Feaby|Teraslampung.com
Kotabumi–Ketua Fraksi PKB di DPRD Lampung Utara, Emil Kartika Chandra, meminta Kadis Paswani Hasyim mundur dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Perikanan. Permintaan ini buntut dari buruknya kinerja Dinas Perikanan yang dinakhodai oleh Paswani dalam mengelola sejumlah Balai Benih Ikan (BBI) di daerahnya.
“Saya minta Pak Paswani mundur dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Perikanan. Beliau tak mampu mengelola BBI – BBI yang kini terbengkalai,” tegas Emil saat Fraksinya diminta menyampaikan pandangan umum terkait dua Rancangan Peraturan Daerah di ruang sidang paripurna DPRD, Rabu (7/9/2016).
Usai sidang, Emil mengatakan BBI yang dimaksudnya ialah BBI yang ada di Kelurahan Tanjung Seneng, Kotabumi Selatan dan BBI yang berada di Kecamatan Tanjung Raja. Padahal, menurutnya, nilai aset kedua BBI yang notabene berasal dari uang rakyat itu terbilang cukup fantastis. Dengan demikian, tak ada alasan bagi Dinas Perikanan “mendiamkan” begitu saja kedua BBI tersebut sehingga tak dapat bermanfaat bagi para peternak ikan.
“BBI itu jika dikelola dengan baik, pasti akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Jadi, kami minta Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) mengevaluasi kinerja pak Paswani,” katanya.
BACA: Miris! Balai Benih Ikan dengan Aset Rp 10-an Miliar Ini Terbengkelai dan Mati Suri
Kondisi Balai Benih Ikan (BBI) Kelurahan Tanjung Seneng, Kotabumi Selatan, Lampung Utara sungguh memprihatinkan. Jangankan dapat menyediakan benih ikan unggul di kalangan peternak ikan, BBI yang nilai aset dan bangunannya mencapai Rp10 Miliar itu kini terlihat terbengkalai dan tak terurus.
Padahal, besaran anggaran yang digelontorkan untuk perbaikan maupun prmbangunan sarana dan prasarana menunjang lainnya di BBI Tanjung Seneng mencapai sekitar Rp1.5 Miliar pada tahun 2015 silam. Perbaikan atau pembangunan sarana dan prasarana di BBI Tanjung Seneng itu seperti pembangunan sumur bor, pembangunan rumah jaga, pembuatan akuarium, peningkatan saluran menjadi kolam, pembuatan dan rehabilitasi saluran air, pembuatan/peningkatan ketinggian kolam, pembuatan/peningkatan ketinggian siring.Sayangnya, besaran anggaran tersebut berbanding terbalik dengan kondisi yang terjadi saat ini. Jangankan dapat berkembang dan bermanfaat pun tidak bagi para peternak ikan karena tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pantauan di lokasi belum lama ini, dari 17 kolam yang ada, hanya sekitar 2 kolam yang digunakan karena tak ada air. Bahkan, salah satu dinding kolam yang baru ditingkatkan ketinggiannya pada tahun lalu, kini telah roboh. Selain itu, akuarium yang dibangun juga kini sama sekali tak digunakan lantaran tak jelas peruntukannya. Ditambahkan lagi, ketidakmampuan sumur bor yang baru dibangun untuk menyediakan air untuk seluruh kolam yang ada.