Kosela, Wadah Musisi dan Seniman Jalanan Lampung yang Terpinggirkan

Musisi perdamaian dunia, Kim Commanders
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG — Kurangnya perhatian pemerintah daerah membuat para musisi jalanan (pengamen) dan seniman jalanan di Provinsi Lampung membentuk sebuah wadah atau organisasi yang diberi nama Komunitas seniman jalanan lampung (Kosela). Wadah tersebut dibentuk untuk menampung para musisi dan seniman jalanan yang terpinggirkan atau tidak diakui keberadaannya dan juga menjawab kondisi sosial serta keresahan di tengah-tengah masyarakat.

Pembentukan wadah seniman jalanan Lampung yang terpinggirkan tersebut, berlangsung di rumah salah satu seniman lukis Pasar Kangkung bernama Sugi, yang juga sebagai rumah Gerakan Rakyat Nusantara (GRN) di Jalan Ikan Pari Blok D No. 56 Kelurahan Kebon Pisang, Telukbetung Selatan, Bandarlampung, Kamis malam, 7 Mei 2018.

Pembentukan dan pengukuhan Kosela tersebut, dihadiri puluhan penggiat seniman seperti musisi jalanan (pengamen) Telukbetung, seniman lukis, ukir, batik tunu, Gamolan, aktivis penggiat Aids, penggiat seni Lampung lainnya, serta EO (event Organizer). Hadir pula Ketua Gerakan Rakyat Nusantara (GRN) pusat, Juniono Sucahyono alias Nio.

Seorang musisi jalanan Lampung yang karya lagunya “Children With No Land” sudah dikenal dan diakui oleh dunia, Kim Commanders, secara aklamasi didaulat sebagai Ketua Komunitas Kosela.

Kim Commanders mengatakan, Kosela merupakan wadah bagi para seniman jalanan Lampung yang terpinggirkan atau yang tidak diakui keberadaaannya. Wadah ini untuk menjawab keresahan para seniman yang selama kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah.

“Saya sangat berterima kasih kepada teman-teman musisi dan seniman jalanan, yang sudah berikan kepercayaan kepada saya sebagai ketua Kosela. Kosela ini bukan hanya sebagai wadah khusus musisi jalananan saja, tapi juga sebagai wadah untuk seluruh seniman di Lampung yang selama ini terpinggirkan atau tidak diakui keberadaannya,”ujarnya.

Menurutnya, pemerintah daerah semestinya memberikan ruang berekspresi untuk mereka sehingga memiliki pekerjaan tetap. Dengan dibentuknya Kosela ini, ke depan para musisi dan seniman jalanan Lampung bisa sejajar dengan musisi atau seniman dari luar Lampung yang selama ini sering dipanggil pemerintah daerah untuk tampil di semua even-even besar di Lampung.

Ketua Gerakan Rakyat Nusantara (GRN) pusat Eriyono Sucahyono atau yang akrab disapa Bung Nio yang hadir saat pengukuhan Kosela di Jalan Ikan Pari Blok D No. 56 Kelurahan Kebon Pisang, Telukbetung Selatan.
Ketua Gerakan Rakyat Nusantara (GRN) pusat Juniono Sucahyono atau yang akrab disapa Bung Nio yang hadir saat pengukuhan Kosela di Jalan Ikan Pari Blok D No. 56 Kelurahan Kebon Pisang, Telukbetung Selatan.

“Jadi hadirnya kami (Kosela) ini, bukan bermaksud untuk mengambil alih job mereka. Tapi kami juga, ingin seperti yang lain diberikan ruang untuk berekspresi dan berkreasi. Dengan adanya Kosela ini, harapannya kedepan bisa memberikan pendapatan yang jelas bagi musisi dan seniman jalanan dan kita juga akan transparan,”ungkapnya.

Kim mengatakan, jika musisi dan seniman seniman Lampung jalanan yang terpinggirkan ini disatukan dalam satu wadah, lalu ditampung dan diberikan ruang atau pekerjaan yang jelas, maka mereka yang memiliki kreativitas, bakat dan kemampuan dapat tersalurkan. Kim mencotohkan, seperti halnya di wilayah Bulungan, Jakarta. Para musisi dan seniman jalanan di sana mendapat ruang ekspresi dan terbina dengan baik karena mempunyai wadah yang jelas dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerahnya.

“Mestinya berikan juga dong kesempatan untuk mereka ini pentas di sebuah event organizer, atau tidak diberikan lokasi untuk pentas dan itulah yang namanya pembangunan itu merata. Selama ini kan tidak, masih saja dipetak-petakan dan kurang memanusiakan manusia,”jelasnya.

Sementara Ketua Gerakan Rakyat Nusantara (GRN) pusat Juniono Sucahyono atau yang akrab disapa Bung Nio yang hadir langsung saat pengukuhan Kosela tersebut, menuturkan ditunjuknya Kim Commanders sebagai ketua Kosela merupakan pilihan tepat. Meski sebagai musisi jalanan dan tidak ada perhatian dari pemerintah daerah, namun tidak diragukan lagi karya lagunya diakui oleh dunia yang peduli terhadap anak-anak korban perang.

Oleh karena itu, kata Bung Nio, perlu adanya kerja bersama-sama atau secara bertgotong royong sesuai dengan motto dari Kosela itu sendiri yakni Bangkit untuk satu, Satu untuk kita, Kita untuk semua, Kosela tulus ikhlas pasti bisa, bisa, bisa.

“Saya merasa haru dan bangga dengan dibentuknya Kosela ini, karena jargon mereka ini menunjukkan kegotong-royongan seperti apa yang dimiliki bangsa kita Indonesia. Jadi kita harus bekerja bersama-sama untuk menyatukan itu semua, bukan kerjasama karena kerjasama itu mencari keuntungan. Jadi tanpa bersama-bersama, ya kita ini bukanlah siapa-siapa,”ujarnya.

Menurutnya, jiwa seorang seniman ini memang tidak bisa diperintah, tapi bagaimana harus bisa merubah menset itu semua dengan kerja bersama dan menunjukkan karyanya. Bangunlah jiwa kalian, bangkitkan raga kalian, sehingga Kosela menjadi wadah untuk pemerintah dan programnya yang ada di bawah bisa terbantu.

Para musisi jalanan (pengamen) dan seniman jalanan saat berada
di rumah salah satu seniman lukis Pasar Kangkung bernama Sugi yang juga sebagai rumah Gerakan Rakyat Nusantara (GRN) di Jalan Ikan Pari Blok D No. 56 Kelurahan Kebon Pisang, Telukbetung Selatan.

“Mudah-mudahan dengan adanya Kosela ini bisa bersatu, jangan jadi perpecahan karena tidak sepaham dan saling menjelekkan,”ucapnya.

Dikatakannya, dengan dibentuk Kosela sebagai wadah yang menampung para musisi dan seniman jalanan lampung ini, harapannya dapat mengembalikan potensi wisata dan menjadikan Lampung sebagai Provinsi senyum sapa dan ramah tamah sehingga bisa mendatangkan pariwisata. Perbedaan jangan dijadikan sebuah perpecahan, namun untuk bersatu sehingga kedepan musisi dan seniman jalanan lampung menjadi kebanggaan tersendiri untuk masyarakat lampung serta luar.

“Untuk temen musisi dan seniman jalanan, jangan salahkan pemerintah tapi tunjukkan juga kalau kalian juga mampu dan bisa. Kembangkan terus sifat kegotong-royongan, apapun itu bajunya mau merah, kuning, hijau, putih, biru atau lainnya harus tetap bersatu jangan terpecah belah demi Indonesia jaya,”ungkapnya.

Diharapkannya, Pemerintah daerah dapat memberikan perhatian dan ruang ekspresi untuk mereka, apalagi banyak sekali anggaran dari pemerintah pusat yang dikhususkan untuk rakyat yang memang membutuhkan. Bahkan di lampung ini, banyak tempat-tempat tertinggal yang belum tersentuh oleh pemerintah daerah baik dari segi pembangunan atau lainnya.

“Kita bukan mencari massa, tapi menampung seluruh aspirasi masyarakat bagi yang tidak tersentuh sama sekali oleh pemerintah daerah. Sehingga diperlukan bukti-bukti otentik salah satunya melalui para musisi dan seniman jalan lampung ini,”pungkasnya.