Jejak  

Jurus 7 Helang Bukekhang SA, Pencak Silat Lampung yang Nyaris Punah

Gerakan selawanan (tarung) pedang dalam seni bela diri pencak silat Jurus 7 Helang Bukekhang SA.
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

LAMPUNG SELATAN — Di Desa Pematang, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan ada kelompok pencat silat khas Lampung. Namanya Pencak Silat Sumber 7 Helang Bukekhang SA. Setiap malam Minggu, terlihat puluhan anak muda berlatih pencak silat di Lapangan Gajah Nunggal Desa Pematang, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan.

Mereka memperagakan gerakan-gerakan seni pencak silat diiringi alat musik tradisonal khas adat lampung. Aneka gerak pencak silat dan menyerupai tarian mereka tampilkan: gerakan tari Melayu, gerakan seni (kutau), gerakan dengan hand property pisau tongkat dan pedang.

BACA: Pencak Silat Jurus 7 Helang Bukekhang SA, Seni Bela Diri Khas Lampung di Lamsel

Ketua Pencak Silat Sumber 7 Helang Bukekhang SA, Syaifulloh (56), saat ditemui teraslampung.com di lokasi latihan mengatakan seni bela diri pencak silat ini merupakan warisan turun-temurun dari leluhur Lampung.

Selain ditampilkan untuk acara penyambutan tamu kehormatan atau raja-raja, pencak silat khas Lampung ini juga sering ditampilkan saat penyambutan pengantin beradat Lampung. Tapi yang diutamakan, tari pedang dan ada juga Kutau serta Tari Melayu.

Syaifulloh, Ketua pencak silat “Sumber 7 Helang Bukekhang SA”

“Seni pencak silat Jurus 7 Helang Bukekhang SA ini asli khas adat Lampung. Seni bela diri ini untuk menyambut tamu kehormatan di pemerintahan dan ditampilkan saat acara prosesi pernikahan dan khitanan acara adat Lampung,”ujar guru PNS yang bertugas di SMPN 2 Kalianda ini.

Syaifulloh mengaku memperkenalkan pencak silat  ini untuk melestarikan budaya adat lampung kepada generasi penerus agar kesenian dan budaya yang menjadi ciri khas adat Lampung tidak punah.

Syaifulloh melatih pencak silat khas Lampung sudah lima tahun.  Hingga kini, jumlah anggota kelompok pencak silat yang dilatihnya ada 370 orang.

“Anak-anak SD dan SMP ada 70, sedangkan orang dewasa ada  orang,”kata mantan alumnus STKIP Dharma Wacana Metro 2007 ini.

Mengenai latihannya, kata Syaifulloh, setiap malam Minggu di Lapangan Gajah Nunggal dan Hawi Bekhak Pematang khusus anak-anak tingkat SD dan SMP. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu kegiatan sekolahnya. Latihan yang diberikan masih tahap awal, Jika sudah mendalami setiap latihan yang diberikan baru akan diberikan metode berikutnya.

Untuk tingkat dewasa, metode latihannya pun berbeda. Selain gerakan, mereka juga dilatih kebatinan dan tenaga dalam. Latihannya hanya di waktu-waktu tertentu saja.

Gerakan 1- 7 Tari Melayu dan Kutau,

“Yang jelas, seni bela diri pencak silat Jurus 7 Helang Bukekhang SA ini dipelajari, bukanlah untuk gagah-gagahan atau jadi jagoan. Kami wanti-wanti mereka agar tidak melakukan hal yang negatif di mana pun. Latihan pencak silat ini hanya sebagai bentuk untuk melestarikan adat budaya lampung agar tidak punah dan bekal menjaga diri itu saja,”ungkap bapak dua orang anak ini.

Syaifulloh berharap pemerintah daerah agar dapat memperhatikan dan menghidupkan kembali kesenian dan budaya adat lampung di desa-desa di Lampung Selatan khususnya di Desa Pematang, Kalianda.

“Ya paling tidak, pemerintah memberikan perhatian dan menggali lagi potensi-potensi baik itu seni dan budaya yang ada di Lampung Selatan. Pembangunan ini kan bukan hanya membangun infrastruktur saja, tetapi juga bisa dengan menggali dan menghidupkan kesenian adat yang pernah ada,” katanya.