Kopi Pagi: Arge

Bagikan/Suka/Tweet:

Tomi Lebang

Awal pekan, kabar duka datang: wartawan senior, penulis esai, budayawan dan juga politisi dari Makassar, Rahman Arge berpulang di usia 80 tahun. InnalilLahi wa inna iLaihi rojiuun.

Arge adalah sosok yang lengkap. Ia menggenapi hidupnya dengan pengabdian yang tercatat oleh sejarah dan ingatan orang banyak. 50 tahun ia tak jeda di dunia pers, empat periode di DPRD Sulsel dan lima tahun di DPR, ia juga dikenal sebagai seniman bertalenta. Ia aktif di panggung teater, bahkan menjadi sutradara di banyak lakon yang dipentaskan di Makassar, Taman Ismail Marzuki Jakarta, bahkan di Jepang. Ia juga aktor yang handal. Ia telah tampil di tujuh film dan pernah meraih Piala Citra.

Nama Rahman Arge sesungguhnya adalah nama panggung yang dulu tren di kalangan seniman Sulawesi Selatan. Nama panjangnya Abdul Rahman Gega, disingkat Rahman Arge. Sejumlah tokoh Sulsel mengikutinya.

Tokoh pengusaha pers Alwi Haji Muhammad menyingkat namanya jadi Alwi Hamu, Abdul Rahman Saleh Al-Habsy, wartawan senior yang juga telah berpulang, menjumput nama baru Arsal Al-Habsy. Juga wartawan politisi Andi Jamaluddin Padindang yang kini dikenal luas sebagai Ajeip Padindang. Saya dengar nama Aspar Paturusi juga datangnya dari Andi Sofyan Paturusi. Dan banyak tokoh lain sezaman di Makassar yang mengikuti tren alih nama, sebentuk kekenesan seniman pada masanya dan bertahan hingga hari ini.

Begitulah. Ars longa vita brevis, kata orang Yunani. Seni itu panjang, kehidupanlah yang fana. Arge berpulang hari ini, Senin 10 Agustus 2015 di Makassar, meninggalkan jejak seni, esei, para pengagum, dan negeri yang selalu ia cintai dalam cerita-ceritanya.

Selamat jalan Rahman Arge!