Korban Meninggal Akibat Bom Bunuh Diri di Surabaya Jadi 14 Orang

Teror bom di Surabaya,Minggu pagi (dok)
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM,SURABAYA — Giri Catur Sungkowo, korban bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya  di Jalan Arjono pada meninggal setelah menjalani perawatan selama beberapa hari di Rumah Sakit dr Soetomo, Surabaya, Jumat malam, 18 Mei 2018.

Giri adalah petugas keamanan yang bekerja di Gereja Pantekosta.Surabaya.

“Iya, meninggal dunia tadi malam,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera saat dikonfirmasi Tempo, Sabtu, 19 Mei 201

Teror bom di tiga gereja berjarak 5 menit. Ledakan pertama terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel, Surabaya pada pukul .30 WIB.

Bom kedua diledakkan di Gereja Kristen Indonesia di Jalan Pangeran Diponegoro pada pukul 7.15 WIB. Bom ketiga diledakkan di Gereja Pantekosta di jalan Arjuno pada pukul 7.53 WIB.

Kepolisian RI mengidentifikasi pelaku bom di Surabaya adalah satu keluarga.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan keluarga ini melakukan serangan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.

Tito mengatakan pelaku menggunakan mobil dalam melakukan aksinya.

“Yang gunakan Avanza diduga keras itu adalah orang tuanya atau bapaknya,” kata dia di Surabaya pada Ahad, 13 Mei 2018. Pelaku itu diketahui bernama Dita Upriyanto.

Menurut Tito, pelaku meledakkan diri menggunakan mobil di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.

Sebelumnya, Dita menurunkan anggota keluarganya yang terdiri dari istri dan dua anaknya di GKI Diponegoro. Sang istri diketahui bernama Puji Kuswati, sedangkan dua anaknya berinisial FS (12) dan VR (9).

Ledakan di Gereja Santa Maria Tak Bercela juga terkait dengan keluarga ini. Di gereja di Ngagel itu diduga dilakukan oleh dua anak laki-laki Dita, yaitu Yusuf Fadil (18) dan FH (16). Mereka menggunakan bom yang diletakkan di pinggang.

“Semuanya serangan bom bunuh diri, cuma bomnya berbeda,” kata Tito.

Menurut Tito, seluruh pelaku bom Surabaya merupakan jaringan Jemaah Ansarut Daulah atau JAD.

Sementara itu, polisi menemukan salah satu bukti foto keluarga pelaku saat mereka belum melakukan aktivitas sebagai teroris. Foto itu menunjukkan Dita terlihat bertubuh kekar berdampingan dengan istrinya. Dua anak lelaki Dita masih terlihat sangat remaja (kira-kira berusia 10-14 tahun),sedangkan dua anak perempuan Dita masih berusia sekitar 7 dan 4-5 tahun.

TL/tempo.co