Pasukan Brimob dan TNI (ikustrasi/JIBI) |
JAKARTA, Teraslampung,com — Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jenderal Sutarman meminta maaf kepada publik untuk kejadian baru-baru ini di Batam yang melibatkan personel dari kedua pasukan.
Mereka berjanji solusi yang efektif dan permanen dan meyakinkan mereka akan membawa semua orang yang terlibat ke pengadilan.
“Kami akan masing-masing melakukan penyelidikan internal terlebih dahulu, menemukan siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini,” kata Sutarman dalam konferensi pers, Kamis (20/11).
Menurut Sutarman, konflik baru-baru ini telah memicu dari isu seputar tingkat kesejahteraan di kedua pasukan.
“Akar konflik ini tetap kurangnya kesejahteraan bagi personel. Oleh karena itu, kita perlu melakukan sesuatu untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan sehingga kita jumpai ada konflik serupa di masa depan, “katanya.
Mengomentari hal ini, Nurmantyo mengatakan dari sisinya, itu jelas bahwa ada pembangkangan. Oleh karena itu, ia memerintahkan sebuah tim yang dipimpin oleh wakil kepala Polisi Militer Angkatan Darat Brigjen. Jenderal Dodik Widjanarko untuk mengumpulkan semua senapan dan bukti dan untuk menyelidiki insiden tersebut.
“Kami akan memastikan bahwa keadilan disajikan,” katanya.
Konflik baru-baru ini merenggut nyawa Kepala Pvt. Jack Marpaung dan melukai lokal di kaki. Jack, yang merupakan salah satu pembangkang menembak di markas Brimob, ditabrak dari belakang oleh sebuah peluru yang, menurut Sutarman, tidak tergabung dalam personil Brimob.
Gatot mengatakan Angkatan Darat akan bertanggung jawab atas semua kerusakan yang telah disebabkan dan juga bagi para korban.
Insiden itu tanggal kembali ke ketika tentara dari 134 Tuah Sakti Yonif bertengkar dengan personel Brimob di sebuah pompa bensin. Konflik menyebabkan puluhan tentara lainnya untuk mencari pembalasan dengan menyerang markas Brimob.
Konflik kedua terjadi kemarin sore setelah sekelompok 60 tentara meninggalkan barak mereka bersenjatakan senapan untuk menembak di markas Brimob; insiden itu berlangsung hampir sampai tengah malam.
Penembakan berakhir setelah kepala Bukit Barisan I Komando Militer Mayjen. Winston P Simanjuntak berteriak pada prajurit untuk berhenti. Pada saat yang sama, puluhan penduduk setempat mengadakan demonstrasi besar meminta para prajurit menghentikan penembakan.