Kerusuhan di Tanjungbalai, Enam Vihara dan Kelenteng Dibakar Massa

Sebuah vihara dibakar massa muslim di Tanjungbalai, Jumat (29/7/2016). Sebanyak 6 vihara dan klenteng dibakar massa gara-gara ditegur soal volume speaker masjid. (Foto: Istimewa/sumutpos)
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Setidaknye enam vihara dan kelenteng dibakar dalam kerusuhan bernuansa SARA di Kota Tanjungbalai, Jumat tengah malam (29/7/2016). Amuk masa berujung rusuh itu dipicu perselisihan gara-gara teguran warga soal volume speaker masjid.

Dilaporkan sumutpos.com. sebelum kerusuhn pecah,  seorang warga etnis Tionghoa inisial Mel (41), warga Jalan Karya Kel TB Kota I Kec Tj Balai Selatan Kota Tj Balai meminta seorang nazir masjid Almaksum di Jalan Karya, dengan maksud agar mengecilkan volume speaker mikrofon yang ada di masjid. Menurut Nazir Masjid, permintaan tersebut telah diungkapkan beberapa kali.

Pada Jumat malam sekira pukul 20.00 Wib usai salat isha, jamaah dan nazir masjid menjumpai Mel ke rumahnya. Pertemuan memanas hingga Kepling mengamankan Mel dan suaminya ke Kantor Lurah dan selanjutnya ke Polsek Tj Balai Selatan.

Setibanya di Polsek, selanjutnya dilakukan pertemuan dengan melibatkan Ketua MUI, Ketua FPI, Camat, Kepling dan tokoh masyarakat.

Pada saat bersamaan, massa mulai banyak berkumpul yang dipimpin oleh kelompok elemen mahasiswa dan melakukan orasi di depan kantor polisi. Selanjutnya, massa diimbau dan sempat membubarkan diri.

Namun pada pukul 22.30 Wib, konsentrasi massa kembali berkumpul, diduga setelah mendapat informasi melalui media sosial (facebook) yang diposting oleh salah seorang aktivis atas nama Andian Sulin SH.

Selanjutnya, massa kembali mendatangi rumah Mel di Jalan Karya dan berupaya hendak membakar rumah Mel. Namun upaya itu gagal dilarang oleh warga sekitar yang khawatir kebakaran merembet ke rumah sekitar.

Namun massa semakin banyak dan semakin emosi. Selanjutnya massa bergerak menuju Vihara Juanda yg berjarak sekitar 500 meter dari Jalan Karya dan berupaya membakarnya. Untunglah upaya mereka dihadang oleh personil Polres Tj Balai. Massa melampiaskan emosi dengan melempari vihara dengan batu hingga vihara mengalami kerusuhan.

Selanjutnya massa bergerak ke Pantai Amir dan merusak serta membakar satu unit vihara dan 3 unit klenteng serta 3 unit mobil dan 3 unit sepeda motor dan 1 unit betor. Kemudian di Jalan Sudirman, massa merusak satu unit klenteng.

Jalan Hamdoko merusak 1 unit klenteng dan 1 unit praktek pengobatan Tionghoa serta 1 unit sepeda motor
Di Jalan KS Tubun, massa merusak 1 unit klenteng dan satu unit bangunan milik Yayasan Putra Esa di Jl Nuri.

Di Jalan Imam Bonjol, massa membakar 1 unit Vihara.

Dj Jalan WR Supratman massa merusak isi bangunan Yayasan Sosial dan merusak 3 unit mobil.

Di Jalan Ahmad Yani, massamerusak pagar Vihara.

Di Jalan Ade Irma, massa membakar 1 unit klenteng.

Mengatasi kerusuhan tersebut, Polresta Tanjungbalai melakukan koordinasi dengan aparat keamanan terkait termasuk dengan Polres terdekat. Juga berkoordinasi dengan Muspida, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Poliso juga mengimbau dan menghalau massa agar membubarkan diri. Serta berjaga di berbagai vihara dan klenteng.

Sekira pukul 04.30 pagi, konsentrasi massa akhirnya mulai membubarkan diri.

Vihara adalah tempat peribadatan Umat Buddha. Idealnya Vihara adalah tempat tinggal para Bhikkhu pada suatu komunitas.

Sedangkan Kelenteng atau Klenteng adalah tempat ibadah warga Tionghoa perantauan. Di dalam Kelenteng biasasanya  terdapat berbagai macam rupang atau patung, baik dari Aliran Buddha Mahayana Rupang Dewi Guan Yin / Kuan Im / Avalokitesvara, rupang dari aliran Taois (Rupang Lao Zi / Lao Tzu / Tai Shang Lao Jun) maupun Aliran Konfusianis (Rupang Konfusius).