Ini Penyebab Utama Terjadinya Sekolah Berdinding Geribik di Lampung Utara

Para siswa SDN 1 Handuyangratu belajar di ruang kelas berdinding geribik.
Para siswa SDN 1 Handuyangratu belajar di ruang kelas berdinding geribik.
Bagikan/Suka/Tweet:

Feaby Handana | Teraslampung.com

Kotabumi–Penyebab tidak diperbaikinya gedung lama SDN 1 Handuyangratu, Bungamayang, Lampung Utara akhirnya terjawab. Jumlah siswa mereka di sana hanya sekitar 25 orang pada tahun 2016 silam.

BACA: Sekolah Berdinding Geribik, Kasus SDN 1 Handuyangratu Lampung Utara Sejak 2012

“Karena jumlah muridnya sedikit sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk mendapat perbaikan Alhasil, ‎gedung SDN yang telah ditinggalkan itu tidak bisa diperbaiki,” kata mantan Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Lampung Utara, Juniriadi, Jumat (22/7/2022).

Lantaran jumlah murid yang sedikit ini pulalah yang membuat mereka berencana menggabungkan sekolah itu dengan sekolah terdekat. Sayangnya, rencana itu ditolak mentah – mentah oleh pihak sekolah. Persoalan ini telah mereka laporkan ke Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Utara yang kala itu masih dijabat oleh Samsir.

“Karena persoalan ini telah diambil oleh kabupaten, kami menunggu instruksi apa yang mesti kami lakukan terkait itu. Sayangnya, sampai saya pindah dari sana, instruksi itu masih juga belum ada,” jelasnya.

Sebelumnya,‎ tahun 2016 silam, Pemkab Lampung Utara sempat berjanji untuk memperbaiki bangunan SDN 1 Handuyangratu, Bungamayang. Sayangnya, janji itu diduga tidak pernah ditepati. Akibatnya, para pelajar di sekolah tersebut masih juga menempati bangunan bekas balai desa itu yang sebagiannya berdindingkan papan dan anyaman bambu.

Bangunan lama gedung SDN 1 Handuyanglama beratap langit alias tanpa atap. sumber: lampungtelevisi
Bangunan lama gedung SDN 1 Handuyanglama beratap langit alias tanpa atap. sumber: lampungtelevisi

Penggunaan bangunan yang jauh dari kata layak itu karena satu ruang kelas baru yang dibangun pada tahun 2021 lalu hanya mampu menampung dua kelas saja. Itu pun harus bergantian. Kondisi ini jelas sangat mengganggu kenyamanan para pelajar di sana.

Salah seorang siswa kelas VI yang bernama Desita mengakui bahwa kondisi ini telah terjadi sejak ia pertama kali bersekolah di sana. Sejak kelas I hingga sekarang, bangunan tempatnya menimba ilmu kondisinya masih seperti itu.

Kondisi ini membuat mereka tidak nyaman saat mengikuti pelajaran. Apalagi, saat hujan turun. Ruangan yang memang bukan untuk belajar itu selalu basah oleh air hujan.

“Sedih ngeliat sekolah kami kok seperti ini. Padahal, di sekolah – sekolah lain, bangunannya bagus semua,” katanya.