Hukum  

Manfaatkan Medsos, PSK Anak Bisa Berpenghasilan Melebihi Dosen

Seminar dan Lokakarya Inklusi Sosial Bagi Anak Yang Dilacurkan (AYLA)
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Di era digital, para pekerja seks komersial (PSK) dan mucikari memanfaatkan media sosial untuk menjalankan ‘bisnisnya’. Sebagian di antara PSK termasuk kategori anak-anak. Penghasilan mereka bisa lebih bagus dibanding dosen.

Hal itu terungkap pada Seminar dan Lokakarya Inklusi Sosial Bagi AYLA di Hotel Aston Bandarlampung, Kamis (2/8/2018).

Menurut Ketua Children Crisis Center (CCC) Lampung, Syafrudi, data ILO pada 2012 menunjukkan 30 persen pekerja seks komersial adala Anak Yang Dilacurkan (AYLA).

“Untuk Kota Bandarlampung ada dua tempat yang rentan terhadap AYLA yaitu Kelurahan Panjang Selatan dan Way Lunik, di dua tempat itu kami mendampingi 400 anak – anak rentan AYLA,” kata Syafrudi pada  acara

Menurutnya, selama ini pihaknya sulit mendata  AYLA karena mereka sifatnya berada di ruang yang abu – abu, antara definisi pekerja seks komersial dan definisi anak.

“Ruang abu-abu itu misalnya faktanya mereka melakukan ‘bisnis seks komersial’ menggunakan media sosial. Usia mereka di bawah 18 tahun.Sedangkan yang disebut anak – anak itu yaitu usia di bawah 18 tahun,” jelasnya.

Selama ini di Bandarlampung ada dua tempat yang dikenal sebagai kawasan lokalisasi, yakni Lokalisasi Pemandangan di Kelurahan Way Lunik dan Pantai Harapan di Kelurahan Panjang. Keduanya berada di Kecamatan Panjang.

Camat Panjang, Ahmad Nurizki Erwandi, mengatakan untuk menghilangkan AYLA di dua tempat itu pihaknya sudah membuat kesepakatan dengan perwakilan mucikari dari dua tempat itu.

“Kami buat kesepakatan dengan perwakilan mucikari di dua tempat lokalisasi yaitu Pemandangan dan Pantai Harapan disaksikan Babinkamtibmas juga Babinsa. Isi kesepakatan: melarang anak usia di bawah 18 tahun bermain di dua tempat tersebut, juga akan menindak tegas mucikari yang mempekerjakan PSK usia dibawah 18 tahun,” katanya.

Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Metro,  Oki Hajiasyah Wahab, mengatakan pada  era digital ini pelacuran sudah memanfaatkan teknologi. Sebab itu, upaya untuk mengatasinya tidak bisa dilakukan secara konvensional.

“Mereka (PSK) menawarkan dirinya melalui Whatsapp atau Twitter. Parahnya ini bisa mempengaruhi temannya, saya pernah tau ada maap PSK online mobilnya lebih bagus dari seorang dosen,” kata Oki Hajiansyah.

Dandy Ibrahim