Oyos Saroso H.N.
Setelah melewati beberapa kelokan jalan dan bertanya kepada lebih dari 33 orang, sampailah saya di rumah Cumplung.
Cumplung, tokoh kita kali ini, baru saja selesai makan malam ketika saya sampai di depan pintu rumahnya. Para ‘dayang-dayang’—terdiri atas pria berjenggot dan perpeci kupluk—langsung menyingkir begitu saya duduk di kursi ruang tamu.
Pertemuan malam itu sebenarnya bukan pertama kali bagi saya dan Cumplung. Dulu saya pernah bertemu secara tak sengaja dengan Cumplung di sebuah bandara, Sebelum kami berpisah, Cumplung ketika itu memberikan kartu nama. Pada sisi kartu nama itu tertulis jelas namanya: Drs. Cumplung, M.A. Lalu di bawah garis merah ukiran namanya ada keterangan ‘Konsultan Politik’–Melayani Order Segala Rupa.
Maka, meskipun lama tak bertemu dan Cumplung kini sudah jadi orang terkenal yang sering nongol di layar kaca, saya pun sok akrab. Cumplung pun tampaknya hangat menyambut kedatangan saya.
Setelah basa-basi agak lumayan lama, akhirnya saya mempertegas kembali maksud kedatangan saya. Berikut hasil wawancara saya dengan Cumplung…
Saya/Oyos (O): Apakah besok pagi mas Cumplung akan memenuhi panggilan polisi kerajaan?
Cumplung (C): Wah…ini pertanyaan sangat berbahaya…hahahahahaha…. Hmmmmm…. Mau dijawab apa enggak ya…..? (Cumplung memasang wajah seperti anak abege yang sedang bercanda dengan kawannya). Ini pertanyaan serius?
O: Ya jelas serius dong Mas. Sebagai tokoh di Negeri Rai Munyuk, jawaban apa pun dari Mas Cumplung pasti selalu menarik. Dan pastinya akan dianggap serius oleh publik…Jadi bagaimana Mas, Jumat keramat besok Mas Cumplung akan memenuhi panggilan polisi kerajaan?
C: Begini ya…saya tegaskan bahwa saya tidak akan memenuhi panggilan. Sebab subjek surat pemanggilan itu salah. Surat ditujukan kepada Cumplung. Padahal, nama saya Drs. Cumplung, M.A. Lalu, dalam maksud surat disebutkan bahwa saya dipanggil polisi kerajaan karena saya diduga menerima upeti dari primpro Proyek Wel Geduwel Beh. Padahal, saya kan dapat aliran dana bukan dari Proyek Wel Geduwel Beh.
O: Intinya Mas Cumplung tidak mau memenuhi panggilan polisi kerajaan?
C: Ya ngapain saya harus datang? Sok siiiiiiiiiiiip dan sok bersih saja itu polisi kerajaan. Seolah-olah mereka sudah lebih malaikat dibanding malaikat…hehehehe…
O: Kabarnya keputusan Anda tidak mau datang karena dapat bisikan ghoib ya?
C: Huahahahahaha…. sampeyan ini ada-ada saja!
O: Tapi ini serius Mas… Mas Cumplung ini banyak dipuji publik sebagai orang sakti mandraguna lho. Belum ada dalam sejarah di Negeri Rai Munyuk ini ada orang yang berani menolak panggilan polisi kerajaan…
C: Ah, sampeyan itu bisa saja…
O: Oh ya, katanya di belakang Mas Cumplung itu banyak orang kuat sehingga Mas Cumplung tetap tampak siiip. Kabarnya pengacara kondang dan orang-orang sakti ya yang membisiki Anda?
C: Lha wong rumor kok dipercaya. Itu kan katanya kawan-kawan media. Sungguh. Saya ini orang biasa saja. Saya menolak dipanggil karena subjek panggilan dan maksudnya tidak jelas.
O: Kalaupun surat itu salah, itu kan hanya masalah formalitas surat-menyurat saja….
C: Lho….Itu sangat prinsip Bung! Kalau subjeknya salah, ya semuanya akan jadi salah. Anda misalnya namanya Oyos, lalu saya panggil Cengkir, Anda mau enggak?
O: Hahahahhaa…. Mas Cumplung ini yang mboten-mboten saja… Ya enggak dong…hehehe… Jangankan dipanggil Cengkir, dipanggil Kelapa Bersantan pun saya tidak mau…
C: Nah, itu Anda tahu. Makanya, saya tetap tak akan datang sampai ada kejelasan…
O: Kalau surat pemanggilan itu diganti dan isinya benar, apakah Mas Cumplung mau memenuhi panggilan polisi?
C: Itu juga tergantung…
O: Tergantung apa Mas?
C: Tergantung waktunya. Apakah saya dipanggil datang pada Jumat keramat atau Jumat biasa. Kalau pas Jumat keramat ya saya ogah. Apalagi kalau Jumat Pon. Itu weton saya….
(Wawancara akhirnya terhenti oleh suara guntur yang sangat keras. Tak lama kemudian hujan deras pun turun. Saya tidak bersemangat lagi menggali informasi untuk memastikan apakah pada Jumat keramat Cumplung mau datang ke kantor polisi. Setelah menutup obrolan dengan basa-basi ngalor-ngidul, akhirnya saya pamit. Dalam perjalanan pulang, saya kesulitan mereka-reka judul tulisan. Dan yang pasti, saya masih belum bisa menemukan jawaban kenapa polisi kerajaan yang biasanga garang bisa dipermainkan oleh Cumplung).