Langbune, Penghilang Bau Limbah Karya Pemuda Desa Sidodadi Lamsel

Heri Yulianto, penemu inovasi cairang penghilang bau limbah. Foto: Teraslampung.com/Zainal Asikin
Heri Yulianto, penemu inovasi cairang penghilang bau limbah. Foto: Teraslampung.com/Zainal Asikin
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

LAMPUNG SELATAN — Bau tak sedap yang disebabkan limbah tidak hanya mengganggu hidung. Bau limbah juga menyebabkan aneka dampak buruk, terutama bagi kesehatan. Jika limbah tidak dikelola dengan baik, masyarakat di sekitar limbah pun akan terkena dampaknya: selalu mencium bau busuk, banyak nyamun, terkena penyakit, dan sebagainya.

BACA: Cara Membuat Cairan Penghilang Bau Limbah Ala Heri Yulianto

Menyadari semua itu, Heri Yuliyanto (29), pemuda Dusun Krajan I, Desa Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan membuat inovasi penghilanng bau limbah. Karya Heri dinamakan Langbune. Langbune berasal dari kata ilang dan ambune. Artinya hilang baunya.

Langbune berupa cairan hasil fermentasi yang dibuat dari bahan-bahan alami (organik) dan ramah lingkunga. bukan kimia, melainkan alami (organik) dan ramah terhadap lingkungan. Langbune terbukti ampuh dapat menghilangkan aroma bau busuk limbah tempe, tahu, ayam potong, septictank, comberan, sampah, dan bau limbah lainnya.

“Langbune bisa bertahan hingga enam bulan,” kata Heri Yuliyanto kepada teraslampung.com saat ditemui di rumahnya, sembari menunjukkan cara membuat cairan fermentasi penghilang aroma bau limbah, Jumat (15/11/2019).

Heri mengaku  menemukan inovasi fermentasi cairan penghilang aroma bau limbah pada tahun 2015 lalu. Ia membuat cairan fermentasi tersebut lantaran orangtuanya sebagai perajin tempe yang tinggal di lokasi padat penduduk. Warga di sekitar rumahnya sering mengeluhkan bau tak sedap yang meruap dari limbah pengolahan tempe.

“Dari situlah saya beripikir untuk mencari solusi cara menghilangkan aroma bau limbah tempe usaha orangtua saya. Kalau limbah itu disiram air biasa baunya tidak hilang. Kalau diberi cairan seperti karbol dan kapur hanya sebentar saja baunya hilang, besoknya sudah bau lagi,”ujarnya.

Saluran limbah tempe diberi cairan fermentasi penghilang bau limbah (b)
Saluran limbah tempe diberi cairan fermentasi penghilang bau limbah (b)

Sebelumnya berbagai cara sudah ia lakukan membuat olahan fermentasi, tapi belum menemukan bahan untuk fermentasi yang tepat.

Setelah beberapa kali dilakukan, akhirnya menemukan solusinya membuat olahan fermentasi cairan penghilang bau limbah yang ia buat dari bahan-bahan bukan kimia melainkan alami seperti kacang panjang, kangkung, pepaya, nanas, hati batang pisang, air kelapa dan gula pasir.

“Begitu saya coba hasil fermentasi yang sudah saya buat ini, hasilnya cukup memuaskan. Setelah saya siramkan di pusat limbah, kolam penampung limbah dan saluran air limbah, aroma bau limbah benar-benar hilang,” kata lulusan SMKN 2 Kalianda 2008 ini.

Cairan fermentasi hasil inovasinya ini, kata Heri, terbukti bertahan lama selama enam bulan aroma bau limbahnya hilang. Bahkan para tetangga disekitar lingkungan tempat tinggalnya, sudah tidak lagi protes dan mengeluhkan aroma bau limbah tempe usaha milik orangtuanya seperti dulu lagi dan aroma baunya benar-benar hilang hingga sekarang ini.

“Satu botol cairan fermentasi ini sekali disiramkan, bau limbahnya hilang dan bertahan selama enam bulan. Untuk pembuatan bahan fermentasi cairan penghilang bau limbah ini, modal yang dibutuhkan hanya sebesar Rp 50 ribu,”ungkap anak dari pasangan Tugiyanto dan Kartimah ini.

Heri mengaku cairan fermentasi hasil inovasinya tersebut, belum dilakukan uji laboratorium,tetapi sudah banyak dibeli dan digunakan perajin tempe, tahu, usaha rumah ayam potong dan rumah tangga di Kecamatan Sidomulyo. Satu botol cairan penghilang bau limbah hasil fermentasi itu dijual Rp25 ribu per botol.

“Hasil inovasi ini memang belum saya uji lab secara rinci, tapi warga banyak yang sudah membuktikan hasilnya. Alhamdulilah, mereka (perajin) sudah tidak dikeluhkan warga lagi akibat bau limbahnya. Saya berharap, pemerintah setempat dapat mendukung hasil inovasi saya ini dapat dikenal oleh masyarakat luas,”pungkasnya.

Sigig Edi Lukman, Kades Sidodadi
Sigig Edi Lukman, Kades Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan

Kepala Desa (Kades) Sidodadi, Sigig Edi Lukman,  mengatakan cairan penghilang bau limbah karya Heri  merupakan sebuah inovasi yang bisa mengatasi salah satu persoalan di desanya. Sigig mengaku bangga dan senang atas temuan hasil inovasi tersebut.

“Inovasi penghilang bau limbah yang dibuat Heri  sangat bagus dan efisien karena bahan yang digunakan untuk membuat cairan fermentasi tersebut alami sehingga ramah lingkungan,”tuturnya.

Menurutnya, inovasi tersebut memang terbilang baru khusunya bagi warga Desa Sidodadi dan desa-desa lainnya di Kabupaten Lampung Selatan. Aroma bau limbah tersebut, terbukti bisa dihilangkan menggunaan cairan fermentasi tersebut.

“Saya sangat mendukung inovasi tersebut.Untuk legalitasnya kami akan bantu, karena inovasi tersebut perlu uji lab dan kita akan dorong supaya lebih tepat lagi penggunaannya,”ungkapnya.

Karena hasil inovasi tersebut sangat bermanfaat, kata Kades yang belum lama ini menjabat, pihaknya akan memperkenalkan hasil inovasi salah satu warganya lebih luas lagi khususnya para perajin tempe, tahu, peternak ayam, sampah atau limbah rumah tangga, ayam potong dan lainnya yang memiliki limbah sangat bau.

“Bahkan limbah sampah atau lainnnya yang ada di lokasi pasar. Cairan fermentasi penghilang bau limbah tersebut sangat bagus dan bermanfaat, sebagai pemerintah desa perlu mendorong untuk memperkenalkan hasil inovasi ini  lebih luas lagi,” kata dia.

M. Zainuddin, pedagang ayam potong
M. Zainuddin, warga Desa Sidodadi, Lampung Selatan. Sehari-hari ia berprofesi sebagai pedagang ayam potong.

Sementara salah seorang pedagang ayam potong di Pasar Sidomulyo, M. Zainuddin, mengatakan dirinya sudah membuktikan menggunakan cairan fermentasi penghilang bau limbah yang dibuat dari bahan-bahan alami dan ramah lingkungan hasil inovasi salah seorang pemuda warga Desa Sidodadi, Heri Yuliyanto.

“Saya sudah mencobanya, dan terbukti aroma bau limbah ayam potong saya benar-benar hilang sampai saat ini. Saya menggunakan cairan fermentasi “Langbune”ini, sekitar empat bulan,”ujarnya.

Diakuinya, usaha ayam potong yang ditekuni selama dua tahun belakangan ini, aroma bau limbahnya memang tidak sedap jika dibandingkan dengan limbah tempe atau tahu, sehingga mendapat keluhan dari warga. Sebelumnya, ia menggunakan kapur untuk menghilangkan bau limbah tersebut, tapi kurang efektif dan masih tetap baunya tidak hilang.

“Begitu dengar ada obat yang bisa hilangkan bau limbah, saya langsung membelinya. Apalagi harganya terjangkau, dan sekali disiramkan bau limbahnya cukup lama hilangnya hingga enam bulan. Bagi warga yang memiliki usaha ayam potong, serta pemilik usaha home industri lainnya yang menyebabkan bau limbah tidak sedap, agar menggunakan cairan fermentasi tersebut,”ungkap bapak empat orang anak ini.

Sobirin, perajin tahu
Sobirin, perajin tahu

Lingkungan yang terkena imbas aroma bau limbah, kata Zainuddin, harus dihilangkan dan Itu memang sudah diwajibkan. Cairan fermentasi ini, bisa juga digunakan menghilangkan aroma bau sampah. Warga yang memiliki acara hajat (resepsi), bisa juga menggunakan cairan fermentasi itu untuk menghilangkan bau tidak sedap di lokasi sekitar acara baik itu usai dan pasca resepsi.

“Saya sangat mendukung upaya Heri bisa menciptakan sebuah inovasi terbaru cairan penghilang bau limbah. Kami berharap pemerintah setempat dapat melirik hasil inovasi ini. Mudah-mudahan inovasi kreatif ini, bisa dikembangkan lebih luas lagi,”terangnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Sobirin, salah seorang pengrajin tahu di Desa Sidodadi yang menekuni usaha tersebut sekitar 2 tahun belakangan ini.

“Cairan fermentasi hasil inovasi Heri ini sangat efektif sekali untuk menghilangkan bau limbah tahu.Baru sekitar sembilan bulan saya mengunakan cairan fermentasi Langbune ini. Alhamdulillah manfaatnya sudah saya rasakan, warga tidak mengeluh bau limbah lagi,” katanya.