PERHELATAN seni rupa ArtJog tahun 2014 antara lain menampilkan lukisan seniman senior, Djoko Pekik, bertajuk “Go To Hell Crocodile”. Judul ini mengingatkan kata-kata Bung Karno ketika berseteru dengan Amerika Serikat, “Go To Hell With Your Aid!”. Lukisan Djoko Pekik berukuran sekitar 2×6 meter kala itu menjadi salah satu karya yang menyedot perhatian.
Secara visual tampak dalam lukisan itu seekor buaya raksasa yang ekornya berada di sebuah bukit dan moncong serta tubuh bagian depannya bergerak melingkari ceruk tanah yang membuat lingkaran ke dalam. Lidah buaya yang berwarna merah itu kentara sekali menjulur mengikuti kedalaman ceruk tanah tersebut.
Di belakang tubuh buaya (crocodile) ada sekitar 18 citra bivak, rumah adat bagi orang-orang di kawasan Papua. Belasan citra manusia di sekitar bivak itu seperti hanya bisa melihat, melongokkan kepala ke tubuh Sang Buaya atau ceruk tanah yang dalam yang “dipeluk” binatang reptil itu.
Di seberang mereka, di balik tubuh buaya, ada serombongan orang-orang yang jumlahnya jauh lebih banyak. Posisinya sama: menonton. Mereka jadi penonton. Hanya ada 4 figur di bagian bawah lukisan yang tampak ada aktivitas berbeda.
Empat orang kurus dan bertelanjang dada itu memegang bambu runcing yang sepertinya hendak diarahkan ke moncong Sang Buaya raksasa. Kalau dicermati, satu dari 4 sosok orang pemegang bambu runcing itu seperti gambaran seniman karya ini, Pak Djoko Pekik—yang berkumis dan berjanggut putih, serta rambut belakang yang dikuncir.
Apakah lanskap ini representasi atas keberadaan sebuah tambang mineral di Papua? Apakah Sang Buaya itu adalah citra dari sosok PT Freeport? Silakan menerka, boleh tepat, boleh tidak tepat. Fakta yang terjadi, di ArtJog 2016, PT Freeport tidak hadir dalam lukisan, tapi sebagai salah satu sponsor.
Kuss Indarto, kurator, tinggal di Yogya