Ledakan Bom di Bandarlampung, Mustofa Zailaini Diduga Ahli Buat Bom Ikan

Rudin Waluyo, Ketua RT 42, Lingkungan 3, Kelurahan Pesawahan, Telukbetung Selatan, Bandarlampung.
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin|Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG– Mustofa Zailani alias Mus (52), warga Bandarlampung terduka teroris yang ditangkap polisi karena memiliki dan menyimpan bahan peledak, termasuk sosok yang dituakan dan berpengaruh di kalangan komunitas warga Lampung asal  Buton, Sulawesi Tenggara. Khususnya, warga asal Buton yang tinggal di Kelurahan Pesawahan, Telukbetung Selatan, Bandarlampung. Ia diduga memiliki keahlian membuat bom karena dulu orang tuanya termasuk nelayan yang pandai merakit bom ikan.

Hal tersebut diungkapkan Rudin Waluyo (50), Ketua RT 42 Lingkungan 3, Kelurahan Pesawahan, Telukbetung Selatan, Bandarlampung kepada Teraslampung.com, Senin (25/9/2017).

“Semasa kecil, Mustofa memang sudah tinggal di sini, di rumah yang saat ini dipasangi garis polisi tersebut. Rumah itu peninggalan dari orangtuanya Hi Zailani. Orangtuanya memang punya pengaruh besar khususnya untuk warga pendatang asal Buton, Sulawesi Tenggara,”kata Rudin saat ditemui Teraslampung.com di rumahnya, Senin (25/9/2017) malam.

Rudin menceritakan, keluarga dari orangtua Mustofa tersebut berasal dari Buton dan merantau ke Lampung sejak tahun 1970 silam. Orangtua Mustofa bekerja sebagai nelayan. Setelah itu membuka usaha galangan kapal khusus untuk para nelayan. Setelah sukses, banyak kerabatnya yang berasal dari Buton mulai banyak berdatangan di daerah Kelurahan Pesawahan.

“Ya kalau melihat sejarah keluarga dan kerabatnya, selain sebagai nelayan mereka juga memang ahli membuat bom ikan. Tapi itu kan orangtua dulu. Sekarang sudah tidak lagi pembuatan bom ikan disini,”ujarnya.

Kata Rudin, meskipun ahli membuat bom ikan, Mustofa sudah sejak lama tidak bergelut lagi dengan usaha nelayan sebagai warisan dari orangtuanya. Mustofa lebih tekun berdagang. Misalnya  jual gipsum, penyulingan air minum, dan obat jamu herbal.

“Sudah lama saya tidak pernah lihat Mustofa jadi nelayan. Dia lebih memilih usaha berdagang,”ungkapnya.

Dikatakannya, ada tiga tempat bahan-bahan peledak itu ditemukan. Pertama di rumah yang ditingali Mustofa dan istri pertamanya N alias Ul (49). Lalu di rumah tua dan kosong di samping rumahnya, terakhir di PAUD di belakang Masjid Istiqomah milik pribadi atau kelompok pengajian Mustofa.

“Dari tiga tempat itu, ditemukan beberapa barang diduga sebagai bahan peledak. Kalau yang dibelakang PAUD, polisi menemukan sekitar 25 Kg potasium di dalam karung,”jelasnya.

Menurutnya, bahan-bahan yang ditemukan di lokasi milik Mustofa tersebut, bahan dasar untuk bom ikan. Hal tersebut dikatakan oleh petugas kepolisian, barang-barang yang di temukan itu bisa membuat teror bom.

Saat akan dilakukan penggeledahan, kata Rudin, lepas Asar pada Minggu (24/9/2017), awalnya dirinya dipanggil oleh salah seorang warganya dan diminta untuk segera datang di rumahnya Mustofa.

Rudin mengira,ia dipanggil karena ada keramaian. Begitu sampai di rumah Mustofa, ternyata sudah banyak anggota polisi. Mereka butuh bantuan pendampingan karena akan melakukan penggeledahan.

“Ya saya menyaksikan penggeledahan itu. Setelah itu saya diminta untuk tanda tangan. Barang-barang bahan peledak temuan itu, dibawa ke kantor polisi malam itu juga,” terangnya.