Nelayan Sulawesi Tenggara menangkap ikan (WWF Indonesia/Dwi Aryogautama) |
KENDARI , Teraslampung.com- Kondisi lingkungan yang kian hari semakin tercemar karena ulah manusia membuat kita semakin prihatin terhadap lingkungan sendiri. Bahkan, tidak heran, jika hampir dibeberapa wilayah yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra) tercemar lingkungannya karena limbah dan berbagai permasalahan lingkungan lainnya.
Kabupaten Wakatobi yang merupakan daerah yang terkenal dengan julukan surga bawah lautnya tidak akan memiliki keindahan seperti yang diagungkan jika masyarakat sekitar tidak bersikap ramah terhadap lingkungannya sendiri.
Komunitas Layanan Wangi-Wangi (Komenangi) merupakan salah satu komunitas yang selama ini mendapat dampingan dari World Wildlife Fund (WWF) sebagai salah satu yayasan independen yang sangat peduli terhadap lingkungan. Komenangi ini terdiri dari beberapa kelompok nelayan mencoba untuk memfokuskan diri pada kredit konservasi untuk menjaga kondisi lingkungan.
Duma, Bendahara Komenangi menjelaskan bahwa kredit konservasi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk membantu masyarakat agar mengembangkan usaha yang dimiliki melalui pelestarian alam, sehingga tidak dibantu dengan percuma.
“Tahun ini kami memang fokus untuk melakukan kredit konservasi, jadi kami punya modal sendiri dari beberapa kelompok nelayan yang tergabung dalam Komenangi, jika ada anggota yang ingin meminjam uang maka harus menjaminkan pohon atau wilayah tangkapannya, selama masa pinjaman tersebut pihak yang bersangkutan harus bertanggung jawab untuk mempertahankan dan menjaga agar apa yang dijaminkan tersebut tetap dalam kondisi baik,” jelasnya.
Salah satu contoh yang diberikannya dalam penerapan kredit konservasi yakni jika salah seorang ingin meminjam dana sebesar satu juta, maka harus menjaminkan 10 pohon, selama waktu yang telah ditetapkan pihak yang meminjam tadi harus bisa menjaga pohon tersebut agar tidak dirusak namun hasil dari pohon tersebut tetap digunakan pemiliknya. Jika dalam waktu yang telah ditentukan, si peminjam tidak bisa melunasi utangnya, maka sepuluh pohon tersebut akan menjadi sset komenangi.
Tidak hanya itu, untuk melakukan pelestarian terhadap lingkungan, maka komenangi juga telah menyediakan lahan kepada semua orang yang telah meminjam dan setelah dilunasi harus menanam dilahan tersebut untuk tetap menjaga dan bisa membantu anggota komenangi yang lain.
Sementara bagi para nelayan tangkap ikan, harus bisa memastikan bahwa wilayah tangkapannya tidak akan dirusak oleh bom atau aktivitas lain yang bisa mencemari lingkungan.
“Intinya disini kami ingin menjaga agar kondisi lingkungan kami tetap terjaga, jangan sampai tercemar, karena kami juga tahu siapa yang akan menjaga kondisi lingkungan kami kalau bukan kami sendiri,” ujar Duma yang juga merupakan Ketua Kelompok Nelayan Lagundi Satu.
Hal senada juga dikatakan Ali bahwa dengan kredit konservasi yang dilakukan tersebut maka kondisi lingkungan sekitar akan lebih terjaga.
“Kami juga bersyukur karena dampingan yang dilakukan WWF kepada kami sehingga kami bisa lebih mengetahui untuk maju dengan cara menabung dan tabungan ini juga tetap disalurkan kepada anggota kami, jadi kalau kesusahan kami bisa mengatasi masalah kami, cukup terbantukan dengan adanya kredit konservasi ini,” katanya.
Hamida, salah seorang yang telah menggunakan uang dari kredit konservasi ini mengaku sangat tertolong karena tidak harus berurusan dengan tengkulak yang dapat merugikannya.
“Terus terang saja, saya ini hanya menjaminkan pohon nangka dan mangga saya untuk mendapatkan modal usaha, alhamdulillah sekarang saya sudah ada hasilnya, sehingga anak-anak saya bisa tetap bersekolah,” ujarnya.
Sementara itu, Leader WWF Wakatobi, Sugianto, menuturkan bahwa dampingan yang dilakukan kepada kelompok nelayan tersebut untuk membantu agar bisa lebih mandiri dan tetap menjaga kelestarian lingkungan yang dimiliki.
“Kami hanya mencoba untuk terus melakukan pendampingan, nelayan ini harus bisa lebih ramah terhadap lingkungannya, kalau cara-cara salah yang digunakan maka tentunya yang akan merasakan kehancuran terhadap lingkungan itu anak cucu kita kedepannya,” katanya.
Kredit Konservasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk membantu masyarakat namun dengan cara tetap memperhatikan kondisi lingkungan, cara ini telah dirancang sejak tahun 2009, namun karena keterbatasan anggaran baru bisa direalisasikan pada September 2013 lalu. (sumber: suarakendari.com)