Opini  

Jalan Panjang Pertumbuhan 8%

Ridwan Saifuddin
Bagikan/Suka/Tweet:

Ridwan Saifuddin
Kabid Ekonomi Bappeda Provinsi Lampung; Dosen UBL

Pagi yang mendung membuka prosesi pencoblosan Pilkada 2024: Rabu, 27 November. Semua daerah, provinsi dan kabupaten/kota menggelar ritual demokrasi yang baru kali ini digelar secara serentak se-Indonesia.
Selain serentak secara nasional, permainan dalam kontestasi terasa masih setali tiga uang dengan Pilkada sebelumnya. Isu politik uang masih menguar di sana-sini.

Tuduhan penyalahgunaan jabatan dalam kampanye membuat seorang kandidat di Kota Metro didiskualifikasi hanya beberapa hari menjelang pencoblosan. Padahal, kita butuh mengubah permainan. Ya, tanpa mengubah permainan, cita-cita Presiden Prabowo tentang kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan tinggal harapan. Bagaimanapun, cita-cita Indonesia Maju menuju Indonesia Emas 2045 kelak ditentukan kinerja pembangunan daerah.

Apa perubahan permainannya? Pertama, cita-cita pertumbuhan ekonomi tinggi, yang diinginkan Presiden dalam 5 tahun ini bisa 8%. Kita ingin keluar dari jebakan pendapatan menengah, meski pada 2020 kita sempat masuk katagori pendapatan menengah atas (PDB per kapita sekitar USD 4.256). Pandemi COVID-19 membuat kita kembali ke pendapatan menengah bawah pada 2021. Skenario Bappenas pertumbuhan 8% mungkin dicapai Indonesia pada tahun ke-3 atau ke-5 masa jabatan Prabowo-Gibran.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir rata-rata hanya 4,1%, atau 5,1% jika menghilangkan 2 tahun bencana Covid-19. Provinsi Lampung, dalam 5 tahun terakhir rata-rata pertumbuhan ekonomi ada pada level 3,04%, atau 4,70% jika menghilangkan 2 tahun pandemi (2020, 2021). Jelas, untuk menaikkannya menjadi 8%, kita harus mengubah permainan: tidak bisa business as usual!

Dengan cara-cara lama, pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah tidak akan tumbuh setinggi yang diharapkan. Dibutuhkan perubahan fundamental, seperti melalui diversifikasi ekonomi untuk menciptakan generator pertumbuhan baru, industrialisasi untuk lebih dari sekadar hilirisasi komoditi, serta penguatan pada sektor manufaktur dan jasa bernilai tambah tinggi.

Sektor pertanian yang masih menjadi generator utama pertumbuhan ekonomi Lampung (27,34% pada Tw.3 2024) perlu diperkuat melalui mekanisasi dan infusi teknologi. Program petani milenial relevan dalam konteks infusi teknologi dan upaya meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian, di tengah tren produktivitas sektor primer kita yang tidak cukup menggembirakan.

Industri pengolahan yang tumbuh cukup tinggi (10,54% pada Tw.3 2024) harus lebih diperkuat melalui dukungan infra dan suprastruktur yang lebih baik. Industri manufaktur ini harus diperkuat sebagai generator pertumbuhan yang lebih signifikan di daerah; memperkuat sektor pertanian. Modal sumber daya alam dan sumber daya manusia harus diarahkan untuk memperkuat sektor manufaktur ini, dengan dukungan kebijakan yang tepat. Kompetensi SDM di daerah harus ditingkatkan untuk mengurangi informalitas dalam struktur ketenagakerjaan kita.

Bonus demografi, di mana kita punya penduduk usia produktif lebih besar dibanding usia tidak produktif, harus dikelola sebagai modal utama pertumbuhan. Infusi teknologi difasilitasi dengan pengelolaan bonus demografi ini. Petani milenial hendaknya lebih diorientasikan untuk meng-infus teknologi dalam proses produksinya, ketimbang sekadar mengatasi pengangguran.

Lampung ditantang lebih mampu memanfaatkan keunggulan geografisnya, dengan model dan pendekatan ekonomi baru. Dari sisi pengeluaran, investasi (I) harus didorong, dibarengi dengan optimalisasi belanja pemerintah (G).

Optimalisasi investasi dan konsumsi pemerintah ini secara kausalitas akan mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi. Lampung perlu memperluas model ekonominya dari sekadar bertumpu pada sektor primer, ke arah memperluas basis investasi pada industri andalan.

Kedua, misi kesejahteraan sosial Program “Quick Win” membutuhkan penyelarasan kebijakan pusat-daerah. Program Makan Bergizi Gratis (MBG), pemeriksaan kesehatan gratis, pembangunan rumah sakit, sekolah unggulan terintegrasi, menjadi bagian program inisiatif hasil cepat yang diharapkan benar-benar mampu meningkatkan modal manusia secara signifikan. Bukan sekadar meningkatkan beban fiskal pusat-daerah.
Kapasitas dan kompetensi SDM ini menjadi tujuan fundamental dari program-program kesejahteraan sosial Prabowo-Gibran. Ini secara jangka panjang akan memberikan multi dampak yang luas, jika diimplementasikan dengan baik, termasuk untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan.

Tantangannya tentu tidak ringan. Dari sisi pemerintah, penguatan kapasitas fiskal menjadi tantangan utama. Optimalisasi pendapatan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi adalah pekerjaan rumah yang mesti dikerjakan, bersamaan dengan peningkatan kualitas belanja. Perubahan arah kebijakan tersebut tentu harus direspon pemerintah dengan mengatur ulang prioritas belanja pembangunan, agar apa yang dikerjakan relevan dengan apa yang akan diselesaikan.

Cara-cara baru dibutuhkan untuk menjawab tantangan baru. Tidak ada makan siang gratis, tentu, tetapi pemerintah sekarang bermurah-hati membelikannya untuk rakyat. Seperti kata ekonomi Milton Friedman, bahwa dalam perekonomian, setiap pilihan mengandung biaya kesempatan (opportunity cost). “There ain’t no such thing as a free lunch,” tulis Robert A. Heinlein (1966).

Waktu pencoblosan di TPS sudah ditutup, tetapi mendung masih bergelayut…