Film  

“A Letter for Mommy”, Kerinduan Bocah Puhawang kepada Sang Bunda

Bagikan/Suka/Tweet:
Hermansyah*
IVAN Bonang, tokoh dongeng Lampung, dan kawan-kawannya menyeruak belantara industri film lewat “A Letter for Mommy”. Jika industri film semakin padat modal dan teknologi, mereka menyibaknya dengan low budget dan tak terjerembab “kerumitan” teknologi film.
Dalam film pendek yang mengisahkan satu keluarga kecil di Pulang Puhawang, Teluk Lampung, Ivan Bonang memberdayakan istri, anak, teman-teman, dan kru yang rela tak dibayar, termasuk bintang utamanya, Chicco Jerikho.
Namun, film berdurasi 28 menit itu disiapkan untuk berlaga di festival film internasional. Film produksi Ziva Film dan Komunitas Dongeng Dakocan diperlihatkan terbatas di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Minggu (10/9/2017), pukul 15.00 WIB.
Hadir pada pemutaran film tersebut Aji Aditya sebagai sutradara dan penulis naskah film, para pemain dan kru, sedangkan Chicco Jerikho, pemeran utama sekaligus produser, tak bisa hadir karena sedang suting film barunya.
Selain itu, hadir Ivan Bonang sebagai eksekutif producer, Aryo Imaduddin Dzaky sebagai pemeran sang bocah bernama Aryo,  Iin Muthmainnah sebagai emak penjual kopi dan gorengan.
Aryo putra pasangan Ivan Bonang dan Iin Muthmainnah, Suami istri ini sejak mahasiswa aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Budaya dan Seni (UKMBS) Universitas Lampung. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Dalam sekuel film, Aryo, anak semata wayang, murung sepeninggalan ibunya akibat HIV. Sang ayah, Jerikho, dengan berbagai cara berjuang mengembalikan keceriaan sang anak. Namun, tidaklah mudah, Aryo benar-benar sedih.
Dia mencurahkan tangis kerinduanya sejauh cakrawala Selat Sunda dari atas Pasir Timbul, gundukan pasir yang jadi daratan setiap kali laut surut dekat Pulau Puhawang, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
Sang ayah dengan sabar berjuang mengembalikan senyum Aryo. Sang bocah sadar, ayahnya sudah begitu baik sampai rela mengantikan peran sang bunda yang menyiapkan pakaian dan menyuapkan makanan.
Namun, Aryo tetap tak bisa begitu saja mengubur rindunya kepada sang bunda. Sampai, suatu malam, ditemani lampu minyak, dia curahkan rinduannya kepada sang bunda lewat sepucuk surat untuk bunda, a letter for mommy.
Aryo menerima kenyataan, bundanya memang tak terlihat lagi, namun selalu ada di hatinya. Sampai akhirnya, dia kembali bermain bola dan kejar-kejaran kembali bersama ayahnya di pantai pulau. Dalam kenyataan, Aryo pemain bola U-13 asal Lampung.
“Proses pembuatan film ini enam sampai tujuh bulan dari persiapan sampai siap tayang,” ujar Ivan Bonang. Aktivis Komite Anti Korupsi (Koak) juga mengatakan film pendeknya dipersiapkan untuk berlaga di festival internasional.
Iin Muthmainnah bahagia dengan penayangan filmnya yang dihadiri para jurnalis, aktivis, sastrawan, budayawan dan lainnya. Dia berharap film pendeknya bisa ikut mengharumkan Lampung di tingkat nasional dan internasional.
* jurnalis