Opini  

“Madden-Julian Oscillation” dan Ancaman Banjir di Lampung

Banjir di Lampung Utara, 10 Maret 2023
Bagikan/Suka/Tweet:

Oleh Ramadhan Nurpambudi
Prakirawan BMKG Lampung

Beberapa waktu lalu di awal bulan Maret terjadi banjir di banyak titik di wilayah Lampung akibat dampak  Borneo Vortex. Banjir terjadi diantaranya di wilayah Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Utara, Tulangbawang, Tulangbawang Barat, Waykanan, dan Lampung Barat. Banjir yang terjadi cukup parah dengan jumlah curah hujan mencapai lebih dari 200mm pada waktu tersebut.

Beberapa hari ini BMKG Lampung memprediksi peluang aktifnya gangguan cuaca Madden-Julian Oscillation (MJO) hingga akhir bulan nanti. Untuk mengantisipasi kejadian banjir di awal Maret lalu kami memberikan informasi ini lebih awal agar masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya potensi peningkatan curah hujan hingga akhir bulan nanti.

MJO atau Madden-Julian Oscillation adalah suatu fenomena alam yang mempengaruhi pola cuaca di wilayah tropis di seluruh dunia. Fenomena ini terjadi karena interaksi antara udara dan air di atmosfer dan lautan tropis. MJO berlangsung selama 30-60 hari dan dapat terjadi beberapa kali dalam setahun.
Ketika MJO terjadi, sistem sirkulasi di atmosfer dan di lautan tropis saling mempengaruhi. Ini dapat menyebabkan perubahan cuaca yang signifikan di wilayah tropis, termasuk curah hujan yang tinggi atau rendah, angin yang kuat, dan badai tropis.

MJO terutama dipengaruhi oleh suhu permukaan laut di Samudra Hindia dan Pasifik, dan dapat mempengaruhi cuaca di sebagian besar wilayah tropis di dunia, termasuk Asia, Afrika, Amerika Selatan, dan Australia.
Pemahaman tentang MJO penting karena dapat membantu para ilmuwan dan pemangku kepentingan dalam merencanakan strategi mitigasi bencana dan pengelolaan sumber daya air yang lebih efektif di wilayah tropis.

MJO dapat aktif di wilayah Indonesia atau wilayah Lampung pada berbagai waktu sepanjang tahun, meskipun ada beberapa periode yang lebih cenderung terjadi dari pada yang lain. Tren umum menunjukkan bahwa MJO cenderung aktif di wilayah Indonesia selama periode musim hujan, yaitu sekitar November hingga April.

Untuk memprediksi MJO, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggunakan berbagai indikator, seperti angin, suhu permukaan laut, dan indeks kelembaban atmosfer. BMKG mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk satelit dan model komputer untuk memprediksi kejadian MJO di wilayah Indonesia atau wilayah Lampung khususnya.

Indikator yang paling sering digunakan untuk memprediksi MJO adalah indeks kelembaban atmosfer yang disebut dengan indeks OMI (Outgoing Longwave Radiation). Indeks ini mengukur radiasi inframerah yang dipancarkan oleh bumi dan memberikan gambaran tentang kelembaban atmosfer di wilayah tropis. Selain itu, BMKG juga menggunakan indeks yang disebut dengan RMM (Real-time Multivariate MJO) yang menggabungkan informasi dari angin, suhu permukaan laut, dan indeks kelembaban atmosfer untuk memprediksi kejadian MJO.

Dalam memprediksi MJO, BMKG juga melihat perkembangan suhu permukaan laut di wilayah Samudera Hindia dan Pasifik. Peningkatan suhu permukaan laut di wilayah ini bisa menjadi indikasi bahwa MJO sedang aktif atau akan aktif dalam waktu dekat.

Madden-Julian Oscillation (MJO) adalah fenomena alam yang dapat membawa dampak signifikan pada kondisi cuaca di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Data historis menunjukkan bahwa dampak MJO yang paling parah terjadi pada periode Oktober hingga April, yang biasanya disebut dengan musim penghujan. Pada periode ini, wilayah Indonesia sering mengalami peningkatan curah hujan, yang dapat menyebabkan banjir dan longsor.

Berikut adalah beberapa contoh dampak MJO yang paling parah di wilayah Indonesia:

• Banjir dan longsor di Jabodetabek pada Januari 2020
MJO yang aktif pada Januari 2020 menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah Jabodetabek. Akibatnya, beberapa daerah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi mengalami banjir dan longsor yang cukup parah. Beberapa jalan utama di Jakarta bahkan terendam air hingga setinggi pinggang manusia.

• Banjir di Sulawesi Selatan pada Januari 2019
Pada Januari 2019, MJO aktif di wilayah Indonesia dan menyebabkan peningkatan curah hujan di Sulawesi Selatan. Akibatnya, beberapa daerah di Sulawesi Selatan, seperti Kota Makassar dan Kabupaten Maros, mengalami banjir yang cukup parah. Beberapa rumah bahkan terendam air hingga setinggi dada manusia.

• Banjir di Lampung pada April 2019
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, MJO juga pernah menyebabkan banjir yang cukup parah di wilayah Lampung pada April 2019. Pada saat itu, beberapa daerah di Lampung mengalami banjir yang cukup parah akibat peningkatan curah hujan yang disebabkan oleh aktifnya MJO.
MJO juga dapat memberikan dampak yang signifikan di beberapa wilayah di luar Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh dampak paling parah MJO di wilayah lain:

• India: Pada tahun 2019, MJO aktif pada bulan Juni hingga Juli dan menyebabkan musim hujan monsun yang sangat parah di beberapa wilayah di India, terutama di negara bagian Bihar dan Uttar Pradesh. Bencana banjir yang disebabkan oleh musim hujan yang ekstrem tersebut mengakibatkan lebih dari 140 orang meninggal dunia dan jutaan warga terpaksa mengungsi.

• Australia: Pada tahun 2011, MJO aktif pada bulan Januari hingga Februari dan menyebabkan musim hujan yang sangat parah di beberapa wilayah di Australia, terutama di negara bagian Queensland. Bencana banjir yang disebabkan oleh musim hujan yang ekstrem tersebut mengakibatkan 33 orang meninggal dunia dan ribuan warga terpaksa mengungsi.

• Filipina: Pada tahun 2015, MJO aktif pada bulan Desember hingga Januari dan menyebabkan musim hujan yang sangat parah di beberapa wilayah di Filipina, terutama di wilayah timur dan selatan. Bencana banjir dan tanah longsor yang disebabkan oleh musim hujan yang ekstrem tersebut mengakibatkan lebih dari 50 orang meninggal dunia dan ribuan warga terpaksa mengungsi.

Hasil monitoring BMKG terhadap MJO menunjukkan bahwa sejak tanggal 21 Maret 2023, MJO bergerak semakin mendekati wilayah Sumatera termasuk Lampung. Hal ini dapat menjadi indikasi adanya pengaruh MJO yang berlangsung pada saat itu. Awan cumulonimbus dengan skala yang besar mulai terlihat muncul di perairan barat Sumatera yang dapat dijadikan salah satu indikasi datangnya MJO. Kumpulan awan cumulonimbus dengan skala yang besar ini biasa dikenal dengan Mesoscale Convective System (MCS).

Pembentukan Mesoscale Convective System (MCS) di wilayah barat Sumatera dapat dipengaruhi oleh aktivitas MJO. MJO dapat mempengaruhi pola cuaca di wilayah tropis, termasuk di Indonesia, dengan mengubah pola angin, suhu permukaan laut, dan kelembaban udara.

Ketika MJO aktif, sistem sirkulasi udara di atmosfer dan lautan di wilayah tropis menjadi lebih aktif dan dapat meningkatkan pembentukan awan-awan konvektif yang dapat berkembang menjadi MCS. MCS adalah sistem awan yang sangat besar dan intens yang dapat menyebabkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, dan angin kencang.

MJO biasanya mempengaruhi wilayah barat Sumatera pada musim hujan. Pada saat itu, MJO dapat menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut di sekitar wilayah tersebut dan menghasilkan energi yang cukup untuk membentuk MCS. Selain itu, MJO juga dapat mempengaruhi pola angin di wilayah tersebut, yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pergerakan MCS.

Penting untuk memantau aktivitas MJO untuk memprediksi pembentukan MCS di wilayah barat Sumatera dan mengambil langkah-langkah mitigasi bencana yang tepat. BMKG dan lembaga meteorologi lainnya di seluruh dunia terus memantau dan memprediksi aktivitas MJO untuk membantu masyarakat dan pemangku kepentingan dalam mengambil tindakan yang tepat terkait dengan pengelolaan risiko bencana.

Peningkatan curah hujan yang terjadi akibat MJO dapat menjadi ancaman bagi warga Lampung, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan banjir. Banjir dapat menimbulkan kerugian materi dan non-materi, seperti rusaknya infrastruktur, kehilangan harta benda, dan bahkan korban jiwa.

Untuk mengantisipasi dampak dari peningkatan curah hujan yang dapat menyebabkan banjir, warga Lampung harus terus memantau perkembangan informasi prakiraan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG melalui akun media sosial resmi yang ada. Dengan mengetahui prakiraan cuaca yang akurat, warga dapat mempersiapkan diri dan mengambil tindakan yang tepat untuk menghadapi banjir yang mungkin terjadi.

Selain itu, warga juga dapat melakukan beberapa tindakan preventif untuk mencegah terjadinya banjir, seperti:

• Membersihkan saluran air di sekitar rumah
Warga dapat membersihkan saluran air di sekitar rumah agar tidak tersumbat oleh sampah dan limbah, sehingga air dapat mengalir dengan lancar dan tidak meluap.

• Memeriksa sistem drainase di lingkungan sekitar
Warga dapat memeriksa sistem drainase di lingkungan sekitar, termasuk saluran air utama, saluran pembuangan, dan saluran air hujan. Jika ada yang tersumbat atau rusak, segera lakukan perbaikan agar air dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan banjir.

• Menjaga kebersihan lingkungan
Warga dapat menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang limbah sembarangan. Sampah dan limbah yang menumpuk dapat menyumbat saluran air dan memicu terjadinya banjir.

• Membuat tanggul sementara
Warga yang tinggal di daerah yang rawan banjir dapat membuat tanggul sementara untuk menghalau air masuk ke rumah. Tanggul dapat dibuat dari karung pasir atau bahan lain yang tahan air.

• Menjaga diri dan keluarga tetap aman
Jika terjadi banjir, warga harus segera mengungsi ke tempat yang aman. Jangan mencoba untuk menyeberangi genangan air yang dalam, karena bisa membahayakan keselamatan.

Dengan melakukan tindakan preventif tersebut, warga dapat mengurangi risiko terjadinya banjir yang dapat membahayakan keselamatan dan kesejahteraan mereka. Namun, tindakan preventif tidak cukup jika tidak didukung oleh informasi prakiraan cuaca yang akurat. Oleh karena itu, warga Lampung perlu terus memantau informasi cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG dan mempersiapkan diri menghadapi banjir yang mungkin terjadi akibat pengaruh MJO.

Dalam menghadapi banjir, warga Lampung harus bersatu dan saling membantu untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Kita semua berharap agar banjir tidak terjadi dan semoga kita selalu diberikan keselamatan dan kesejahteraan.***