Hukum  

Ini Kronologi Tewasnya Dua Buruh Pelabuhan Panjang

buruh pelabuhan panjang tewas
Jasad salah satu buruh bongkar muat kapal pelabuhan panjang saat di Puskesmas Rawat Inap Panjang, Bandarlampung, Senin (27/10).
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin/Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG-Lima orang buruh pelabuhan  Panjang, keracunan gas bungkil sawit dari Palka (ruangan penampung muatan kapal) KM Horai asal Kalimantan yang mengangkut muatan bungkil sawit, pada Selasa (27/10) sekitar pukul 09.00 WIB.

Mahmud (50) salah seorang buruh bongkar muat pelabuhan mengatakan, sebelum kejadian nahas tersebut, awalnya kapal KM Horai yang mengangkut bungkil kelapa sawit dari Bangka tiba di Pelabuhan Panjang untuk membongkar muatan.

“Para buruh yang ada di Pelabuhan, sperti biasa kalau ada kapal datang pasti buruh juga datang untuk bongkat muatan. Ketika kapal sandar,  kru kapal membuka atap selubung  penutup muatan kapal
(Palka), begitu palkanya dibuka tiba-tiba bau gas menyengat,”kata Mahmud kepada Teraslampung.com di Puskesmas Rawat Inap Panjang, Selasa
(27/10).

Tiba-tiba Nurita buruh wanita dan Muhidin alias Ateng, lanjut Mahmud, masuk kedalam Palka mau bongkar muatan tiba-tiba keduanya langsung abruk jatuh. Melihat keduanya ambruk, Sahludin seorang supir truk yang akan mengangkut muatan bersama Jumen masuk kedalam mau menolong
keduanya.

“Begitu masuk, Sahludin mau gotong Nuriti dan Jumen mau gotong Muhidin keduanya malah ikut ambruk juga. Mandor Sanuri alias Tengnuri mau menolong, malah ikut ambruk juga. Melihat mereka ambruk, saya lari cari pertolongan untuk mengeluarkan mereka,”ujarnya.

Kemudian mereka dapat dikeluarkan dan diangkat dari dalam palka, ketika datang tiga orang anggota marinir dan satu orang Babinsa yang bertugas di Pelabuhan. Kemudian kelimanya, langsung dibawa petugas ke Puskesmas Rawat Inap Panjang.

“Ya yang gotong mereka (korban) dari dalam ruangan kapal, anggota marinir mengeluarkannya pakai alat masker gitu. Saya dan teman buruh lainnya gak berani deket mas, soalnya bau gasnya itu nyengat bener di kepala aja langsung pusing saat menghirup gas itu. Kalau kejadian persisnya, ya sekitar pukul 09.00 WIB,”ungkapnya.

Hal senada pun dikatakan oleh Mumuh seorang pekerja lainnya di Pelabuhan Panjang.

Mahmud mengutarakan, akibat kejadian itu, Sahludin supir truk dan Jumen yang pada saat itu mencoba menolong Nuriti dan Muhidin alias Ateng yang keracunan gas lebih dulu justru malah meninggal dunia. Sementara Nuriti, Muhidin alias Ateng dan Sanuri alias Teng Nuri dapat
diselamatkan nyawanya meski kondisinya kritis.

“Jadi Sahludin dan Jumen yang saat itu coba menolong, malah akhirnya meninggal karena keracunan gas bungkil sawit dari dalam ruangan palka kapal. Untuk ketiga orang buruh yang kritis dibawa ke RS Abdoel Moeloek,”terangnya.

Menurut keterangan salah satu korban bernama Sanuri alias Tengnuri yang kondisinya sudah sadarkan diri dan membaik menuturkan, awalnya kapal KM Horai bersandar di Pelabuhan Panjang sekitar pukul 08.00 WIB. Kapal tersebut mengangkut muatan bungkil sawit dari Bangka, pada saat
penutup Palka kapal dibuka, Nuriti dan Muhidin langsung masuk ke kapal untuk bongkar muatan.

“Pada saat itulah Nuriti dan Muhidin langsung jatuh pingsan, melihat itu Sahludin dan Jumen mencoba menolong. Ternyata keduanya juga malah pingsan, saya juga coba menolong mereka eh malah saya juga ikut pingsan,”kata Sanuri kepada wartawan saat berada diruang UGD RS Abdoel
Muluk, Selasa (27/10).

Dikatakannya, pada saat itu ia mengalami kepalanya pusing dan pandangannya langsung gelap akibat aroma gas menyengat bungkil sawit dari dalam Palka kapal.

“Karena gak kuat bau gas itu, saya gak berani mengeluarkan mereka dari dalam. Lalu saya berlari keluar meninggalkan keempat teman saya itu, taklama kemudian saya sudah gak sadarkan diri. Jadi itu setahu saya kejadiannya,”ungkapnya.

Menurut keterangan dr Tony salah satu petugas medis di RSUAM mengatakan, penyebab dari tiga buruh bongkar muat kapal yang pingsan, mengalami kepala pusing dan mual-mual di akibatkan keracunan gas amoniak yang berasal dari biji kelapa sawit yang berada didalam kapal.

“Ketiga buruh ini, Nuriti, Muhidin dan Sanuri menghirup gas amoniak sehingga menyebabbkan ketiganya pingsan. Beruntungnya fisik mereka ini kuat, dan cepat diberikan pertolongan. Kalau tidak, ya bisa saja nasib mereka sama dengan dua buruh yang meninggal,”kata Tony.

Terpisah, salah satu perwakilan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) pelabuhan Adi mengatakan, atas kejadian tersebut pihaknya tetap akan bertanggungjawab terhadap para korban dua orang buruh yang meninggal dunia dan tiga korban yang dirawat di RS Abdoel Muluk.

Namun untuk mengenai proses hukumnya, ia juga menyampaikan pihaknya menyerahkan sepenuhnya proses tersebut kepada pihak yang berwajib.

“Ya kami selaku organisasi tempat bernaungnya para buruh bongkar muat pelabuhan, tetap bertanggungjawab dan memberikan support kepada anggota kami yang mengalami musibah ini,”kata dia.

Menurut Adi, tapi permasalahannya, ada salah satu korban yang meninggal dunia bernama Sahludin, dia memang bukan anggota di TKBM melainkan seorang supir. Akan tetapi, pihaknya akan mengupayakan untuk mencari solusi terbaik mengenai masalah ini.

“Ya ada lima korban akibat keracunan gas dari bungkil kelapa sawit, Sahludin dan Jumen meninggal dunia. Kemudian Nuriti, Sanuri alias Tengnuri dan Muhidin alias Ateng mengalami pingsan. Selain mereka, ada beberapa buruh bongkar muat lainnya yang mengalami mual dan pusing. Tapi mereka hanya dilakukan rawat jalan saja,”terangnya.