Harry Potter dan Politik Kita

Bagikan/Suka/Tweet:

Oleh Nusa Putra

Politik kita penuh kejutan. Sejak sebelum Presiden Jokowi dilantik sampai  menjalankan tugasnya, koalisi mendukung Prabowo (KMP) bersikap sangat kritis, bahkan beberapa anggotanya pernah mengeluarkan ancaman. Saat Presiden Jokowi mengirimkan surat terkait pencalonan tunggal Budi Gunawan sebagai Kapolri, beberapa anggota KMP masih bersuara keras, menuduh Presiden Jokowi bersikap diskriminatif, melakukan standar ganda.

Namun, kala KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka, terjadi perubahan mendadak. Para pendukung KMP justru yang paling bersemangat untuk melanjutkan proses uji kepatutan dan kelayakan. Ketua DPR, politisi Golkar yang juga pentolan KMP bahkan memuji dan sangat menghargai keputusan Presiden Jokowi memilih Budi Gunawan.

Saat berkunjung ke rumah Budi Gunawan, para pendukung KMP yang paling banyak muncul wajah dan komentarnya di media. Pada saat uji dilakukan, mereka yang biasanya sangat kritis dan banyak cakap, tiba-tiba menjadi sangat kompak mendukung yang berakhir dengan aklamasi setuju.

Perubahan yang sangat mendadak dan luar biasa. Ada apa di balik semua ini? Bila pada awal pencalonan, tokoh PDIP yang paling banyak bicara membela Budi Gunawan, maka setelah penetapan tersangka oleh KPK, justru orang-orang KMP yang paling banyak cakap membela. Mereka bilang hormati azas praduga tak bersalah, tersangka belum tentu bersalah, dan banyak komentar yang sangat positif. Ada apa sesungguhnya? Apa motif di balik sikap yang sangat baik dan mendukung ini?
Mungkinkah ada udang busuk di balik bakwan?

Menyaksikan permainan politik di atas, mungkin para penggemar Harry Potter akan teringat pada salah satu tokoh dalam cerita itu yaitu Peter Pettigrew. Ia seorang animagus. Manusia yang bisa bertransfigurasi atau berubah menjadi tikus. Sejatinya ia tikus.

Peter sangat terkenal karena sangat ahli berkhianat. Ia pernah mengkhianati teman seangkatannya, termasuk orang tua Harry Potter. Ia selalu menunjukkan sikap baik, sangat suka membantu, penuh perhatian dan selalu mendukung. Padahal aslinya ia adalah pendukung Voldemort. Musuh besar orang tua Harry Potter dan musuh besar semua orang baik dan benar.

Dalam beberapa serial Harry Potter, Peter tampil sebagai orang yang sungguh-sungguh membantu Harry Potter. Ia sangat cerdik membungkus dan mengemas niat jahatnya. Dengan cara itu ia berhasil menjebak Harry Potter. Rupanya ia sedang menjalankan tugas penting bagi si penguasa kegelapan yaitu Voldemort. Dibutuhkan waktu yang panjang dan perjuangan keras untuk membongkar kejahatan dan mengetahui maksud yang sesungguhnya. Saat semua kejahatannya terbongkar, Peter kembali kebentuk aslinya, tikus comberan!

Agaknya, Presiden Jokowi harus sangat hati-hati, waspada dan bijak menghadapi situasi politik bertalian dengan pengangkatan Kapolri baru. Rasanya yang terbaik adalah dengan tenang dan jernih menyimak suara nurani rakyat yang lebih condong menolak calon yang sekarang telah memunculkan kehebohan.

Ini saat yang tepat menggunakan nalar sederhana yang biasa digunakan rakyat banyak, dan mengabaikan keruwetan konstelasi politik. Bukankah selama ini masyarakat sering mendorong dan menyuarakan agar pejabat yang sedang terlibat kasus hukum menjadi tersangka segera saja mengundurkan diri. Agar jabatannya tidak tersandera oleh kasus dan statusnya, serta memberi kesempatan pada si pejabat untuk konsentrasi dan fokus mengurusi kasusnya.

Berdasarkan nalar sederhana itulah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Andi Mallarangeng, Suryadharma Ali dan Jero Wacik untuk mundur. Sikap yang memang pantas dipuji dan diteladani.
Bila sedang dalam jabatan saja mundur saat jadi tersangka, mosok memulai jabatan dalam kasus tersangka. Sungguh melanngar dan bertentangan dengan nalar sederhana.

MENGHORMATI RAKYAT DENGAN NALAR SEDERHANANYA, PASTI LEBIH BAIK BAGI NEGERI INI, DARIPADA MENGIKUTI KONSTELASI POLITIK YANG RUMIT BAGAI BENANG KUSUT.