Teraslampung.com — Jerami yang selama ini dianggap limbah pertanian ternyata menjadi salah satu kunci sukses panen cabai di tangan Mulyadi, seorang petani dari Desa Purwosari, Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur. Dengan lahan seluas 3.750 meter persegi, Mulyadi membuktikan bahwa inovasi sederhana dan berbasis lokal mampu memberikan hasil pertanian yang luar biasa.
“Inilah ilmu yang saya dapat dari Balai Belajar Masyarakat (BBM) Desa Purwosari kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur Ternyata tanah yang tidak diolah dan bedengannya ditutup dengan jerami memang benar-benar bermanfaat,” ujar Mulyadi saat ditemui di lahannya.
Teknik ini dikenal dalam pendekatan pertanian ramah lingkungan sebagai Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT), yang juga digerakkan oleh Ikatan Petani Udara Bersih Indonesia (IPUBI ) Kabupaten Lampung Timur
Mulyadi mengawali tanam dengan jagung manis. Ketika jagung berusia 55 hari, ia mulai menanam cabai besar sebanyak 5.010 batang di antara tanaman jagung tersebut. Setelah jagung dipanen, jerami sisa dari sawahnya dimanfaatkan untuk menutup bedengan cabai.
Hasilnya sangat signifikan. Jerami yang digunakan sebagai mulsa alami membantu menjaga kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Kondisi tersebut menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal bagi tanaman cabai sehingga menghasilkan panen yang melimpah.
“Dulu jerami hanya dianggap sisa atau dibakar. Sekarang justru menjadi penyubur dan pelindung tanaman saya. Ini sangat membantu,” ungkap Mulyadi.
Keberhasilan Mulyadi menjadi bukti nyata bahwa penerapan teknologi sederhana dan ramah lingkungan, yang berpijak pada kearifan lokal dan pengetahuan dari lembaga pelatihan masyarakat, dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian. Kisah ini juga menjadi contoh bagaimana kolaborasi antara petani dan lembaga pendamping seperti Balai Belajar Masyarakat (BBM) dapat mendorong pertanian berkelanjutan di daerah.