TERASLAMPUNG.COM — Gunung Anak Krakatau yang erupsinya mengganas sejak beberapa bulan lalu dan berpuncak pada tsunami di Selat Sunda pada Sabtu malam, 22 Desember 2018, menurut penyair Lampung Rudi Suhaimi adalah sahabat manusia di sekitarnya.
Menurut Rudi Suhaimi, erupsi Gunung Anak Krakatau — yang memang benar-benar anak induk Gunung Krakatau yang meletus hebat pada Agustus 1883 hingga tubuh sang induk hancur — bukanlah mesin penghancur layaknya bom atom yang dijatuhkan tentara Sekutu di Nagasaki dan Hiroshima.
Kesaksian tentang Krakatau dan Gunung Anak Krakatau itu ditulis Rudi dalam sebuah puisi yang diberi judul “Aku Krakatau”. Lewat puisinya tersebut Rudi ingin mengajak pembaca bahwa pada hakikatnya Krakatau bukanlah seseram yang tampak saat ini, ketika amukannya dianggap sebagai bencana.
Berikut larik-larik lengkat puisi Rudi Suhaimi tentang Gunung Anak Krakatau:
Aku Krakatau
Puisi Rudi Suhaimi Kalianda
Bukan mesin pembunuh, bukan pula sumber malapetaka
Justru penyelamat jutaan biota bumi, sebab aku salah satu pasak penyeimbang dunia
Aku krakatau, anak dari sang ibu yang mati demi kelangsungan hidup umat manusia, hingga ada cerita tentang 1883
Aku bukan sosok yang menakutkan, tapi pohon pengetahuan, dari akar hingga pucuk daun menoreh makna-makna
Ketika keserakahan melubang bumi, menimbun laut, memiliki bantaran sungai, menggerus perbukitan dan pegunungan, betapa beban menahan keseimbangan
Erupsi, gempa, lontaran abu, adalah kabar yang aku sampaikan, sebelum kehidupan meranatapi diri
Sebelum orang-orang mempraduga, saling debat tentang seuntai kata yang bernama “bencana”
Aku krakatau,
Memeluk lautan
Menghangatkan ikan-ikan selat sunda untuk terus birahi, bergenerasi
Memupuk terumbu karang, dan kehidupan dasar lautan
Agar nelayan-nelayan banyak bawa pulang tangkapan
Aku krakatau,
Bukan mesin penghancur, seperti bom atom, bom nuklir atau rudal, seperti kalian buat untuk perang
Aku menyuburkan tanah, duta pendamai ketika mutasi iklim yang akan ektrem
Aku krakatau, sahabat dan kerabat dari satu lingkar yang bernama kehidupan.
(Kalianda, 29 Desember 2018)
Oyos Saroso H.N.