Kisah Lain: Enam Nelayan Lampung Hilang Saat akan Beli Ikan di Pulau Sebesi

Bagikan/Suka/Tweet:
Suminto salah satu nelayan yang juga menceritakan kisahnya kepada teraslampung.com saat menyambangi rumahnya yang tidak jauh lokasinya dari rumah Suherman Saputra, Kamis (20/8/2015).

BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Enam  nelayan pembeli ikan di laut (pelele) asal Pulau Pasaran,  Bandarlampung ditemukan oleh rombongan kapal pemancing ikan tuna KM. Setia Abadi asal Jakarta di wilayah perairan Bengkulu Utara (Enggano), pada Senin (17/8/2015) sekitar pukul 15.45 WIB.

Sebelumnya, mereka dikabarkan hilang selama delapan hari di perairan Belimbinng, dekat ‘kaki’ Pulau Sumatera wilayah Lampung.

Keenam nelayan tersebut adalah, Suminto (51), Hasan alias Okta (36), Suherman Saputra (28), Rudianto (25) dan Andi Setiawan (26) mereka merupakan warga Pulau Pasaran RT/ 09 RW /10 Lingkungan II Kelurahan Kota Karang, Telukbetung Timur, dan Biding (42) Warga Cungkeng, Telukbetung. Mereka pulang ke rumahnya, diantar  petugas kepolisian, Rabu (19/8/2015) sekitar pukul 06.00 WIB.

Setelah ditemukan oleh rombongan kapal pemancing ikan tuna KM. Setia Abadi asal Jakarta di wilayah perairan Bengkulu Utara di Pulau Enggano, pada Senin (17/8/2015) lalu sekitar pukul 15.45 WIB. Keenam nelayan warga Pulau pasaran RT/ 09 RW /10 Lingkungan II Kelurahan Kota Karang, Telukbetung Timur, merasa bersyukur dan berterima kasih dapat berkumpul kembali ditengah-tengah keluarganya, Rabu (19/8) sekitar pukul 06.00 WIB. (Baca:  Delapan Hari Dikabarkan Hilang, Enam Nelayan Bandarlampung Ditemukan di Perairan Bengkulu).

Ketika Teraslampung.com berkunjung ke rumahnya di Pulau Pasaran , Suminto alias Me’ok (51) menuturkan  sebelum dirinya dan teman-temannya dinyatakan hilang di laut, ia bersama nakhoda kapal Hasan alis Okta dan ketiga nelayan lainnya, Suherman Saputra, Rudianto dan Andi Setiawan bertolak dari Pulau Pasaran untuk membeli ikan oleh bosnya Hendrik ke Pulau Sebesi, Lampung Selatan, Minggu (9/8/2015) lalu.

“Saat berangkat kami hanya lima orang tanpa ada mang Diding orang Cungkeng, setelah membeli ikan  di Pulau Sebesi dekat Gunung Anak Kratau, Lampung Selatan, Minggu (9/8) pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Kami bertemu Diding. Karena sakit gigi dan mau berobat,  dia (Diding) mau ikut bareng pulang dengan menumpang kapalnya,”ujarnya, Kamis (20/8).

Ketika akan pulang, kata Suminto, di tengah perjalanan sekitar pukul 07.00 WIB tiba-tiba mesin kapal yang ditumpanginta mati.

“Kami semua yang ada di kapal kebingungan, karena mesinnya tidak bisa dibunyikan kembali dan mati total. Kemudian kami mencoba menurunkan Janggkar kapal, karena lautnya terlalu dalam jangkar tak mampu turun sampai ke dasar laut,” katanya.

Suminto mengaku  saat itu arus laut dan angin  sangat kencang. Ombaknya pun besar. “Akhirnya kapal kami terbawa arus ombak laut, ia dan teman-temannya tidak bisa harus berbuat apa hanya bisa pasrah mengikuti kemana arus ombak laut yang membawa kapalnya entah kemana dan ia berharap ada pertolongan dari orang lain,” katanya.
“Ya kami semua panik dan berpikir gimana caranya supaya bisa selamat dan ada pertolongan, sebab kapal ini terus terbawa arus sampai ke tengah lautan. Kami semua tidak tahu berada di perairan mana. Sementara bekal makan dan minum yang kami bawa hanya cukup untuk sekali perjalanan saja,”kata dia.

Berita Terkait: Selama Tujuh Hari Terombang-ambing di Laut, Enam Nelayan Lampung Hanya
Minum Air Mesin Kapal
Baca Juga: Saat Para Nelayan Merasa Sangat Lapar, Tiba-Tiba Banyak Ikan Menghampiri Kapal