TERASLAMPUNG.COM — Perempuan berusia 40-an tahun, berkacamata, dan berambut sebahu itu tampak lincah di antara para pria yang sibuk menyiapkan acara Lampung Jazz Festival, November 2013 lalu.
Pada kesempatan lain, perempuan itu juga tampak menjadi konduktor paduan suara di beberapa acara penting. Ia setiap hari juga terlihat di salah satu ruang kelas di SMA Negeri 2 Bandarlampung
Naning Widayati, 44, perempuan lincah itu memang seorang guru. Ia menjadi guru musik di SMA Negeri 2 Bandarlampung. Keterampilan, ketekunan, dan semangatnya mendidik para siswanya mengantarkan SMA Negeri meraih prestasi membanggakan di berbagai ajang lomba paduan suara.
Naning pula yang menjadi motor penggerak suksesnya acara Lampung Jazz Festival yang ditaja Komunitas Jazz Lampung dan Dewan Kesenian Lampung.
Di bidang mendidik siswa untuk menekuni bakat musik, kemampuan Naning tak diragukan lagi. Maklum saja, selain talenta, ia memang jebolan jurusan Musik IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta/UNY).
Kebahagiaan Naning adalah ketika acara yang digagasnya sukses dan siswa yang dibinanya meraih prestasi. Naning sangat bangga, misalnya, ketika dia bersama guru dan kru SMAN 2 Bandarlampung lainnya—Suherlina, S.Pd. dan Gusti Ayu—berhasil mengantarkan kelompok Bina Vokalia (Bivok) SMAN 2 Bandarlampung meraih medali perak pada ajang 1st Bandung International Choir Competition pada 2011 lalu.
Maklum saja, itu adalah ajang paduan suara yang diikuti berbagai grup tingkat dunia. Lampung diwakili Smanda tampil pada kategori Youth Choir dan Folk Lore. Bivok Smanda mengikuti lomba paduan suara 1st Bandung International Choir Competition pada 2–4 Juli 2011.
Bivok Smanda, satu-satunya wakil Lampung. Jurinya pun dari berbagai negara. Seperti, Wang Jin asal Tiongkok, Prof. Andre de Quadros (Amerika), Miguel Felipe (Amerika), Anne Charlotte Lundell (Swedia), Lars Ake Levin (Swedia), Daud Kosasih (Indonesia), Chaterine Leimena (Indonesia), dan Myguel Santos e Castro (Portugal).
Meskipun berprestasi di bidang musik, Naning tidak merasa sudah hebat. Ia tetap guru bersahaja dan kawan menyenangkan bagi para seniman.
“Hebat itu ketika berprestasi tapi tidak sombong, Hebat itu ketika tidak merasa lebih hebat dari orang lain, Hebat itu ketika merasa bahwa prestasi yang di peroleh adalah anugrah pemberian Tuhan. Hebat itu ketika kata hebat bukan keluar dari mulut kita sendiri,” ujar Naning. (Mas Alina Arifin)