Oleh Budi Hutasuhut*
Setelah Kapolda Lampung Ike Edwin diganti oleh Brigjen Pol Drs. Sudjarno, SH, giliran para Kapolres di Lampung yang akan diganti. Bersiap-siaplah menunggu, karena di jajaran Polda Lampung ada banyak perwira menengah berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) yang ingin punya tongkat komando.
Tongkat komando itu simbol kebanggaan bagi anggota Polri yang punya wilayah operasional. Menjadi pemimpin bagi ribuan personil Polri dalam satu wilayah operasional adalah kerinduan yang selalu ingin diwujudkan.
Sebagian besar dari AKBP di Polda Lampung memang punya jabatan yang mantab. Tapi, menjadi perwira menengah Polri dan tidak punya wilayah operasional yang luas, kurang menantang dari sisi profesionalisme. Mengurusi masalah-masalah strategis bidang keamanan, ketertiban, dan penegakan hukum jauh lebih menantang daripada urusan reformasi birokrasi Polri yang rasanya sudah mentok.
Menjadi Kapolres adalah jabatan karier yang membuat seorang perwira menengah seperti sedang berdiri di atas sebuah batu loncatan. Apakah batu loncatan itu kokoh untuk meloncat ke karier yang lebih bagus, tergantung pada Kapolres bersangkutan. Alat ukur prestasinya jelas, selain soal indikator admistrasi seperti lulus kursus kepemimpinan dan lain sebagainya.
Logika formal yang segera muncul, Brigjen Pol Drs. Sudjarno, SH pasti akan membentuk gerbong baru. Setiap gerbong harus sejalan dengan gerbong utama supaya cara jalan kereta itu bisa mantab. Siapa yang akan mengisi gerbong, yang jelas, diawali dengan AKBP yang berasal dari lingkungan Akpol. Sudah itu, AKBP sudah mengikuti kursus kepemimpinan di lingkungan Polri.
Jika syarat administrasi itu sudah cukup, syarat lain berkaitan dengan kapasitas dan kecakapan sebagai pemimpin publik. Hal-hal lain yang akan mempengaruhi adalah masa lalu, terutama yang berkaitan dengan citra diri.
Bila Kapolres-Kapolres saat ini citra dirinya kurang mantab, baik akibat sebuah kasus hukum maupun lantaran sesuatu yang berkaitan dengan Sumpah Tri Bratha atau Kode Etik Polri, tidak akan banyak pertimbangan untuk mengganti mereka. Salah satu yang jadi pertimbangan, bila di daerahnya sering terjadi tindak kriminal dan berskala nasional apalagi internasional, sudah pasti akan lepas dari gerbong baru.
Publik di Lampung tentu sudah menyaksikan, wilayah Kepolisian Resort mana yang belakangan menghasilkan isu kriminalitas berskala nasional. Ada juga Polres yang sama-sekali tidak punya kejutan, adem ayem. Ini pun jadi pertimbangan, karena Polri punya tradisi baru agar para pemimpinnya melakukan berbagai kegiatan yang bisa membuat rakyat semakin dekat.
Kapolres dari daerah yang penuh isu nasional dan daerah yang adem-ayem saja, memang perlu dijernihkan. Semoga Kapolres yang akan dipilih dalam gerbong adalah mereka yang bervisi tentang kepolisian dan pemolisian modern.
*Seorang nahdliyin dan jurnalis. Penulis buku Ulat di Kebun Polri
Baca Juga: Brigjen Pol Ike Edwin Dicopot dari Jabatannya Sebagai Kapolda Lampung, Ini Penggantinya