Zainal Asikin | Teraslampung.com
BANDARLAMPUNG — Mustofa Zailani (MZ), 52, terduga teroris yang ditangkap polisi di Kelurahan Pesawahan, Telukbetung Selatan, Bandarlampung, Minggu malam (25/9/2017), menghabiskan masa kecilnya di Bandarlampung. Semua pendidikannya ditempuhnya di Kota Tapis Berseri.
Menurut Rudin Waluyo (50), Ketua RT 42 Lingkungan 3, Kelurahan Pesawahan, Telukbetung Selatan, Bandarlampungm semasa kecil Mustofa sekolah di SD Perkemas. Lalu melanjutkan ke SMP Cimeng yang saat ini SMPN 6 Bandarlampung.
Mustofa kemudian melanjutkan ke dan SMA 2 Tanjungkarang. Selanjutnya, Mustofa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Lampung (Unila).
“Mustafa lulusan Fakultas Pertanian jurusan Pertanahan di Universitas Lampung (Unila). Istrinya N alias UL juga lulusan dari sebuah universitas di Makassar. Mereka berdua mengajar di Ponpes daerah Batu Putu, Bandarlampung,” kata Rudin Waluyo.
Setelah lulus kuliah, kata Rudin, Mustofa menikah dengan N alis UL (49) yang merupakan warga sini. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai empat orang anak. Beberapa tahun kemudian, Mustofa dan istrinya ikut pengajian Khilafatul Muslimin hingga menjadi pengurus di kelompok pengajian tersebut sampai 10 tahun.
“Sejak itulah, Mustofa mengalami banyak perubahan, mulai membatasi pergaulan dan hubungannya dengan warga yang tinggal di lingkungan sini. Bahkan setiap mengadakan pengajian dengan kelompoknya itu, tidak pernah laporan ke saya sebagai ketua RT,”ungkapnya.
Menurut Rudin, sebelum bergabung ke kelompok pengajian itu, Mustafa dikenal cukup baik dan selalu terbuka dengan warga sekitar rumahnua.
“Setelah bergabung dengan kelompok pengajoan, orangnya jadi semakin tertutup dan jarang bergaul dengan warga. Mustofa lebih intens dan fokus di organisasinya itu dan semakin jauh dengan warga. Bahkan dia juga sering menggelar pengajian dengan kelompoknya di sini tapi tidak pernah laporan.
“Dia laporan ke saya saat akan menikahkan anaknya. Anehnya, tanpa ada petugas pencatat nikah (penghulu). Mustofa menganggap bahwa penghulu itu hanya simbol saja. Jadi anaknya itu nikah, tidak memiliki surat nikah resmi,”kata dia.
Menurut Rudin, Mustofa sebenarnya orangnya santun dan tidak pernah memiliki masalah selama tinggal di Kelurahan Pesawahan. Namun, kata Rudin, setelah ikut kelompok pengajian itu, dia menjaga jarak karena beda faham dengan kami.
“Bahkan warga sekitar enggan ngobrol dan berkunjung lagi ke rumahnya, apalagi masuk ke dalam kelompok pengajiannya itu.
Rudin mengatakan, Masjid Al Istiqomah yang dekat dengan rumah Mustofa dibangun sendiri oleh Mustofa. Masjid tersebut dipakai untuk kelompok pengajiannya sendiri.
“Padahal di wilayah ini, sudah ada Masjid Al Anwar,” katanya.
Rudin mengaku kaget saat Mustofa digerebek ditetapkan sebagai tersangka terkait dugaan terorisme.
“Saya nggak menyangka, Mustofa jadi tersangka sebagai terduga teroris. Memang sih… beberapa kecurigaan ke arah itu (terorisme) ada. Sebbab orangnya sedikit tertutup dan kalau ada warga yang meninggal tidak mau datang melayat. Jadi perbedaan paham itulah yang membuat dia jauh dengan warga sini, “jelasnya.
Menurut Rudin, soal Mustofa menikah dengan istri keduanya, Aulia Suryani (42), memang tidak diketahui oleh warga di sekitar rumahnya di Kelurahan Pesawahan.
“Istrinya (keduanya) seorang janda yang sudah memiliki tiga orang anak. Saya nggak tau kalau Mustofa pindah ke Gedung Air. Saya tahunya orang tuanya pengusaha sukses galangan kapal, jadi wajar kalau punya rumah banyak,” ujarnya.