Handrawan Nadesul
Hingga Selasa, 23 April 2019, tak kurang dari 115 jiwa petugas pemilu melayang yang tercatat sampai kemarin, dan sekitar 900-an yang jatuh sakit akibat menjalani tugas mulia sehingga membuahkan pemilu yang berlangsung lancar. Kita patut menundukkan kepala bagi yang sudah mendahului kita, dan memberi apresiasi yang besar kepada semua, termasuk yang masih sehat, terlebih bagi yang di pelosok-pelosok yang harus menempuh perjalanan melelahkan melewati sungai, lembah, dan ngarai, pengorbanan luhur yang perlu dicatat.
Pertanyaan kita kemudian, mengapa hal itu sampai terjadi? Jawaban paling mudah, oleh karena beban pekerjaan yang melebihi kemampuan fisik. Kita sering dan terbiasa mengabaikan pembebanan fisik secara berlebihan. Kita melihat angka kecelakaan akibat sopir angkutan umum luar kota melebihi kemampuan fisik, lebih dari 7 jam nonstop menyetir, tanpa jeda. Tubuh yang sehat dan normal pun tidak boleh, ada regulasi yang mengatur. Menteri Perhubungan mestinya mengatur hal ini., untuk menekan angka kecelakaan akibat kelebihan beban kerja sopir. Apalagi kalau tubuh sudah tidak fit dan atau sudah mengidap penyakit.
Kedua, kita tahu umumnya masyarakat kita mengabaikan check up medis, sehingga tidak tahu status kesehatannya saat ini. Terlebih mereka yang sudah lama mengidap penyakit metabolik seperti hipertensi, diabetik, kelebihan lemak darah, yang bila sudah berkomplikasi, jantung, otak dan ginjalnya bisa bermasalah, kalau sedang kelebihan beban kerja.
Sontekan pada fisik itu bisa berwujud beban kerja berlebihan sebagaimana dialami petugas pemilu yang bekerja nonstop seharian penuh, rata-rata lewat tengah malam baru selesai. Beban kerja yang tidak pernah dialami sebelumnya, yang sudah bisa diramalkan medis, kalau serangan penyakit yang mematikan, selain fisik tumbang, bakal terjadi. Belum apabila ada stressor mental, berupa merasakan ketegangan, menghadapi kekeliruan, mengalami tekanan, itu semua menambah beban jiwa yang harus dipikul, pada saat mana adrenalin membanjir memasuki aliran darah, dan itu yang bisa memicu serangan jantung, selain stroke.
Di mata medis, walau sama-sama hasilnya 10, namun 2 X 5 berbeda dengan 5 x 2. Terus menerus bekerja dengan durasi 5 jam dan jeda hanya 2 kali, tidak lebih menyehatkan dibanding bekerja setiap 2 jam dengan jeda 5 kali. Apalagi pekerjaan sepanjang pagi sampai larut malam yang nyaris tanpa jeda. Itu yang dialami rata-rata petugas pemilu minggu lalu.
Ini pelajaran bagi kita semua. Kasus serangan jantung dan atau stroke, sering tak tercatat, terjadi misal akibat sehabis menyetir mobil puluhan jam tanpa jeda, harus menjadi pembelajaran buat kita semua. Bahwa tubuh tidak mungkin dibebani seberat itu, terlebih kalau sudah kurang fit, kurang bugar, atau sudah berisiko terserang jantung, dan atau stroke.
Itu pentingnya kita tahu status tubuh kita, kondisi organ jantung, otak dan ginjal kita sudah seperti apa saat ini dengan rutin check up fisik. Itu pula perlunya tubuh kita dibuat bugar. Caranya? Hidup tertib teratur. Jadwal makan teratur, jam kerja teratur, jam jeda teratur, jam tidur teratur, rutin berolahraga pilihannya brisk walking, jalan kaki tergopoh-gopoh, dan tetap memilih menu seimbang (balance diet). Itu semua yang selalu dengan sangat detail apa saja yang perlu dan harus dilakukan agar sehat dan tidak sampai jatuh sakit, saya sampaikan dalam seminar “Sehat Itu Murah”.
Mau sehat sejahtera dan berbahagia: Ayo ikut setiap ada kesempatan seminar, atau bikin sendiri seminar “Sehat Itu Murah”, saya siap datang, karena niscayalah bahwa nasib kesehatan kita ada di tangan kita masing-masing.***
Handrawan Nadesul adalah seorang dokter dan penyair