Humor  

Humor: Tidak Bisa Bunuh Diri

Bagikan/Suka/Tweet:

Suatu malam seorang Pria yang berperawakan kecil kurus, ceking (mungkin karena kurang makan kali y?) yaitu Parto duduk sebuah bar. Di depannya terdapat sebuah gelas berisi minuman yang dia pandangi sejak tadi, di tengah keheningan.

Tiba-tiba keheningan itu pecah ketika seorang preman yang gemuk masuk ke dalam bar itu. Dengan pongahnya, preman itu tertawa dan mengganggu semua orang yang ditemuinya. Lalu sampailah dia di depan Parto, dan dengan kasar mengambil gelas minumannya dan meminumnya sampai habis, lalu tertawa keras-keras.
Parto pun menangis keras…

Parto : “Huaaaaaa….”

Preman : “Hahaha… Percuma saja kau menangis. Aku akan selalu mendapat apa yang kuinginkan! Dasar ceking…”

Parto : “Kenapa hidup ini begitu tidak adil? Pagi tadi, aku dipecat bosku. Saat pulangnya, aku dirampok. Sampai di rumah, aku temukan istriku minta cerai. Aku begitu depresi sampai aku datang ke bar ini untuk bunuh diri…”

Preman : “Haha… Tunggu apa lagi? Bunuh dirilah sekarang…”

Parto : “Bahkan bunuh diri pun aku tidak bisa! Kamu baru saja meminum minumanku yg aku campur dengan racun… Huaaaa, sungguh tidak adil hidup ini……”

Preman : “$(@*(&@!!

Programmer dan Insinyur

Seorang programmer dan insinyur berada dalam sebuah perjalanan panjang di pesawat terbang. Si insinyur tidur dengan lelap. Tapi si programmer duduk gelisah. Setelah lama bingung mencari kegiatan, si programmer membangunkan insinyur dan mengajak main tebak-tebakan.

Si insinyur yang malas cuma menggeleng dan mencoba kembali tidur. “Ayo dong,” desak si programmer, “Kita paka
i taruhan. Yang kalah bayar sepuluh ribu ke yang menang.” Si insinyur masih menolak dengan halus.

“Begini saja,” kata programmer, “Kalau aku nggak bisa jawab pertanyaanmu, aku bayar seratus ribu. Kalau kamu nggak bisa jawab pertanyaanku, kamu bayar sepuluh ribu saja.” Si insinyur bosan diganggu, dan terpaksa setuju. Maka si programmer mengajukan pertanyaan pertama, “Berapa jarak dari matahari ke planet Pluto?” Si insinyur langsung menyerah dan menyerahkan sepuluh ribu rupiah.

Si programmer dengan sukacita menantang pertanyaan dari insinyur. Maka si insinyur bertanya, “Apa yang naik dengan tiga kaki dan turun dengan lima kaki?”

Si programmer bingung. Tapi ia tak mau menyerah. Maka ia membuka notebooknya, dan mencari berbagai referensi. Setelah gagal, ia menyambungkan modem radio, dan mencari referensi ke Internet. Masih gagal, ia berkirim mail ke seluruh mailing list yang diikutinya untuk menanyakan soal itu. Tapi tidak ada yang bisa menjawab.

Putus asa, ia menyerahkan seratus ribu rupiah ke insinyur yang masih terkantuk-kantuk. Si insinyur tenang menerimanya dan memasukkannya ke saku.

Si programmer, penasaran, membangunkan si insinyur, dan bertanya lagi, “Jadi, apa jawabannya?” Dengan malas, si insinyur menggelengkan kepala, mengeluarkan sepuluh ribu rupiah, menyerahkannya ke si programmer, lalu tidur lagi.

Diceritakan kembali oleh: Sri Kadarwati