM Jakarta pada 1927-1928.
Setelah menamatkan pendidikan di Hoogere Kweek School-Bandung, Ibu Soed kemudian menjadi guru musik di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna yang masih menggunakan Bahasa Belanda (1925-1941).
Ibu Soed kala itu prihatin melihat anak-anak Indonesia yang tampak kurang gembira saat belajar. Hal itu kemudian memercikkan ide untuk membuat anak-anak senang dengan menyanyikan lagu-lagu yang ceria. Dari sanalah kemudian ide demi ide mengalir dan lahirlah banyak lagu anak-anak yang diciptakan Ibu Soed.
Ciri lagu Ibu Soed adalah bernuansa ceria atau mengandung semangat patriotik. Maklum saja, kala itu Ibu Soed juga turut berjuang menggelorakan rasa cinta kepada Tanah Air.
Ibu Soed aktif di organisasi pergerakan nasional. Karenanya, pada tahun 1945 Ibu Soed pernah menjadi sasaran aksi penggeledahan oleh pasukan Belanda. Rumah Ibu Soed di Jalan Maluku No. 36 Jakarta saat itu sudah dikepung oleh pasukan Belanda, namun tetangga Ibu Soed yang seorang Belanda meyakinkan mereka bahwa mereka salah sasaran. Orang Belanda itu bilang bahwa Ibu Soed hanyalah pencipta lagu dan suaminya hanyalah pedagang. Walaupun selamat dari penggeledahan tersebut, Ibu Soed dan seorang pembantu tetap harus bersusah payah membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur.
Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda di Gedung Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928. Lagu-lagu patriotik yang diciptakannya diilhami peristiwa yang terjadi dalam acara bersejarah tersebut. Pada tahun-tahun perjuangan, Ibu Soed juga bersahabat dengan Cornel Simanjuntak, Ismail Marzuki, Kusbini, dan tokoh-tokoh nasionalis lain.
Kalau Google saja memberikan apresiasi yang tinggi untuk Ibu Soed, maka sudah selayaknya kita pun memberikan penghargaan yang tinggi untuknya.
Al Fatihah untuk Ibu Soed tercinta…
Dewi Ria Angela