Komjen Budi Gunawan “Menang”!, Sujud Syukur, dan Kelu Kita

Bagikan/Suka/Tweet:

Syamsul Arifien*

Selebrasi sujud syukur seorang Fernando Torres ketika mencetak gol ke gawang Real Madrid baru-baru ini, pantas merebut perhatian jagat sepak bola internasonal. Sebab, itu selebresi yang dinilai tidak biasa dan menjadi luar biasa (?), karena aksi sujud syukur selama ini hanya ‘pakaian ruhani’ umat Islam, sedangkan El Nino sangat boleh jadi sepanjang hidupnya tidak pernah bersentuhan tradisi religiusitas semacam itu. Apa mungkin juga diam-diam Torres pengagum dan ‘nyantri” kepada Indra Safrie dan Timnas U19?

Tidaklah penting diperdebatkan, biarkan hati Torres sendiri yang berbicara. Tidak pantas pula kita mempermasalahkan bagaimana kira-kira respon Tuhan atas sujud syukur bintang sepak bola internasional Spanyol itu. Lalu aksi sujud syukur kolektif – jika tidak bisa disebut massif – baru saja dilakukan para polisi lapangan di Jakarta, menyambut kemenangan gugatan praperadilan Komjen Budi Gunawan atas KPK,  yang ditetapkan Hakim Tunggal Sarpin Rizaldi. Sujud syukur para polisi itu semoga langsung sampai ke arasy Tuhan tanpa berpenghalang, karena merefleksikan ungkapan klimaks keteraniayaan hati polisi rendahan atas kisruh para petinggi Polri vs komisioner KPK.

Pun pula karena Hakim adalah manifestasi Tuhan dimuka bumi dalam menegakkan keadilan, sehingga keputusan Hakim Sarpin artinya juga sama dengan keputusan Tuhan. Lalu bagaimana dengan rasa keadilan rakyat banyak di belakang barisan KPK, dalam konteks rakyat yang cinta kebenaran dan anti korupsi-koruptor? Bukankah suara rakyat adalah suara Tuhan, sehingga keputusan yang tidak memihak tuntutan rakyat sama halnya mengabaikan Tuhan?

Apakah mentersangkakan Budi Gunawan itu, benar karena motif balas dendam? Apakah rakyat yang mendukung KPK itu sebuah kelatahan, atau telah benar-benar mencerminkan suara kebenaran? Apakah sujud syukur polisi dan tempik sorak kemenangan pra peradilan Budi Gunawan sebuah kemurnian, dan bukannya manipulasi  ego sektoral yang dimintakan pembenarannya kepada Tuhan? Apakah juga Hakim sudah benar-benar berdiri di atas spirit nilai keadilan langit? Pengujuan atas kesemuanya ini sedang berlsangsung sekarang, maka jangan dikatakan sudah final.

Bahwasannya Tuhan sangat sayang kepada Indonesia. Maka Dia sangat konsern membimbing bangsa ini menemukan kedewasaannya. Dia uji dengan beragam persoalan besar yang tindih menindih, silih berganti, serta diiringi intrik-intrik dialetika komunikasi, perdebatan, pertentangan, perlawanan dst. sampai dengan kadar yang mencemaskan, yang Tuhan sendiri sediakan lapangan bebas pertarungannya, yang Tuhan sendiri akan ketahui masing-masing batas ukurannya.

Ketika sudah tiba waktunya, akan terkuak masing-masing kebenarannya. Apakah KPK dan barisan rakyat di belakangnya adalah para petualang yang berlindung dibalik nama Tuhan, atau benar sebagai pejuang kebenaran suara Tuhan. Akan tersibak juga kenyataan Budi Gunawan dan segenap jajaran Kepolisian memang tidak selayaknya dipersalahkan, atau sebenarnya sedang action sebagai panglima dan prajurit-prajurit kebenaran.  Akan terbuktikan pula apakah keputusan Hakim adalah manifestasi keadilan Tuhan, atau hanya sebagai Hakim yang memutus perkara yang hanya seolah-olah mewakili keadilan Tuhan.

Kalau sudah tersikap semua kebenaran dari drama kekisruhan Polri – KPK ini, baru  endingnya nanti semua elemen bangsa ini boleh bersujud syukur  merayakan kegembiraan, tanpa ada lagi rasa heran seperti halnya sujudnya Fernando Tores, tanpa ada satu pihakpun kita yang merasa tersakiti dan kelu hatinya. Semoga.

*Ketua Kelompok Musik Gamelan Jamus Kalimosodo Lampung