Luka Parah karena Terjerat, Kaki Harimau Sumatera Ini Diamputasi

Harimau liar penghuni Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNNS) di wilayah Lampung Barat terkapar tanpa daya setelah kakinya terkena jerat yang dipasang pemburu liar. Salah satu kaki harimauini terpaksa diamputasi.
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG — Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) jantan dengan kondisi kaki kanan depan terluka, terpaksa harus diamputasi oleh Tim Medis BKSDA Bengkulu-Lampung, yang tergabung dalam Tim Reaksi Cepat dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) dan Tim Wildlife Rescue Unit (WRU).

Kaki kanan depan satwa langka dan dilindungi tersebut membusuk, sedangkan bagian perutnya terluka. Kedua luka di tubuh Harimau Sumatera tersebut, akibat terkena jerat kawat seling diduga dilakukan ulah pemburu di kawasan hutan TNBBS. Lokasi tersebut masuk dalam wilayah Resort Suoh SPTN III, BPTN II Liwa, Kabupaten Lampung Barat dan berada di zona rimba.

Harimau Sumatera yang diberi nama Kyai Batua yang memiliki berat sekitar 110 kilogram dan berusia antara 3-4 tahun, saat ini dalam perawatan intensif dokter hewan di Taman Konservasi Lembah Hijau, Kota Bandarlampung.

Kyai Batua nama dari harimau sumateta ini, bermakna kakak panggilan kehormatan bagi suku Lampung. Sedangkan Batua, mengandung arti harimau jantan itu ditemukan di daerah Batu Ampar yang masuk Desa Ringin Sari, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, Lampung.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Hifzon Zawahiri, mengatakan, hingga hari ini, kondisi harimau sumatera, Kyiai Batua yang tereparangkap jerat pemburu itu kondisinya terus membaik.

“Kondisi harimau Batua kian membaik, selain diberi vitamin dan volume makanan terus bertambah. Dalam sehari, bisa menghabiskan 4 sampai 6 ekor ayam,”ujarnya, Selasa (16/7/2019).

Hifzon menuturkan,  harimau sumatera bernama Kyai Batua ini belum bisa disaksikan langsung oleh banyak orang karena kondisinya yang masih belum stabil. Saat ini harimau malang ini masih dalam isolasi guna proses masa penyembuhan lukanya akibat terkena jerat oleh pemburu.

“Jadi mohon maaf, saat ini harimau Batua belum bisa disaksikan secara langsung karena masih dalam isolasi. Hal ini juga, untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan karena sifat liar harimau yang reaktif dan di khawatirkan akan mengganggu proses penyembuhan lukanya karena pergerakan kesana kemari,” katanya.

Pemilik Taman Satwa Lembah Hijau, Irwan Nasution, mengaku sangat berterima kasih kepada Tim yang telah bekerja cepat hingga hewan dilindungi dan merupakan satwa langka ini yakni macan sumatera ini dapat segera tererselamatkan dari ulah pemburu

“Kami sebagai lembaga konservasi tentu berkewajiban dan berpartisipasi dalam kegiatan ini, dan kami juga sangat berterima kasih kepada tim dari TNBBS, BKSDA, WCS dan semua tim serta tim dokter yang telah bekerja keras menyelamatkannya satwa langka dan dilindungi ini. Jika penanganannya lambat, harimau ini bisa mati,”ungkapnya.

Tim dokter dan tim medis, kata Irwan, sangat mendukung dan terus mamantau perkembangan kondisi kesehatan harimau liar tersebut.

“Untuk menjaga ketenangannya, kita masih isolir dari pengunjung supaya pangannya masuk dengan baik dan vitaminnya nuga masuk dengan baik. Kita berharap, hal ini dapat mempercepat proses dari penyembuhan harimau ini. Harapan lainnya, jangan sampai tidak terdengar lagi auman harimau sumatera ini,”ujarnya.

Menurutnya, Lembah Hijau telah menyiapkan kandang yang cukup luas untuk harimau, mulai dari pemeliharaan hingga sampai proses pengembangbiakannya.

“Kami memiliki tempat yang cukup luas untuk perawatan harimau ini, apabila mendapatkan izin untuk di tempatkan disini (Lembah Hijau) dan secara keseluruhan kami siap,”jelasnya.

Menurutnya, ada empat kandang yang telah disiapkan sekaligus kolam untuk harimau. Kadang untuk tidur, kandang penjepit untuk pengobatan, kandang untuk amparan atau tempat bermain dan kandang untuk berkembang biak dengan betinanya.

“Tim medis akan terus melakukan perawatan maksimal enam bulan ke depan, dan sampai kondisi harimau cukup baik,”pungkasnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Teraslampung.com, Harimau Sumatera tersebut ditemukan pada Selasa (2/7/2019) lalu, ketika Tim Patroli Balai BBTNBBS dan Wildlife Conservation Society-Indonesian Program (WCS-IP) tengah melakukan pemantauan populasi harimau di bagian tengah TNBBS (IPZ-Intensive Protection Zone) sebagai rangkaian kegiatan SWTS II.

Proses evakuasi dilakukan pada Rabu, (3/7/2019) sekitar pukul 13.26 WIB. Tim WRU tiba di lokasi penjeratan harimau, lalu tim tersebut mempersiapkan peralatan bius dan kandang angkut untuk mengevakuasi harimau.

Proses penyelamatan pertama yang dilakukan, dengan pembiusan dan tindakan medis untuk mengobati luka. Lalu harimau tersebut dibawa ke Lembaga Konservasi Lembah Hijau Kota Bandarlampung untuk dilakuka perawatan intensif.