Uskup Emeritus Tanjungkarang Mgr.Andreas Hendrisoesanto SCJ Wafat di Jakarta

Bagikan/Suka/Tweet:
Mgr Andreas Henrisoesanto SCJ (dok wikipedia)

BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com — Uskup Emeritus Tanjungkarang, Monsinyur (Mgr) Dr. Emeritus Andreas Henrisoesanta, SCJ (80 tahun), meninggal dunia di RS St Carolus Jl Salemba Raya No. 41 Jakarta Pusat, Kamis (10/3), sekitar pukul 14.20 WIB. Uskup emeritus yang pernah umat Katolik di Lampung itu dirawat di St Carolus sejak tanggal 26 Februari 2016.

Yuli Nugrahani, pekerja sosial dan pendidik di kalangan umat Katolik di Lampung mengatakan jenazah Mgr Andreas akan diterbangkan ke Lampung, Jumat pagi, 11/3/2016, sekitar pukul 07 WIB. Sesampai di Lampung jenazah tokoh Katolik itu akan  disemayamkan di Katedral Tanjungkarang.

Menurut Yuli, Misa Requiem digelar Katedral Jakarta pukul 20.00 WIB. Sedangkan Misa Requiem di Katedral Tanjungkarang pada  Minggu pukul 11.00 WIB.

“Jenazah almarhum akan dimakamkan di Pemakaman Katolik di  Neegri Sakti,Lampung,” kata Yuli.

Mgr.Andreas Henrisoesanta, SCJ masuk dalam 100 Tokoh Lampung yang diterbitkan Lampung Post. 

Mgr. Dr. Andreas Suwiyata Henrisoesanta, S.C.J.  lahir di Wonosari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 7 Juni 1935 adalah Uskup di Keuskupan Tanjungkarang periode dari 18 April 1979 sampai 6 Juli 2012.

Ia ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 2 Juli 1961 dan terpilih menjadi Uskup di Keuskupan Tanjungkarang pada tanggal 18 April 1979.

Menurut Wikipedia, Suwiyata (begitu sapaannya saat kecil) dilahirkan di sebuah dusun kecil bernama Kalidadap, desa Ngijorejo, Kecamatan Wonosari, Gunung Kidul ,Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya Samadi adalah seorang petani, sedangkan  ibunya Wasijem adalah seorang ibu rumah tangga.

Ia tinggal dalam keluarga sederhana. Ayahnya Samadi Kasandikrama dan Pamannya Satijo Atmo Suparto merupakan orang terpandang di Ngijorejo. Keduanya murid Kyai Kasan Iman, seorang guru spiritual terkenal pada masa itu.

Atmo Suparto pun menjadi guru spiritual di desa itu. Pada suatu saat, datanglah Romo Strater, SJ. Lalu dibaptislah tujuh keluarga di desa Ngijorejo. Inilah cikal bakal umat Katolik Stasi Ngjorejo, Paroki Wonosari.

Ayah Mgr. Andreas Henrisoesanta, yang tadinya hanya bernama Samadi Kasandikrama, mengambil nama baptis Jacobus serta ibunya mengambil nama baptis Jacoba.

Pada tahun 1939, keluarga ini mengikuti transmigrasi program pemerintah Hindia Belanda. Saat itu ia masih berumur 4 tahun. Kemudian mereka mulai bermukim hingga tiga puluh tahunan di Metro.