Kabupaten Lampung Tengah: Kerusakan Hutan Makin Menurun, Produktivitas Perkebunan Meningkat

Bagikan/Suka/Tweet:
Pohom kelapa dalam yang sudah berbuah
GUNUNGSUGIH–Pembangunan sub sektor kehutanan,
selaian untuk menjaga fungsi hutan tetap lestari juga mampu memberikan dampak
ekonomi bagi masyarakat. Untuk itu, pembangun hutan harus berdasarkan
prinsip pemanfaatan yang optimal, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan
dan sumber daya alam.
Program dan kegiatan pembangunan
kehutanan dan perkebunan di Kabupaten Lampung Tengah, diarahkan untuk meningkatkan pengelolaan hutan dan konservasi
lahan, serta menurunkan tingkat kerusakan dengan meningkatkan luas areal
konservasi dan rehabilitasi lahan, serta mencegah pencurian dan perdagangan
hasil hutan ilegal. Upaya tersebut membuahkan progres yang baik dengan menurunnya
tingkat kerusakan hutan dan semakin meningkatnya keperdulian masyarakat sekitar
hutan untuk tetap menjaga kelestarian hutan.
Di Kabupaten Lampung Tengah, saat ini luas
kawasan hutan mencapai 40.331,27 Ha yang terdiri dari hutan
lindung 27.831,72 ha, hutan
produksi seluas 12.500 Ha. Dari
luasan hutan tersebut yang mengalami kerusakan sekitar seluas 13 ribu ha lebih atau 34 persen lebih dari
kawasan hutan yang ada. Kondisi kerusakan hutan tersebut relative terjadi
penurunan jika dibanding kondisi kerusakan hutan tahun 2012 yang mencapi 17
ribu ha lebih.
Menurunnya tingkat kerusakan hutan tersebut, tidak
terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Lampung Tengah dalam penyelamatan hutan. Pemerintah setempat, telah melakukan berbagai
tindakan pencegahan agar kerusakan kawasan hutan tidak semakin mengalami peningkatan. Antara lain dengn  penyuluhan
dan sosilisasi terhadap masyarakat, baik
yang berada disekitar dan didalam kawasan hutan maupun petani
binaan hutan kemasyarakatan (HKm),
untuk aktif membantu dalam pengawasan kawasan hutan. 
”Masyarakat
yang bermukim dalam kawasan hutan juga telah dihimbau agar segera keluar serta merobohkan
bangunannya, bagi yang menanam tanaman sawit dan
atau tanaman yang tidak diizinkan dalam kawasan hutan agar mengganti dengan
jenis yang diperkenankan,”ungkat Bupati Lampung Tengah Hi.Ahmad Pairin.
Sementara itu, luas
lahan kritis luar kawasan hutan di
Kabupaten Lampung Tengah mencapai seluas 13 ribu Ha lebih, kondisi ini pun telah terjadi penurunan jika dibandingan tahun
2012 yang mencapai 17 ribu ha lebih atau terjadi penurunan sebesar 3 ribu ha lebih
atau sekita 19 persen lebih. Penurunan luasan
lahan krisisis diluar kawasan hutan karena mendapat dukungan program Indonesia
menanam dan perempuan menanam serta Program
Pembinaan dan Pengembangan Wilayah Potensi Hutan Rakyat yang diimplementasikan
dengan baik. 
”Program ini terus dilakukan pembinaan teknis
dan penyuluhan terkait arti pentingnya pohon bagi kehidupan
dengan selogan banyak pohon banyak rejeki. Sehingga
timbul kesadaran dari masyarakat untuk ikut serta secara aktif
menanam dan merawat pohon yang sudah ditanam dengan baik,”katanya.

Pemanfaatan Sumber Daya Hutan
Kebun karet rakyat
Beberapa program
dibidang kehutan yang selama ini dilaksanaan diantaranya program pemanfaatan
sumber daya hutan, melalui operasionalisasi KPHP
Model Way Terusan berupa terlaksananya pembinaan kelompok tani di wilayah KPHP
Way Terusan sebanyak 3 (tiga) Gapoktan, serta terpenuhinya operasional kantor KPHP Way
Terusan selama 1 (satu) tahun yang meliputi belanja pegawai serta  belanja barang dan jasa. 
“Tujuan program ini untuk meningkatkan
pemberdayaan kelompok tani sehingga pemantapan status dan fungsi kawasan hutan
khususnya di KPHP Way Terusan dapat diwujudkan,”katanya.
Juga
dilakukan program pengembangan pengujian dan pengendalian
peredaran hasil hutan, berupa terselenggaranya
patroli pengamanan hutan di kawasan 4 register yaitu kawasan hutan register 39 Kota Agung Utara, Register 22 Way Waya,
Register 8 Way Rumbia, dan Register 47 Way Terusan. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan, juga dilakukan pembinaan dan pengembangan kewirausahaan bagi kelompok tani pemegang izin Hutan Kemasyarakatan (HKm)  berupa pembinaan dan
pelatihan kewirausahaan di Kecamatan Selagai Lingga. 
Tujuan pembinan dan pelatihan kewirausahaan tersebut
diharapkan petani
memahami dan melaksanakan pengelolaan hutan sesuai peraturan yang ada. Serta
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam berwirausaha dengan meningkatkan
kualitas pengelolaan hutan dan meningkatkan pendapatan. ”Masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan untuk penyelematan hutan,
diataranya pengembangan dan pembinaan kelompok pengelola hutan, serta Pembinaan dan pemberdayaan wilayah potensi hutan rakyat”kata 
Pairin.

Komoditas Perkebunan
Buah kakao
Pembangunan subsektor perkebunan dapat dilihat dari pencapaian indikator
jumlah produksi komoditas tanaman perkebunan, yakni dilihat
dari  perkembangan jumlah produksi kelapa sawit, kakao, karet, kopi, lada, wijen dan kelapa dalam. Pada
tahun 2014 produksi komoditas tanaman Kelapa Sawit mencapai  58.288 
ton atau menurun  sebesar 10,02 
persen dibanding tahun 2013 yang sebesar 64.785,83  ton, hal
ini disebabkan karena adanya musim kemarau, serangan hama dan penyakit tanaman
serta adanya alih fungsi lahan sebesar 
189,17 Ha.
Produksi kakao tahun 2014 mencapai 3.054
ton atau naik 5,6 persen  dibanding tahun
2013 yang sebesar 2.892,86 ton hal ini
disebabkan adanya bertambahnya luas areal kakao sebesar 153,65 Ha dan
meningkatnya  kualitas  pemeliharaan tanaman oleh petani. Produksi karet tahun 2014 mencapai 4.876,59 ton atau
meningkat 4,8 persen dibanding tahun 2013 yang sebesar 4.652,38  ton,
hal ini disebabkan bertambahnya luas areal sebesar 1.596,73 Ha serta adanya
pembinaan dan pendampingan teknis yang diberikan
kepada petani.
Sedangkan  produksi kopi pada tahun 2014 mencapai 279,66 ton atau
menurun 18,67  persen dibanding tahun
2013 yang sebesar 343,86 ton, hal ini
disebabkan karena menurunnya luas areal dan dampak
musim  kemarau. Tanaman Lada tahun 2014 mampu mencapai produksi sebanyak
 96 ton atau 
meningkat  5,2 persen dibanding
tahun 2013 yang hanya sebesar 91,2 ton. 
Sementara produksi kelapa dalam  pada  tahun
2014 terjadi penurunan mencapai
6.338  ton atau turun
sekitar 18,04 persen dibanding tahun 2013 yang
sebesar 7.733,64 ton, hal ini disebabkan adanya musim kemarau serta menurunya kualitas pemeliharaan
tanaman.
”Hal yang menggembirakan, mulai meningkatnya produksi
lada, kita tahun Lada termasuk salah satu komoditas andalan Lampung. Sekalipun
masih kecil prosentasenya, tentunya ini karena adanya pembinaan secara intensif selama ini, baik tentang budidaya lada maupun dalam pengendalian hama
dan penyakitnya,”tandasnya. (ADVETORIAL)