“Kemeriahan Bunyi Mesin” pada World Wood Day 2016 di Nepal

Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM–Hari Kayu Dunia (World
Wood Day) merupakan acara budaya yang dirayakan setiap tanggal 21 Maret setiap tahun. Ini bukan hanya momen peringatan atau pesta budaya, tetapi sebuah ajang pemuliaan kayu yang memiliki manfaat besar bagi kehidupan manusia.

World Wood Day merupakan upaya masyarakat dunia untuk lebih menghargai nilai-nilai kayu. Kayu tidak dipandang sebagai benda bernilai guna an sich. Lebih dari itu, World Wood Day juga menyoroti kayu sebagai biomaterial ramah lingkungan dan terbarukan. Juga untuk meningkatkan kesadaran tentang peran
utama kayu dalam dunia yang berkelanjutan melalui keanekaragaman hayati dan konservasi hutan.

Perayaan unik ini mengingatkan kita semua pentingnya nilai sebenarnya sebuah kayu dan penggunaan yang bertanggung jawab. Ini juga sebagai upaya untuk terus menyebarkan pemahaman bahwa kayu tidak boleh diperlakukan secara semena-mena atau suka-suka.

Dalam kacamata dunia, World Wood Day jatuh pada vernal equinox atau tanggal 21 Maret. Itulah lambang awal musim semi dan kehidupan baru.World Wood Day pertama kali dirayakan pada 2013 di Tanzania. Kala itu mengangkat tema “Pendekatan Budaya untuk Pemuliaan Kayu sebagai Kebaikan”. Perayaan pertama itu dinilai berhasil dan melahirkan ide untuk mendirikan Yayasan Hari Kayu Dunia dan menciptakan platform / outlet baru bagi orang untuk menghargai kayu dalam berbagai bentuk dan media.
Perayaan kedua digelar di China (2014) dengan tema “Kayu dalam Perubahan Budaya. Sedangkan World Wood Day ketiga digelar di Turki (2015) dengan tema “Kayu dan Kemanusiaan”.
Sejak perayaan perdananya di Tanzania, perayaan Hari Kayu Dunia telah mendapatkan lebih banyak perhatian dan dukungan. Makin lama semakin banyak masyarakat dunia yang tertarik untuk terlibat, baik itu kalangaan profesional, perajin kayu, maupun seniman yang memiliki kepedulian terhadap kayu.

Pada peringatan World Wood Day di Kathmandu,Nepal, 19-26 Maret 2016, Indonesia mengirimkan 7 wakilnya. Salah satu wakil Indonesia adalah Agus Suprayoga, seorang seniman ukir Lampung yang sudah banyak melakukan pemuliaan kayu lewat karya-karya ukir berornamen Lampung.

Lewat berbagai karyanya yang bernuansa etnik Lampung, Agus juga telah memperkenalkan keagungan nilai seni ornamen Lampung ke beberapa belahaan dunia.
Di rumahnya di Bandarlampung, Agus membuka pintu lebar-lebar bagi orang yang ingin belajar seni ukir. Tamu yang datang ke tempat praktik Agus tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari luar negeri.Berikut ini adalah aktivitas World Wood Day 2016 di Nepal yaang dikirimkan Agus Suprayoga untuk Teraslampung.com:


Oyos Saroso HN