Makam Anaknya Dibongkar, Ibunda Yogi Andika: Kami Minta Keadilan dan Pelaku Ditangkap

Zainal Asikin | Teraslampung.com BANDARLAMPUNG — Fitrita Hartati (54), ibu kandung  almarhum Yogi Andika bersama kakak perempuannya, Liliana (35), melihat langsung prosesi pembongkaran makam jasad Yogi Andika di di TPU Umbul Senen belakang SDN...

Makam Anaknya Dibongkar, Ibunda Yogi Andika: Kami Minta Keadilan dan Pelaku Ditangkap
Ibunda kandung Yogi Andika (kerudung biru) dan kakak perempuannya (kerudung coklat) di sela-sela proses autopsi jenazah Yogi Andika, di Bandarlampung,Kamis (12/4/2018).

Zainal Asikin | Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG — Fitrita Hartati (54), ibu kandung  almarhum Yogi Andika bersama kakak perempuannya, Liliana (35), melihat langsung prosesi pembongkaran makam jasad Yogi Andika di di TPU Umbul Senen belakang SDN 01 Perumahan Way Kandis, Tanjung Seneng, Bandarlampung, Kamis (12/4/2018).

Di wajah mereka terlihat  kesedihan mendalam saat menyaksikan detik-detik pembongkaran makam orang yang mereka cintai. Keduanya mencoba tegar, mereka tak kuasa membendung air mata dari matanya.

Saat ditemui teraslampung.com di sela-sela pelaksanaan autopsi jenazah anaknya, Fitrita Hartati menuturkan, dilakukannya autopsi ini, tidak lain bahwa dirinya hanya menginginkan keadilan atas meninggalnya anaknya Yogi Andika yang dinilainya tidak wajar. Fitrita menduga anaknya meninggal karena dianaya.

“Kami hanya ingin keadilan yang seadil-adilnya saja, agar kematian anak saya ini terungkap dengan jelas,”ungkapnya, Kamis 12 April 2018.

Dikatakannya, keadilan yang dimintanya tersebut tidak lain agar para pelaku yang diduga telah menganiaya Yogi hingga akhirnya meninggal dunia dapat segera tertangkap dan segera diadili sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

BACA: Diduga Meninggal karena Dianiaya, Makam Yogi Andika Dibongkar

“Saya berharap, agar para pelaku yang menganiaya anak saya hingga meninggal cepat ditangkap dan segera diadili. Agar arwah anak saya tenang disana, dan kami juga pun sama,”pintanya.

Fitrita mengatakan,putranya Yogi dimakamkan pada pertengahan Juli 2017 lalu. Sementara proses hukum baru dilakukannya sekarang, alasannya karena pihak keluarga baru memiliki keberanian untuk mencari tahu dang mengungkap misteri meninggalnya putranya tersebut.

“Belum lama ini munculnya keberanianya, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan proses hukumnya. Tadinya kami hanya diam saja dan tidak melakukan autopsi, karena memang kami awam bagaimana mengenai hukum itu,”jelasnya.

Sementara Liliana (35) kakak perempuan almarhum Yogi mengatakan, keberanian itu muncul, karena pihak keluarga selalu dihantui rasa bersalah atas meninggalnya Yogi. Menurutnya, apalagi adiknya itu meninggal dengan cara yang tidak wajar dan disekujur tubuhnya dipenuhi luka dan memar seperti bekas dianianya. Selain itu juga, adanya bekas seperti sundutan api rokok.

“Makanya kami bertekad untuk dilakukannya autopsi, supaya dapat mengungkap kematian adik saya Yogi yang gak wajar ini dan menjadi jelas permasalahannya. Karena sudah hampir mau setahun belakangan ini, pelakunya belum terungkap,”ungkapnya.

Pantauan teraslampung.com dilokasi TPU, Tim Inafis dari Polres Lampung Utara bersama tim dokter forensik Polda lampung melakukan pemeriksaan satu persatu bagian dari tubuh jasad Yogi yang diduga mengalami luka bekas kekerasan fisik hingga berujung kematian. Saat dilakukannya autopsi tersebut, berlangsung tertutup untuk umum dan pemeriksaan itu selesai sekitar pukul 11.30 WIB.

Usai dilakukan autopsi oleh tim dokter Forensik Polda Lampung, jasad Yogi kemudian dimasukkan kembali ke liang lahat seperti sediakala. Selanjutnya, tim dokter membawa beberapa sampel bagian dari tubuh Yogi untuk diteliti di laboratorium dan pemeriksaan lebih lanjut.

Diketahui sebelumnya, peristiwa yang dialami Yogi Andika yang diduga menjadi korban penganiayaan, terjadi sekitar beberapa bulan yang lalu. Bahkan hingga sampai saat ini, kematian mantan sopir Bupati Lampung Utara itu masih misterius. Meski sudah dilaporkan ke Mapolres Lampung Utara, namun polisi belum dapat mengungkap kematian Yogi.

Sebelum Yogi meninggal dunia, pada saat itu Yogi pulang ke rumahnya tapi dengan kondisi sekujur tubuhnya dipenuhi dengan luka dan memar. Bahkan dibagian kepala belakangnya pecah, lalu pada bagian pugungnya dipenuhi dengan luka seperti bekas sundutan api rokok.

Sebelum meninggal, Yogi sempat muntah dan mengeluarkan darah kental dari mulutnya, lalu orangtua korban sempat melarikan Yogi ke Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM) untuk mendapatkan pertolongan medis.

Setelah lima hari menjalani perawatan, orangtuanya memutuskan membawa Yogi pulang untuk dirawat di rumahnya lantaran tidak memiliki biaya untuk pengobatan. Saat itu pihak RSUAM melarangnya, karena kondisi Yogi sangat parah dan masih membutuhkan perawatan intensif oleh tim medis.

Menurut keluarga almarhum, sebelum Yogi mengembuskan napas terakhirnya, saat Yogi masih dirawat di RSUAM pernah mengatakan, bahwa almarhum mengalami penganiayaan.