Hebat! Padi Sertani Asli Lampung Jaya di antara Ribuan Ha Areal Padi Puso di OKI

Bagikan/Suka/Tweet:
Sukirman sanngat senang memamerkan padi Sertani yang bulirnya bernas dan mulai menguning, (Foto: Istimewa)

PALEMBANG, Teraslampung.com —  Desa Nusantara, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, sempat terkenal karena bencana kabut asap beberapa waktu lalu. Dua warga Desa Nusantara, yakni Rohanah dan Purwanto meninggal karena kabut asap. Keduanya terserang inspesi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat kabut asap yang mengepung desanya selama beberapa bulan.

Setelah kabut asap hilang bersamaan datangnya musim hujan, kini bencana lain datang lagi di Desa Nusantara. Bencana itu adalah gagal panen padi alias puso.

Areal yang gagal panen di desa yang sebagian penduduknya merupakan transmigran dari Kediri, Jawa Timur, itu pun tidak sedikit: mencapai 1.200 hektare!

Yang membuat masygul para petani, awalnya tanaman padi itu tampak tumbuh subur,sehat, bahkan mulai berbuah. Namun, bersamaan daun yang yang mulai menguning, tanaman padi itu berubah layu, sedangkan bulir-bulir padi yang mestinya bernas ternyata tanpa isi alias gabuk.

Sukirman (44), warga Desa Nusantara, mengaku tanaman padi dengan ciri-ciri seperti itu adalah kaena  penyakit patah leher dan keputihan.

“Kami sudah mendatangi penyuluh pertanian lapangan untuk minta dibantu namun belum mendapat jawabannya untuk mengatasi masalah tersebut ,” kata Sukirman, Rabu (20/1).

“Meski demikian kami masih bersyukur mas, karena masih ada areal padi yang masih bisa selamat,” ujar Sukirman kepada  Mukri Friatna dan Tim Wahana Lingkungan Hidup (Walhi).

Yang dimaksud selamat oleh Sukirman tidak lain adalah karena masih ada sekitar 2,5 hektare yang tidak terserang puso. Artinya, petani bisa memanen padi di areal seluas 2,5 hektare itu.

 “Tanaman padi yang selamat itu yang bibitnya dari Walhi. Bibit seberat lima kg pemberian dari Walhi. Alhamdulilah, itulah  satu-satunya padi  sawah yang bisa dipanen pada akhir bulan ini,” katanya.

Padi Sertani yang benihnya dihasilkan Surono Danu, warga Desa Nambah Dadi, Lampung Tengah, tepukti tahan terhadap serangan hama dan biaya pemeliharaanya murah. (Foto: Istimewa/Walhi)

“Padi tersebut murni tidak saya apa-apakan seperti dipupuk dan disemprot, saya tanam secara alami. Sebelumnya pada bulan Februari lalu saya sudah merasakan untuk pertama kalinya panen padi Lampung ini, yang ditanam di sawah seluas seperempat hektare dan  menghasilkan 720 kg beras pungkas Sukirman,” Sukirman menambahkan.

Mukri dan para aktitivis Walhi pun kemudian ingat bahwa beberapa bulan lalu Walhi memberikan lima kilogram bibit padi Sertani hasil pemuliaan Surono Danu, peneliti padi independen dari Desa Nambah Dadi, Lampung Tengah. (BACA: Surono Danu, “Dokter Benih” dari Desa Nambah Dadi).

Mukri mengaku bibit  padi yang diberikan kepada warga Desa Nusantara itu sebenarnya adalah  pemberian Surono Danu.

“Kami memang sedang menyebarluaskan padi varietas  baru hasil temuan Pak Surono ke sejumlah daerah. Di antaranya ke Kabupaten  Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan,” kata Mukri.

Mukri mengaku, berdasarkan penuturan Sukirman, satu butir padi Sertani bisa menghasilkan tangkai buah padi paling sedikit 13 dan paling banyak 41 tangkai.

Kelebihan benih padi lokal asal Lampung ini lebih cepat berbuah dan dalam tiga bulan sudah bisa dipanen. Hebatnya lagi, tahan serangan hama dan pemeliharaannya tidak ribet karena  tanpa mengenal pupuk. Hal itu berbeda dengan padi Ciherang yang mayoritas ditanam oleh petani di Desa Nusantara.

Menurut Mukri, gagal panen ini tidak saja dirasakan oleh warga Desa Nusantara. Sebagian besar petani di Kecamatan Air Sugihan gagal panen.

“Karena lokasi tersebut sebagai lumbung padi dan kini sedang mengalami kegagalan, maka Walhi berharap kepada pemerintah setempat untuk bisa meninjau lokasi dan sekaligus memberikan jalan keluar guna meringkankan beban petani, terutama terkait utang pengadaan pupuk dan obat-obatan,” kata Mukri,

Mukri juga berharap, petani di Lampung sendiri bisa lebih menghargai varietas padi lokal Lampung bernama padi yang ditemukan oleh Surono Danu tersebut. (SIMAK: Hasil Penemuan Surono Danu Menyebar ke Seluruh Indonesia)

“Padi lokal asli Lampung terbukti tahan hama, murah biaya pemeliharaanya, dan produktivitasnya bagus,” kata Mukri,

Sumber: Walhi
Editor: Oyos Saroso HN