Suasana belajar-mengajar di sebuah sekolah dasar. (ilustrasi) |
JAKARTA, Teraslampung.com — Setelah beberapa bulan pelaksanaan Kurikulum 2014 diiringi -kontra, Kementenrtan Pendidikan dan kebudayaan akhirnya memutuskan Kurikulum 2013 tidak dilaksanakan di seluruh sekolah. Kurikulum 2013 hanya akan diterapkan di sekolah-sekolah yang sudah siap. Sekolah yang belum siap, boleh memakai kurikulum lama (Kurikulum 2006).
Keputusan itu keluar setelah Menteri Pendidikan dan Kebudataan Anies Baswedan bertemu denga Tm Evaluasi Kurikulum 2013, di ujarnya usai melaporkan hasil evaluasi Kurikulum 2013, di Gedung Ki Hadjar Dewantara, Kantor Kemendikbud, Jakarta, (03/12/2014).
Dalam pertemuan dengan Mendikbud, Ketua tim evaluasi yang juga mantan Dirjen Pendidikan Dasar, Suyanto, mengatakan ada tiga opsi yang dapat dilakukan terhadap implementasi Kurikulum 2013.
“Opsi pertama adalah menghentikan implementasi Kurikulum 2013 sambil menyempurnakan seluruh komponen dan perangkat Kurikulum 2013. Opsi kedua, meneruskan implementasi Kurikulum 2013 untuk sekolah yang sudah siap melaksanakan sambil melakukan perbaikan. Opsi ketiga, meneruskan implementasi Kurikulum 2013 di seluruh sekolah sambil melakukan perbaikan. Dalam memberikan rekomendasi tiga opsi tersebut kepada Mendikbud, tim evaluasi juga memberikan pertimbangan kebijakan dan implikasi opsi,” kata Suyanto.
Suyanto mengatakan, ada satu hal yang mencuat dalam rapat tersebut. Yakni, rencana membuat prototipe sekolah yang baik dalam implementasi Kurikulum 2013.
“Dalam membuat prototipe tersebut, yang berperan utama adalah guru dan kepala sekolah. Guru dan kepala sekolah harus dilatih secara benar dan betul-betul memiliki kompetensi,” kata dia.
Menurut Suyanto, sekolah yang bisa menjadi sekolah prototipe bisa sekolah yang sejak 2013 sudah menjalankan Kurikulum 2013 yang jumlahnya 6.326 sekolah maupun sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013.
Suyanto mengatakan, Mendikbud meminta tim evaluasi Kurikulum 2013 mengembangkan rencana prototipe itu, dan melakukan penggandaan (kloning).
“Ya, perlu dibuat kloning. Kalau prototipe yang 6.000 sudah hebat, maka akan dikloning kemana-mana. Bupati-bupati mau ditelepon Pak Menteri supaya melakukan penggandaan atau multiplikasi dari proses yang telah dilakukan di sekolah-sekolah model atau di sekolah prototipe itu,” katanya.
Rencana membuat prototipe tersebut dinilainya sesuai dengan salah satu teori belajar. “Teori mengatakan ketika orang belajar melihat sebuah model maka akan lebih cepat belajarnya,” ujar Suyanto. Pengembangan prototipe itu akan dilakukan secepat-cepatnya, dengan tujuan membuat sekolah prototipe sebanyak-banyaknya.
Jika opsi kedua menjadi pilihan, kata Suyanto, sekolah yang merasa kesulitan dalam implementasi Kurikulum 2013 boleh kembali menggunakan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 2006.
“Namun keputusan berada di tangan Mendikbud. Mendikbud sendiri yang akan berbicara di depan publik tentang kebijakan yang akan dilakukan terkait implementasi Kurikulum 2013,” katanya.