TERASLAMPUNG.COM — Konsorsium Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution akan membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik di Indonesia dengan total nilai investasi sekitar US$ 1,1 miliar. Angka itu setara dengan Rp 15,9 triliun (kurs Rp 14.500).
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkapkan apresiasinya kepada konsorsium atas terlaksananya kerja sama investasi tersebut. “Perjanjian kerja sama ini terealisasi dengan proses dan negosiasi yang panjang sehingga dapat menguntungkan semua pihak,” kata Bahlil dalam keterangan tertulis, Kamis, 29 Juli 2021.
Konsorsium Hyundai akan bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC). IBI selaku holding BUMN Baterai merupakan gabungan dari empat perusahaan pelat merah, yaitu PLN, Pertamina, MIND ID, dan Antam.
Menurut rencananya, fasilitas sel baterai akan mendorong kapasitas produksi hingga 10 giga watt Hour (GwH). Dengan kapasitas itu, pabrik baterai akan menyuplai kebutuhan kendaraan listrik produksi Hyundai.
Dari total investasinya, pabrik baterai akan menyerap tenaga kerja sekitar seribu orang. Kerja sama investasi ini merupakan salah satu tahap dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai US$ 9,8 miliar.
Saat ini kerja sama investasi sudah memasuki tahapan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU antara Indonesia dan Korea Selatan. Hingga akhir tahun nanti, Kementerian Investasi menargetkan Hyundai sudah mulai melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking.
Dua hari lalu, Bahlil mengatakan groundbreaking pabrik baterai asal Korea Selatan tersebut sudah akan dilakukan pada Agustus. “Insya Allah Agustus ini ground breaking tahap pertama untuk pembangunan baterai mobil di Indonesia. Ini pertama kali di republik ini. Bukan kacang goreng,” ujar Bahlil.
Bahlil memastikan pengembangan industri mobil listrik terus berjalan. Hyundai Group, kata Bahlil, akan menyelesaikan proses pembangunan pabrik mobil listriknya di Tanah Air pada Maret 2022 sehingga Indonesia segera memiliki produsen kendaraan ramah energi. Menurut Bahlil, realisasi investasi asing terus berjalan kendati pandemi Covid-19.