Puisi Ahmad Yulden Erwiin

Bagikan/Suka/Tweet:

Lirik Narita

Kumasuki  wajahmu. Sebuah  ruang 
tunggu

kini
terkunci. Satu elevator dari pecahan mimpi,

                     kebohongan serupa kertas
tisu di toilet usia,
dinding
menara pemantau dari sayatan luka:

                    Bandara dari serpihan
tanda tanya. Cermin

di
matamu telah  menyusun  lekuk hidungku,

                     kerut keningku, juga
seuntai tanka pada maut

dan
permainan warnanya. Tak ada yang mesti

                     kautunggu. Misteri  itu telah jadi sebutir salju.

Lalu
kauingat  sepoi angin di teras rumahmu
                     adalah  film-film 
kosong  di layar  batinku.

Kaumasuki
wajahku. Detik-detik berguguran

                        menjelma laron-laron
cahaya, juga metafora
tentang
api lilin yang membakarnya. Cermin

                       telah pecah di
mataku.  Satu ilusi telah sirna.

Sekarang,
ruang  tunggu itu kembali  terbuka.
                        Namun, lekas
kaubatalkan jadwal terbangku,
dan
telah kaupilih sunyi untuk menghantarku:

                            Pulang ke langit
matamu.