TERASLAMPUNG.COM — Mempersiapkan dana pendidikan anak adalah salah satu hal yang menjadi tujuan finansial bagi banyak orang, terutama para orang tua. Namun, tidak sedikit orang tua yang belum memperhitungkannya secara matang, termasuk mempertimbangkan kenaikan biaya pendidikan agar paham berapa dana yang harus dialokasikan dan di mana harus menempatkan dana tersebut.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi yang timbul dari sektor pendidikan mencapai 3,77% persen per tahun pada 2019. Namun tidak sedikit publikasi di internet yang menyebutkan bahwa kenaikan uang pangkal masuk sekolah justru mencapai 10% per tahun. Seperti apakah besarnya di masa yang akan datang?
Kenaikan harga barang dan jasa untuk sektor pendidikan tentu akan menjadi perhatian yang cukup serius bagi para pencari nafkah yang sudah punya momongan. Terlebih lagi jika sekolah yang dituju adalah sekolah swasta.
Oleh karena itulah, selain harus berhemat, kita wajib menerapkan strategi khusus untuk mengumpulkan dana pendidikan anak.
Berikut adalah strategi dari Lifepal.co.id untuk mengumpulkan dana pendidikan anak hingga lulus perguruan tinggi.
Cari tahu biaya sekolah yang dituju
Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengumpulkan informasi sedetail-detailnya seputar biaya sekolah di sekolah dan universitas/perguruan tinggi yang Anda tuju di tahun ajaran yang sedang berlangsung.
Biaya-biaya tersebut bisa berupa uang pangkal, biaya tahunan, SPP sebulan yang disetahunkan, seragam, serta buku untuk sekolah TK hingga SMA. Untuk mempermudah melakukan pengelompokkan biaya, Anda bisa menyatukan uang pangkal yang dibayar pertama kali masuk ke dalam biaya tahunan pada tahun pertama, sedangkan untuk seragam, biaya ekstrakurikuler, dan buku ke biaya lain-lain.
Di tahun kedua, untuk jenjang SMP dan SMA, sebagian sekolah juga tidak memberlakukan adanya pembayaran biaya tahunan, namun ada kenaikan SPP. Jadi, total biaya yang dihitung berdasarkan nilai inflasi adalah biaya SPP dan lainnya yang dihitung tahunan.
Sementara itu, untuk biaya kuliah, uang pangkal bisa dimasukkan ke dalam komponen biaya operasional gedung tahunan di tahun pertama. Untuk biaya kartu rencana studi (KRS), praktikum, unit kegiatan mahasiswa, dapat dimasukkan ke biaya lain-lain dengan asumsi 20 SKS atau lebih.
Buatlah rangkuman atas biaya-biaya tersebut dalam sebuah daftar seperti yang tertera di gambar atas dengan menggunakan asumsi usia anak. Usia anak akan menjadi penentu horizon waktu Anda dalam berinvestasi.
Hitung perubahan biaya pendidikan sesuai dengan asumsi inflasi tahunan
Lakukanlah perhitungan total biaya pendidikan untuk setiap jenjang dengan menggunakan metode future value.
Untuk menentukan besaran inflasi tahunan, Anda bisa menggunakan acuan berupa inflasi biaya pendidikan tahunan dari BPS yang sebesar 3,77% atau 10% sesuai dengan opini yang sering beredar di media massa.
Tabel di atas menunjukkan perhitungan biaya pendidikan dengan asumsi inflasi sebesar 10% per tahun. Jika dijumlahkan, maka total biaya yang harus dikumpulkan seseorang untuk biaya pendidikan anak dalam 22 tahun mencapai Rp 2,2 miliar.
Hitung ulang kebutuhan dana berdasarkan jangka waktu investasi
Lakukan perhitungan kembali atas kebutuhan total dana pendidikan berdasarkan setiap jenjang. Misalkan, dari perhitungan tabel di atas diketahui bahwa untuk TK yang terdiri dari TK A dan TK B, seseorang akan membutuhkan dana kurang lebih Rp 14.265.093 dalam lima tahun ke depan. Sementara itu, total biaya pendidikan untuk jenjang SD dari kelas 1 hingga kelas 6 adalah Rp171 juta, dan seterusnya hingga kuliah.
Tabel di bagian kanan menunjukkan jangka waktu investasi yang harus Anda lakukan untuk memenuhi kebutuhan biaya tersebut. Pilihlah investasi yang sesuai dengan profil risiko Anda dan jangka waktu investasinya.
Pilih instrumen investasi sesuai profil risiko dan jangka waktu investasi
Semakin pendek jangka waktu menabung Anda, sebut saja di bawah setahun hingga tiga tahun, pilihlah instrumen yang memiliki volatilitas nilai rendah dan imbal hasil stabil. Sebut saja seperti reksa dana pasar uang, deposito, atau obligasi negara seperti ORI, Sukuk, dan lain sebagainya.
Namun untuk jangka menengah atau panjang (di atas 5 tahun), Anda bisa lebih fleksibel memilih instrumen investasi, bisa di instrumen dengan volatilitas rendah seperti yang telah disebutkan, atau yang tinggi sekalipun seperti saham atau reksa dana saham.
Untuk menentukan persentase bunga tahunan, Anda bisa menggunakan asumsi imbal hasil dari sebuah investasi dalam jangka waktu setahun. Sebut saja, asumsi imbal hasil setahun untuk deposito adalah 4%, obligasi negara 6%, reksa dana pasar uang 7%, reksa dana pendapatan tetap 9%, reksa dana saham 12%, dan saham blue chip adalah 15%.
Pastikan UP asuransi jiwa Anda bisa mengcover biaya pendidikan
Sebagai pencari nafkah, tentu saja kita harus bisa menjamin ketersediaan dana pendidikan yang cukup bagi buah hati. Namun risiko meninggal dunia di usia produktif masih tetap ada, begitu pun dengan risiko cacat total hingga kita tak lagi bisa mencari nafkah.
Apa jadinya jika kita meninggal di masa produktif dan tak lagi bisa mengumpulkan uang demi pendidikan anak? Bijakkah bagi kita untuk memupuskan impian sang anak mengeyam pendidikan yang layak di kemudian hari, serta membiarkan mereka menjadi sandwich generation? Semoga saja tidak.
Oleh karena itu, pastikan bahwa kita memiliki asuransi jiwa dengan uang pertanggungan (UP) yang cukup untuk menanggung biaya hidup serta biaya pendidikan buah hati kita.
Untuk menghitung uang pertanggungan, gunakanlah metode pendekatan pengeluaran. Dengan metode ini, UP yang akan didapat ahli waris kita akan sesuai dengan kebutuhan kita di masa depan yang sudah disesuaikan dengan inflasi.
Itulah strategi untuk menabung biaya pendidikan anak yang efektif. Pada intinya, menabung dana pendidikan memang penting, namun agar lebih mudah pencapaiannya, Anda harus mengalokasikan dana tabungan ke instrumen investasi.
Jangan lupa pula bahwa, selain menabung, proteksi berupa asuransi jiwa juga harus menjadi prioritas Anda sebagai pencari nafkah.
*Konten kerjasama Teraslampung.com dan Lifepal.co.id