Kapolda Papua: Penembakan oleh Brimob Bukan karena Dendam

Bagikan/Suka/Tweet:
Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian (dok tabloidjubi.com)

Jayapura–Kapolda Papua Irjen Polisi Tito Karnavian menyatakan penembakan yang dilakukan anggota Brimob saat melakukan pengamanan pertikaian antara  warga Suku Moni dengan Suku Dani, yang menyebabkan dua warga tewas bukan sikap balas dendam.

Menurut Kapolda, penembakan yang dilakukan Brimob pada saat itu dilakukan untuk membela diri karena diserang oleh masyarakat yang bertikai.

Selain menewaskan dua warga, tembakan yang dilakukan Brimob untuk mengamankan pertikaian dua kelompok suku di Jayanti, Kampung Mimika, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, pada Selasa sore (11/3) itu juga menyebabkan puluhan orang mengalami luka-luka. Seorang anggota Brimob terkena panah di leher.

”Jadi saya tegaskan sikap Brimob waktu itu bukan balas dendam, melainkan pembelaaan diri, karena diserang oleh masyarakat yang bertikai. Penyerangan masyarakat terhadap anggota Brimob mengakibatkan satu anggota terkena panah pada leher dipicu meninggalnya salah satu kelompok warga oleh kelompok lain yang bertikai,” kata Kapolda, usai pertemuan dengan Kasdam XVII/Cenderawasih, Brigjend TNI Hinsa Siburian, di Mapolda Papua, Rabu petang (12/3).

Kapolda mengatakan Suku Moni melakukan perlawanan dan ada korban Suku Moni oleh suku lain. Suku Moni marah dan menyerang anggota polisi di wilayah Moni. Warga Suku Moni marah karena alat perang mereka disita oleh polisi.

“Mereka (warga Suku Moni) marah karena katanya penyitaan alat perang itu yang jadi penyebab salah satu warganya meninggal,” ujarnya Kapolda.

Tito menjelaskan bahwa dalam tindakan di lapangan, polisi hanya mengeluarkan tembakan peluru hampa serta gas air mata dan terakhir tembangan peluru karet. “Jadi peluru hampa dulu, gas air mata kemudian peluru karet. Tindakan itu, karena anggota yang bertugas merasa terancam atas nyawanya,” jelas Tito.

Menurut Tito, dari hasil penyelidikan sementara anggota Brimob yang bertugas melakukan langkah-langkah pembelaan diri dikarena keselamatannya terancam. Tindakan tersebut menurut Kapolda sudah diatur pada pasal 48 dan 49 KUHAP tentang pembelaan diri.

”Bukan balas dendam. Sebab, kalau tindakan mereka dilandasi balas dendam itu keliru,” kata Tito.

Menuurut Tito permasalahan di Timika itu sudah dalam pembahasan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di Pemerintah Provinsi Papua. Para pejabat Pemprov sudah  mengadakan pertemuan tersebut guna menghentikan konflik di Mimika.

“Polda juga telah menurunkan Tim Investigasi yang dipimpin Kabid Propam, Kombes Usman terkait insiden kemarin. Apakah nanti ada kesalahan prosedur atau tidak namun untuk sementara ini sedang melakukan langkah-langkah upaya hukum,” ujar Tito.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, pertikaian dua suku, Moni dan Dani yang telah berlangsung hampir dua bulan ini kembali memakan korban. Namun, korban kali ini bukan tewas oleh salah satu pihak, Moni atau Damal, melainkan tewas tertembak polisi. Dua orang korban yang tewas tertembak ini adalah Ev. Epinus Magal, S.PAK dan Yoen Wandagau.

Epinus Magal, menurut keterangan Pendeta Hengki Magal,Sekertaris Gereja Kemah Injil (KINGMI) Klasis Tembagapura, adalah putra Pendeta Sem Magal, seorang gembala Gereja Kingmi.

Almarhum Epinus adalah seorang Gembala Sidang Gereja Kingmi Jemaat Sinai di Jalan Hasanudin, Timika. Sementara Yoen Wandagau adalah jemaat dari Epinus Magal.

Pendeta Hengki menerangkan, kemarin (Selasa, 11/2) pukul 08.00 WP,  Epinus pergi ke Iwaka untuk mengunjungi beberapa jemaatnya yang terlibat pertikaian di Iwaka. Pertikaian ini disebabkan oleh konflik tanah di Iwaka.

“Pukul tujuh pagi (Selasa,11/2-red), kelompok Dani bunuh Kwein Yawame. Akibatnya, masyarakat Moni turun menyerang kelompok Dani. Kelompok Dani yang diserang ini mundur, sehingga mengarah kepada polisi yang sedang berjaga. Jadi polisi tembak ke arah mereka (kelompok Dani-red).” kata Pendeta Hengki, Rabu (12/3).

Pendeta lulusan Sekolah Teologi Atas Kejuruan (STAK) Levinus Rumaseb Moanemani, Kab. Dogiyai ini menambahkan bahwa warga yang tertembak oleh polisi ada lima orang. Dua orang lainnya yang tertembak adalah Nokolek Abugau dan Okto Dimpau. Sedangkan satu orang lagi belum diketahui namanya. (JUBI/Indrayadi TH)