BANDARLAMPUNG–Dewan Kesenian Jakarta, Kamis malam lalu (18/12) mengumumkan para pemenang Sayembara Menulis Novel. Di antara name pemenang, ada nama Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, gadis asal Lampung yang selama ini jauh dari publikasi di media lokal dan pergaulan para sastrawan di Lampung.
Ziggy selama ini sudah melahirkan beberapa buku sastra. Gadis yang beralamat di Jl. Pattumura, Telukbetung, Bandarlampung itu sejak masih duduk di bangku SMA memang sudah suka membaca karya sastra, Ia juga dikenal sebagai kutu buku dan pintar sekolahnya.
“Sejak kecil selalu juara,” kata Bagus Avip Pribadi, pemusik yang mengenal Ziggy sejak Ziggy masih berusia anak-anak.
Selain Avip dan keluarganya, orang yang sangat gembira ketika mendengar Ziggy menjadi pemenang kedua sayembara menulis novel DKJ adalah para editornya di penerbit Mizan.Berikut komentar editor Mizan (pemilik akun FB Fantas Teen):
Kami di redaksi Mizan baru saja mendengar kabar bahwa Ziggy menjadi pemenang
kedua Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2014, melalui
naskahnya yang berjudul Di Tanah Lada.
Ziggy, bernama lengkap Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, pernah bercerita bahwa menulis memberinya alasan untuk duduk dan berpikir. Di sekolah, dia jarang akrab dengan guru-gurunya. Namun, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, dia merasa tulisannya diapresiasi.
Buku-buku Ziggy pernah terbit di seri buku Pink Berry Club, School Locker’s Club, dan Fantasteen DAR! Mizan. Beberapa di antaranya Lucid Dream, Ghost Dormitory in Sydney, Toriad, Teru-Teru Bozu, dan masih banyak lagi.
Jika membaca cerita Ziggy, kemungkinan kita akan menjumpai karakter-karakter yang berbeda dari orang kebanyakan. Mungkin mereka albino, sociopath, atau memiliki penglihatan istimewa. Ada banyak kesepian, perasaan tidak nyaman, sekaligus kehangatan di dalam cerita Ziggy. Biasanya kehangatan muncul dari tema persahabatan. Namun, jangan mengharapkan cerita yang ‘aman’. Ziggy tega mempertemukan karakternya dengan berbagai situasi sulit. Jalan cerita yang dibangun Ziggy senantiasa sulit ditebak dan ditulis secara memikat–mengantarkan pembaca ke dilema antara ingin segera menuntaskan novel, sekaligus berharap ceritanya tidak akan pernah usai.
Usai menamatkan novel Ziggy, yang kemungkinan besar akan muncul di benak pembaca bukan jawaban, melainkan tanda tanya. Ada banyak keraguan dan dugaan. “Lho … rupanya ….” “Apaaa?!! Kalau begitu ….” kalau mengalami reaksi seperti itu, mungkin hal pertama yang kaurasakan adalah ingin meneleponnya.
Ziggy rutin menjawab pertanyaan-pertanyaan pembaca di blognya. Selera humornya akan membuatmu tidak mempercayai mata maupun telingamu. Beberapa waktu yang lalu, Ziggy main ke kantor Mizan sepulang mengikuti pertukaran pelajar ke Korea Selatan. Saat ditanya, apa yang paling berkesan dari Korea, jawaban Ziggy: “Toilet umumnya tidak pernah di-flush.”
Tidak bisa ditutup-tutupi lagi kalau Ziggy memang salah satu penulis kesayangan redaksi.
Bagaimana tidak? Dia tidak pernah telat menyelesaikan naskah order, dan selalu teliti memeriksa naskah yang baru selesai diproses redaksi. Ziggy tidak pernah membuat alasan. Editor naskah DAR! Mizan, Kak Dian Hartati, pernah mengatakan “Ziggy adalah penulis yang sedang berkembang. Dari buku ke buku, terasa sekali kalau dia memperhatikan bagaimana buku-bukunya terdahulu diedit.”
Ziggy pernah menyebut dirinya sebagai Peter Pan-nya seri Fantasteen. Karena meskipun berusia lebih dari 18 tahun, naskah Fantasteen darinya masih saja kami buru dan tunggu-tunggu. Padahal usia untuk penulis Fantasteen adalah 13-18 tahun.
Meskipun begitu, kami di redaksi tentu berharap Ziggy akan terus tumbuh dan berkembang. Terus menemukan makna dan kesenangan dari kegiatan menulis dan membaca. Termasuk dari kegiatan favoritnya yang lain, seperti menggambar dan membuat kue.
Dewira/Oyos Saroso HN