TERASLAMPUNG.COM — Air bersih mati selama satu minggu lebih, pelanggan Perusahaan Daerah (Perumda) Way Rilau mengeluh. Hal itu diungkapkan Adisa warga Kelurahan Pahoman, Kecamatan Enggal.
“Jadi memang ada pemberitahuan di medsos (media sosial). Tetapi ya masa sampai satu minggu lebih. Hari ini hidup, tapi kecil banget. Itu pun sore sudah mati lagi,” ungkap Adisa dengan wajah kecewa kepada teraslampung.com, Senin, 20 Mei 2024.
“Harapan saya jangan lama-lama donk kalau mati, air bersih kan bagian penting jadi kalau sampai mati kami bingung. Sedangkan kalau kami telat bayar aja kami kena denda, kan gak adil,” katanya.
Sementara Rosmiati, warga Jalan Way Sekampung, Pahoman, mengeluhkan air bersih dari Way Rilau aliran airnya kecil dan pelan. Air mengalirnya pukul 02.00 WIB. Maka, dia memutuskan untuk menggunakan air dalam tanah (sumur bor).
“Kami sudah lima tahun lebih tidak menggunakan air pam karena tekanan airnya tidak mampu naik sampai ke toren (penampungan air). Ditambah air ngalirnya pada saat kita istirahat yaitu jam dua pagi,” katanya.
Saat ditanyakan apakah dia tetap membayar, Rosmiati mengaku taat setiap bulan membayar ke bank sebagai pelanggan Perumda Way Rilau.
“Selama lima tahun saya hanya membayar abodemen aja, terus sampai kapan pelayanan Way Rilau kaya begini,” ungkapnya.
Matinya aliran air bersih dari Perumda Way Rilau membuat pelanggan mengeluarkan biaya untuk menutupi kebutuhan air bersih. Ini disampaikan Erlangga warga jalan dr. Susilo, Kampung Nagrek jika pam mati dia harus beli air galon.
“Kemarin itu mati seharian. Kita nggak tau kenapa tapi ya itu nggak ada pemberitahuan. Air bersih itu kan kebutuhan vital kalau pam mati untuk mandi dan sebagainya saya harus keluar uang,” katanya.
“Saya berharap pelayanan air bersih ditingkatkan jangan kaya begini terus, jangan sering mati…lama-lama pelanggan kecewa kami punya uang untuk buat air bor terus kami putus jadi pelanggan Way Rilau. Kan perusahaan rugi juga,” ungkapnya.
Dandy Ibrahim