TERASLAMPUNG.COM, Jayapura — Warga Kampung Mendali, Distrik Sentan Timur, Kabupaten Jayapura, Papua perlahan dan pasti mulai 2015 mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). BUMDesa yang mereka bangun terutama bergerak di bidang budidaya ikan dan pabrik pengolahan pakan ikan.
Melihat perkembangan BUMDesa di Kampung Mendali yang nyata, Kampung Mendali pada tahun 2016 mendapatkan total dana sebesar Rp1,76 miliar. Dana sebesar itu bersumber dari APBN sebesar Rp857 juta, kemudian Alokasi Dana Desa (ADD) dari Kabupaten Rp779 juta, serta dana prospek dari Provinsi Papua sebesar Rp112 juta.
Sebagian dari dana tersebut dipakai untuk membangun keramba ikan yang dipasang di Danau Sentani. Juga untuk membeli mesin pembuat pakan ikan. Kesepakatan membuat usaha budidaya ikan air tawar ini diambil melalui musyawarah kampung, dan terbukti mampu membawa perubahan signifikan bagi masyarakat.
“Sejak turun temurun kami di Kampung Mendali hanya memancing ikan secara perorangan dengan penghasilan yang pas-pasan. Sekarang arahnya mulai lebih baik dengan adanya usaha budidaya ikan yang dikelola desa bersama masyarakat,” tutur Kepala Kampung Mendali, Wenfred Wally saat berdialog dengan Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo yang berkunjung ke Kampung Mendali, Rabu lalu (28/9).
Dari keramba ikan, Kampung Mendali kini sudah mulai menuai hasil. Modal awal sebesar Rp13,5 juta yang ditanam tahun 2015 kini sudah balik modal. Selanjutnya, warga sudah menabur benih untuk masa panen ketigakalinya. Masyarakat juga berencana mengembangkan produksi ikan dengan menambah jumlah keramba serta penaburan benih baru.
“Kami juga mulai mengembangkan produksi pakan ikan. Selama ini kami mendatangkan pakan ikan dari Surabaya dengan harga Rp300 ribu sekarung. Dengan mesin yang ada, kami akan memproduksi pakan ikan,” imbuh Wenfred.
Jika produk pakan ikan ini berhasil, Kampung Mendali sudah punya rencana lebih besar, yakni menjadi penyuplai pakan ikan se-Kabupaten Jayapura. Apalagi bahan baku pakan ikan sangat melimpah di Jayapura. Misalnya dari daun ubi, daun eceng gondok, serta ketela dan bahan-bahan alami lainnya.
“Kami sudah mulai menanam bahan baku buat pakan. Sekarang tinggal jalankan saja. Kita akan ambil dari sebagian dana desa,” terang Winfred.
Menteri Desa Eko Sandjojo sangat mengapresiasi kinerja kepala kampong bersama masyarakat Mendali dengan mengembangkan bisnis berbasis potensi lokal. Pengembangan bisnis ini harus memegang tiga prinsip, yakni fokus pada satu komoditas, kemudian bangun produk dengan skala ekonomi yang mencukupi, lantas membuat sarana pasca panen.
“Kalau Kampung Mendali mengembangkan bisnis budidaya ikan, maka buatlah skala produksi yang besar agar bisa memasok ke seluruh kabupaten ataupun provinsi. Sarana pasca panen juga dibangun sehingga harga harga tidak jatuh saat panen melimpah. Orang kalau mau merasakan ikan Danau Sentani, ya pasti akan ke Kampung Mendali,” ucap Mendes Eko.
Demikian juga dengan bisnis pakan ikan, Mendes Eko berharap Kampung Mendali membuatnya dengan skala yang besar. Masyarakat pun perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan bagaimana membuat pakan ikan yang bermutu dan dikemas dengan baik.
“Kita di Kemendesa kan ada juga pelatihan-pelatihan dan pemberdayaan masyarakat. Termasuk pelatihan manajemen. Kalau bisa, beberapa kader desa ikut pelatihan manajemen karena ini penting untuk mengembangkan usaha masyarakat desa,” tegas Mendes Eko.
Kampung Mendali merupakan sebuah desa di Distrik (Kecamatan) Sentani Timur, Jayapura. Kampung ini dihuni 277 kepala keluarga yang sebagian besar mengais rejeki sebagai nelayan di Danau Sentani dan sebagian lagi bertani.
Dana Desa yang diterima dari APBN dipakai buat aneka program. Selain pengembangan ekonomi, juga membangun jalan desa, serta membuat rumah huni kepada sejumlah warga yang belum punya rumah. “Dari 277 KK, ada 66 KK yang numpang tinggal karena tidak punya rumah. Nah, kita fasilitasi mereka membuat rumah tinggal sederhana,” tandas Kepala Kampung Mendali, Wenfred Wally.