Ketua PBNU: Indonesia Darurat Terorisme, Radikalisme, Narkoba

Ketua Umum PB NU, K.H. Said Aqiil Siradj (nu.or.id)
Ketua Umum PB NU, K.H. Said Aqiil Siradj (nu.or.id)
Bagikan/Suka/Tweet:
Ketua PB NU Said Aqil Siroj (Foto: nu.or.id)

JAKARTA, Teraslampung.com — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama K.H, Said Aqil Siroj menegaskan, Indonesia  saat ini dalam kondisi darurat radikalisme, terorisme, dan narkoba. Hal itu disebabkan  reformasi yang kebablasan sehingga aliran ideologi “luar” dengan mudah masuk.

“Ideologi Timur Tengah tidak cocok untuk Indonesia. Di Timur Tengah tidak ada ulama nasionalis, tidak ada nasionalis yang ulama,” kata dia dalam Apel Lintas Iman Bela Negara di Lapangan Banteng, Jakarta,Minggu (17/1).

Menurut Said Aqil Indonesia memiliki ulama yang nasionalis, nasionalis yang ulama. Ia mencontohkan di antaranya pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah. Kedua ulama itu, menurut Said Aqil menciptakan jargon “hubbul wathon minal iman” (cinta Tanah Air merupakan bagian dari iman.

“Umat Islam menyangka selama ini hal itu hadits atau ayat Al-Qur’an, padahal jargon ulama yang nasionalis, cinta kepada tanah airnya,” kata dia.

Said Aqil mengatakan, sebagai bukti para ulama mencinta negara adalah adanya fatwa Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945.

“Pada saat itu sekitar 20 ribu kalangan pesantren, kiai, dan masyarakat menghalau Sekutu yang datang ke Surabaya,” katanya.

Membela tanah air, kata Said,  dalam resolusi itu hukumnya fardu ain (kewajiban setiap warga negara yang sudah baligh, red). “Barangsiapa mati membela tanah air, mati syahid. Barangsiapa yang bekerja sama dengan penjajah boleh dibunuh,” tegasnya.

Di akhir pidato, Kang Said menyinggung teror bom Sarinah Kamis pekan lalu. “Adanya teror di tengah bangsa ini harus dilawan. Al-Qur’an mengatakan tidak ada yang lebih zalim dan kurang ajar selain orang yang melakukan kejahatan mengatasnamakan agama,” tandasnya.

sumber: nu.or.id