Zainal Asikin | Teraslampung.com
LAMPUNG SELATAN — Sersan Satu Zulkarnaen (50), anggota Koramil 421-07 Sidomulyo, Lampung Selatan,yang bertugas sebagai bintara pembina desa (Babinsa), berhasil menciptakan pakan fermentasi kambing yang diolah dari sampah daun-daun kering, bekatul (dedak), gula merah, garam, air dan probiotik EM4.
BACA: Cerita Sertu Zulkarnaen Mengubah Sampah Menjadi Pakan Ternak
Hasil inovasi warga Dusun Kediri RT/02 RW/02 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo Lampung Selatan itu membuat kambing sehat dan gemuk. Bahkan, biaya untuk membuatnya sangatlah murah.
Saat musim kemarau panjang, kini para peternak kambing di Sidorejo tidak perlu lagi risau. Mereka tak harus menacari pakan ternak pengganti yang biasanya menggunakan pakan dari dedaunan segar atau rumput hijau.
“Pakan ternak kambing hasil olahan sederhana dari sampah daun kering initernyata cocok untuk ternak kambing bahkan sapi juga. Selain menyehatkan, biaya untuk membuatnya sangat murah sekali,”kata Sertu Zulkarnaen kepada teraslampung.com saat ditemui dikediamannya, sembari mempraktekan cara mengolah sampah daun kering yang akan difermentasi menjadi pakan ternak, Senin (4/11/2019).
Menurut Sertu Zulkarnaen, pemanfaatan sampah daun kering yang ada, selain tidak merusak tanaman juga tidak membahayakan bagi petani. Daun kering untuk pakan ternak, dapat juga diperoleh dari hasil samping produk tanaman seperti jerami, daun singkong, daun kakau dan masih banyak macam lainnya.
Dengan penuh semangat, Sertu Zulkarnaen menjelaskan secara rinci tahapan-tahapannya dan langsung mengolah sampah daun kering yang akan difermentasi untuk dijadikan pakan ternak.
Pertama, kata Sertu Zulkarnaen, bahan yang harus disiapkan dedaunan kering beratnya sekitar 50 Kg- 100 Kg, lalu bekatul (dedak) 1 Kg, satu botol cairan prebiotik EM4 isi 1 liter, satu bungkus garam kasar ukuran ¼ , 5 buah gula merah. Semua bahan itu, hanya membutuhkan modal sebesar Rp 40 ribu. Kemudian tong/drum plastik kapasitas isi 250 liter, plastik bening tebal ukuran besar dan wadah untuk menyiram bunga (gembor).
Cara pembuatannya, kata Sertu Zulkarnaen, pertama sediakan tempat yang layak atau lebar untuk fermentasi.
Kedua,siapkan terpal untuk menaruh daun-daun kering yang sudah diambil. Setelah daun kering ditaruh (tumpah) di atas terpal.
Ketiga, ditaburi bekatul di atasnya secara merata.
“Semua jenis dedaunan yang kering bisa dijadikan pakan, kecuali hanya daun pelepah kelapa dan sawit saja karena memiliki batang lidi. Saat sampah daun kering ditumpahkan di atas terpal, jangan lupa dipilah dikhawatirkan ada sampah pastik,”bebernya.
Keempat, ambil lima liter air bersih dimasukkan dalam ember ukuran sedang. Air tersebut diiberi garam satu genggam tangan orang dewasa, dua buah gula merah, dan cairan prebiotik EM4 cukup tiga tutup botol saja.
Setelah disiramkan, lanjut Zulkarnaen, barulah daun kering yang sudah dicampuri dengan semua bahan-bahan itu diaduk-aduk hingga merata.
Selanjutnya siapkan plastik tebal ukuran besar tadi dan dimasukkan dalam tong plastik ukuran sedang.
Sampah daun-daun kering ini dimasukkan ke plastik, sembari dipadatkan dengan cara dinjak-injak. Setelah semuanya dimasukkan, bagian atas plastik diikat tali dengan rapat agar benar-benar kedap udara. Barulah tong ditutup rapat, dan tunggu atau dibiarkan selama tiga hari.
“Kenapa harus diikat atau ditali rapat, yakni sebagai proses pengurai bakteri makanan agar bakteri lain tidak masuk didalamnya. Setelah tiga hari, pakan ternak hasil fermentasi ini bisa dibuka dan diberikan pada kambing sesuai perkiraan dan kebutuhan,”terangnya.
Dikatakannya, pakan ternak fermentasi dari sampah daun kering hasil inovasinya ini, bisa diberikan ke 12 ekor kambing dan dapat dijadikan stok pakan selama sepekan atau 7 hari kedepan. Untuk pemberian pakannya, sehari cukup dua kali saja yakni pagi jam 08.00 WIB dan sore jam 17.00 WIB. Malamnya sekitar jam 19.00 WIB, kambing diberi minum dan airnya dicampuri dengan sedikit garam.
“Sangat mudah dan gampang kan membuatnya, tentunya sangat prospektif untuk dikembangkan. Jadi buat pakan fermentasi ini, capeknya hanya sehari saja tapi bisa istirahatnya bisa seminggu,”tandasnya.
Para peternak di Kecamatan Sidomulyo, Candipuro dan Kecamatan lainnya di Kabupaten Lampung Selatan tersebut, saat ini mulai menerapkan teknologi pengolahan pakan ternak dengan teknologi fermentasi berbahan baku dari sampah daun kering.
Salah satunya adalah, Ust. Imam Nuryani, pimpinan Pondok pesantren (Ponpes) Mamba’ul Hikam di Desa Seloretno, Sidomulyo, Lampung Selatan yang telah membuktikan hasil inovasi pakan ternak kambing dari sampah daun kering.
Saat ditemui, Ust. Imam Nuryani menuturkan, telah membuktikan pakan ternak kambing fermentasi hasil inovasi Sertu Zulkarnaen yang diolah dari bahan dasar daun-daun kering dan bahan-bahan alami lainnya.
“Inovasi pakan ternak kambing sederhana temuan pak Zulkarnaen ini, mudah sekali untuk ditiru dan saya sudah langsung mencoba untuk membuatnya. Inovasi seperti ini, harus disebarluaskan ke seluruh masyarakat Lampung Selatan dan seluruh Provinsi Lampung yang berternak kambing,”ujarnya.
Menurutnya, saat diberikan pakan hasil dari inovasi daun kering tersebut, puluhan ekor kambing yang dipelihara bersama para santri atau murid pondok pesantren, ternyata makannya benar-benar lahab dan kambing tidak mudah masuk angin, sehingga sehat dan gemuk.
“Pertumbuhan kambingya sangat memuaskan, terlihat beda memang jika dibandingkan dengan pakan konvensional kambing, yakni seperti rumput dan dedaunan. Bahkan hasil inovasi pakan ternak ini, tidak hanya untuk ternak kambing saja melainkan bisa juga untuk pakan ternak sapi,”ungkapnya.
Semoga fermentasi pakan ternak kambing dari sampah daun kering hasil inovasi Sertu Zulkarnaen dan tulisan ini, dapat membantu anda dalam beternak agar tidak kesulitan lagi mencari pakan daun segar dan rumput hijau saat musim kemarau dan menghasilkan kambing yang gemuk dan sehat.