Inilah Oleh-oleh Kunker Komisi V DPRD Lampung ke Padang

Bagikan/Suka/Tweet:
Anggota Komisi V DPRD Lampung Yanuar Irawan

TERASLAMPUNG.COM– Komisi V DPRD Provinsi Lampung melakukan Kunjungan Kerja (Kunker ) ke Kota Padang, Sumatera Barat dan Jakarta, selama seminggu (28/9 — 2/10). “Oleh-oleh” penting dari kunjungan kerja  tersebut adalah bagusnya pengelolaan dana BOS di Padang dan netralitas guru dan kepala sekolah dari politik.

Menurut Anggota Komisi V Yanur Irawan SE, kunjungan kerja ke Padang, Sumatera Barat bukan tanpa alasan. Kota Padang,  tercatat sebagai salah satu kota dengan  kualitas pendidikan  nomor  dua di Sumatera di bawah Medan (Sumatera Utara).

Selain itu, lanjut Yanuar, Komisi V  memang fokus tentang dana pendidikan  20 persen. Seperti yang disyaratkan dengan UU Nomor 20/Tahun  2003. “Dana BOS untuk Lampung sekitar RpI triliun, jadi dana APBD kita Rp 5  triliun . Logikanya dana   BOS  kita mencukupi. Masalahnya, dana BOS untuk operasional sekolah. Lalu bagaimana  sekolah yang sudah mulai roboh harus dianggarkan di APBD?” ujarnya,

Di samping itu, prestasi pendidikan di Kota Padang ini sudah  sampai luar negeri terutama pembangunan  karakter manusianya. Untuk kepsek,   pejabat dan kadis, ditunjuk berdasarkan kemampuan mereka.

“Kelemahan kita di Lampung ,  kepsek ditentukan oleh kepala daerah terutama  di Lampung yang sedang menggelar Pilkada . Pola ini harus kita ubah. Kepsek dan kepala dinas jangan dimasukkan ke ranah politik.Kalau kita mau maju ya sama- sama . Jika mau maju sama-sama antara dewan dan pejabatnya,” katanya.

Yanuar berjanji,  Komisi V akan akan membahas  secara keseluruhan mana yang prioritas dan  mana yang lebih penting. Menurutnya, tidak mungkin dengan  dana  anggaran kita semua kita realisasikan.  Fokus dengan anggaran 20 persen untuk pendidikan  sesuai dengan kemampuan keuangan daerah masing masing. 

“Dan tdak ada sanksinya  jika kepala daerah tidak melaksanakannya. Kita akan coba mininmal anggaran di tahun  2016 tidak turun dari tahun 2015  dan  minimal sama dari  anggaran di tahun l2015,” katanya.

Soal budaya, kata Yanuar, Kota Padang memang masih memegang  budaya mereka.  Disana  masih di pakai betul  kepala nagari/ ketua adat. Jika kepala nagari sudah  bicara maka lebih dari kepala daerah yang bicara. Kalau di Lampung, sangat berbeda. Ketua adat  ada dan  dipakaii kalau ada acara pernikahan saja dan tidak termasuk ranah pemerintahan.

Ciri khas budaya juga sangat kental di Padang. Beberapa bangunan seperti di gedung dewan ada ciri khas budaya. Banyak hal yang bisa  kita tiru. 
Bahkan disana semua orang boleh mampir ke rumah adat secara  gratis dan hanya menyewa baju adat Rp35.000gorang. 

“Kita bisa melakukan itu, masukan kita kepada kepala daerah, ada ciri khasnya di semua gedung dewan. Sementara di Lampung hanya  diisi siger kecil di kantor  walikota,” ujarnya.

Mas Alina Arifin