Sastra  

Bingung Awal Tahun: ’33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh’

Bagikan/Suka/Tweet:
Jamal D Rahman

Begitu pembelaan Tim 8—yang sudah disadari sedari awal—di halaman xxxii. Saya bingung lebih karena Tim 8 sendiri yang—pada nama tertentu—melabrak atau melanggar kriteria yang mereka susun dan gunakan sendiri.

Adapun kriteria yang digunakan Tim 8 adalah: (1) pengaruhnya berskala nasional, tidak hanya lokal; (2) pengaruhnya relatif berkesinambungan, dalam arti tidak menjadi kehebohan temporal atau sezaman belaka; (3) menempati posisi kunci, penting, dan menentukan; dan (4) menempati posisi sebagai pencetus atau perintis gerakan baru yang kemudian melahirkan pengikut, penggerak atau bahkan penentang, dan akhirnya menjadi semacam konvensi, fenomena, dan paradigma baru dalam kesusastraan Indonesia.

Sayang, titik tolak yang digunakan dalam pemenuhan kriteria bukan sebanyak-banyaknya memenuhi kriteria, melainkan sekurang-kurangnya memenuhi satu dari empat kriteria—sebagaimana tercantum pada halaman xxvi. Pada bagian ini, maaf bila saya tidak sungkan, saya duga tak lebih dari dalih yang, kelak, dapat menjadi senjata bagi Tim 8 untuk berkilah. Si A sudah memenuhi kriteria keempat dan itu sudah cukup, misalnya. Memang namanya dikenal di Jakarta saja dan itu sudah sesuai dengan kriteria skala nasional, misalnya lagi.

Saya juga bingung memaknai pembubuhan kata relatif pada kriteria kedua. Relatif identik dengan tidak mutlak. Maka, relatif berkesinambungan—yang dapat dimaknai tidak harus atau tidak mutlak berkesinambungan—berbenturan dengan tidak menjadi kehebohan temporal atau sezaman belaka. Tak heran karena berangkat dari kriteria yang kacau akhirnya tiba pada hasil yang, juga, kacau.

Tak heran bila salah seorang tokoh terpilih—yang terbaca sedemikian ingin ditahbiskan sebagai tokoh sastra paling berpengaruh—menantang siapa saja, tentu dengan modal sendiri, yang tidak setuju pada pilihan Tim 8 agar melakukan riset tandingan. Kalaupun ada yang tergerak melakukan riset, semoga bukan karena semangat ingin menandingi.

Semoga pula menyusun kriteria yang mutlak bisa menjadi acuan, bukan kriteria yang bisa dibengkok-bengkokkan sekehendak hati.

Tibalah kita pada 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh pilihan Tim 8. Jamal D. Rahman, merangkap ketua tim, memilih (4) tokoh: Mochtar Lubis, Rendra, Iwan Simatupang, dan Arief Budiman. Adapun Agus R. Sarjono memilih (5) tokoh: Kwee Tek Hoay, H.B. Jassin, Idrus, Pramoedya Ananta Toer, dan Arifin C. Noer. Maman S. Mahayana juga memilih (5) tokoh: Marah Rusli, Muhammad Yamin, Armijn Pane, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Achdiat Karta Mihardja. Berthold Damshauser hanya menyodorkan satu tokoh, Trisno Sumardjo. Nenden Lilis Aisyah mengusung (5) tokoh: Hamka, Nh. Dini, Goenawan Mohammad, Remy Silado, dan Helvy Tiana Rosa. Acep Zamzan Noor menunjuk (5) tokoh: Amir Hamzah, Ajip Rosidi, Taufiq Ismail, Sapardi Djoko Damono, dan Abdul Hadi W.M. Adapun Joni Ariadinata memilih (3) tokoh: Putu Wijaya, Emha Ainun Nadjib, Wowok Hesti Prabowo. Terakhir, Ahmad Gaus menjatuhkan pilihannya pada (5) tokoh: Chairil Anwar, Sutardji Calzoum Bachri, Afrizal Malna, Ayu Utami, dan Denny JA.