Pak Anwar, Pejuang yang Terbuang*

Bagikan/Suka/Tweet:

Oleh : Hendi Jo

DEPOK–Dua hari lalu, (Senin, 13/1/2014) saya mengunggah foto Pak Anwar, pejuang terbuang yang salah satu fotonya pernah menjadi bahan olok-olokan sebagian pengguna media sosial.

Para pengolok di media sosial itu tidak tahu bahwa sosok renta yang ada di media sosial itu bukanlah orang sembarangan.

Saya baru tahu tentang sosok tua itu ketika seorang kawan, Dony Ronin, mengirim pesan lewat inbox Facebook. Menurut Dony, Pak Anwar adalah mantan seorang komandan kompi berpangkat Letnan yang pernah menghadapi Jepang, Inggris dan Belanda di Sumatera Selatan.

Saat melakukan penyusupan ke Payakumbuh, ia tertangkap Belanda dan mengalami siksaan berat di penjara Padang (dipukuli dan disuruh minum air seni). Riwayatnya sempat terangkat pada 2008, saat seorang wartawan dari koran Pos Metro mengisahkan nasib sang pejuang.  Pos Metro menulis, untuk bertahan hidup Pak Anwar terpaksa harus menjadi seorang pengemis di Kawasan Simpang Potong, Kota Padang.

Saya selalu tak bisa melewatkan berita-berita menyedihkan seperti ini. Kendati fenomena mantan pejuang yang jadi pengemis kerap saya temui selama saya melakukan riset pribadi soal Perang Kemerdekaan 1945-1949, namun soal ini tak urung membuat hati saya terganggu.

Makam Pak Anwar (Foto: Mikel)

Saya lantas meminta tolong kepada Mikel, seorang anak muda yang memiliki satu pola pikir dan semangat dengan saya dan tinggal di Padang, untuk menelusuri jejak-jejak sang pejuang itu.

Senin siang (13 Januari 2014), selama berjam-jam Mikel mengaduk-aduk kawasan Koto Baru, Lubuk Bagaluang. Tiap jam, kami berkoordinasi lewat ponsel.

“Bang, aku sudah lewati semua jalan di sini, tapi aku belum temukan,” ujarnya saat hari menjelang senja.

“Ya sudah Mik, kamu pulang saja, enggak usah dipaksakan. Nanti kalau kamu ada waktu lagi bisa dicari lagi, atau aku nanti ke Padang dan kita bisa cari bersama-sama,”ujar saya.

Namun, beberapa menit kemudian, saya mendapat sms dari dia. Dia memberi kabar baik.

“Bang, aku sudah temukan tempat Pak Anwar!”

Mikel pun lalu bercerita lewat telepon. Sayang, Mikel tidak bertemu dengan Pak Anwar sendiri. Ia hanya bertemu dengan orang-orang baik yang selama ini menampung Pak Anwar. Orang itu mengabarkan bahwa Pak Anwar sudah meninggal. Mikel pun kemudian diantar oleh warga ke Bukik Lantiak, tempat Pak Anwar dikebumikan pada 12 April 2011.

“Ia tak pernah menginginkan apa-apa. Bintang jasa, dana pensiun atau apapun yang terkait dengan segala hal yang sudah diperjuangkannya. Ia bilang, sejak pertama kali angkat senjata, ia tak pernah memikirkan apa-apa dan tak peduli ia akan disebut apa. Di masa-masa tuanya, ia hanya perlu sesuap nasi untuk makan saja. Tak lebih,” ujar Shaly (55), perempuan yang menampung Pak Anwar di hari-hari tuanya.

Kegilaan apa lagi yang akan dilakukan bangsa ini terhadap para pejuangnya?

*Kisah Pak Anwar sebelum meninggal bisa dilihat di sini: http://komunitas-cinta-pejuang-indonesia.blogspot.com/2013/04/sang-letnan-itu-kini-mengemis-1_6.html