TERASLAMPUNG.COM, BATAM — Wajah Adam terlihat sedikit cemas, pasalnya ikan dingkis yang dijajakannya baru terjual 4 ons dari stok yang tersedia sebanyak 6 Kilogram. Sementara ikan dingkis hanya “naik daun” pada saat menjelang imlek, seusai perayaan tahun baru bagi etnis Tionghoa itu, harga ikan kembali normal seperti sedia kala.
“Hari ini saya punya ikan dingkis sebanyak 6 Kilogram tapi baru terjual 4 ons,” kata Adam kepada www.terasbatam.id di Pasar Penuin, Batam, Senin (31/01/2022) atau H-1 sebelum perayaan Imlek yang jatuh pada tanggal 1 Februari.
Menurut Adam, jika ikan Dingkis berukuran besar dan memiliki banyak telur harga bisa mencapai sebesar Rp 400 ribu, sedangkan stok ikan dingkis yang dimilikinya berukuran lebih kecil dengan harga jual sebesar Rp 250 ribu per kilogram.
“Modalnya per kilo saja sekitar Rp 200 ribu, tidak banyak untung saya ambil,” kata Adam.
Adam menyebutkan bahwa harga Ikan Dingkis melambung menjadi mahal hanya pada saat menjelang perayaan Imlek, dimulai dari H-2 hingga H-1 saja, sedangkan pada hari H dan selanjutnya harga hanya sekitar Rp 35 ribu per kilogram.
“ikan ini memang naik daunnya pada saat Imlek saja, kalau hari biasa yang harganya sama dengan ikan-ikan yang dikonsumsi pada umumnya,” kata Adam.
Sementara itu salah seorang tokoh masyarakat Tionghoa Batam, Li Khai, mengatakan menjelang perayaan Imlek ada acara makan bersama dengan keluarga inti atau yang biasa dikenal dengan Wue Low.
“Sebenarnya ikan dingkis yang sering disebut dalam perayaan Imlek itu soal kepercayaan saja, bukan tradisi,” kata Li Khai.
Menurut Li Khai, makan bersama atau Wue Low bertujuan mempererat tali persaudaran sesama anggota keluarga inti sambil mendengarkan cerita atau rencana ke depan.
“Sajian utama dalam tradisi makan bersama yaitu steamboat yang wajib ada. Ikan lao hsen, itu untuk keberuntungan bisnis di tahun depan,” kata Li Khai.